Share

MONSTER PENGHANCUR

     Lilian duduk meringkuk di sudut kamar, semalaman David benar-benar menikmati tubuhnya tanpa ampun semalam suntuk. Tampak bekas jejak berwarna merah di sekujur tubuhnya. Liliana terisak, air matanya tak berhenti menetes sejak semalam. Ia hanya menutupi tubuhnya dengan selimut. Dadanya terasa begitu sesak, saat ia tau bahwa David sudah mengambil keperawanannya, Liliana masih bisa menerima. Mungkin saat itu David juga dalam kondisi mabuk. Tapi, saat ini ia yakin sekali David baru minum sedikit. Terbukti dari apa yang ia lakukan kepadanya sampai berkali-kali.

     Mendengar suara isak tangis David pun terjaga dan menatap Lilian yang duduk di sudut kamar hanya berbalut selimut sambil memeluk kedua lututnya. Matanya tampak sembab, ia pasti menangis semalaman, pikir David. Perlahan ada sedikit penyesalan di hati David. Sejak awal melihat Liliana, David sebenarnya sudah menaruh hati pada Liliana. Tetapi, gadis itu bekerja dengan sangat profesional.

     Liliana juga sangat rajin dan juga tidak banyak ini itu. Tapi, sejak ia mengambil mahkota gadis itu dan melihat tubuh indahnya, fantasi liar David berkelana. Entah apa yang merasukinya hingga semalam ia nekad datang ke apartemennya. David memang memiliki akses untuk masuk karena apartemen yang Liliana tempati adalah fasilitas yang ia berikan kepadanya. Saat melihat Liliana tengah tertidur, harimau dalam diri David pun terbangun dan dengan tega ia menikmati gadis itu sepuasnya tanpa rasa belas kasihan.

     Melihat Lilian begitu terpuruk, David merasa tak sampai hati. Perlahan David bangkit dan berusaha mendekati Lilian. Namun Lilian langsung berteriak histeris sambil menendang ke sana kemari. Hal itu justru membuat selimut tipis yang menutupi tubuhnya terbuka. Kali ini, David meraih tubuh Liliana bukan untuk disetubuhi, tetapi ia  membawanya ke tempat tidur lalu menyelimutinya.

"Tenanglah, Lilian, aku tidak akan menyentuh tubuhmu. Maafkan aku, Li. Aku ... Jujur saja aku melakukan ini karena-"

"Tolong pergi! Anda sudah menghancurkan masa depanku! Anda sama sekali tidak bisa dihargai sebagai seorang atasan. Saya tau bahwa saya hanya pegawai anda, bahkan apartemen ini adalah fasilitas dan kebaikan yang anda berikan kepada saya. Tapi, bukan berarti anda bisa dengan semena-mena menikmati tubuh saya! Saya bukan wanita murahan, tapi anda memperlakukan saya seperti binatang! Anda benar-benar brengsek, biadab! Saya bencii!" teriak Liliana memotong perkataan David.

     David menghela napas panjang. "Aku tau aku salah. Kau tenang saja, aku akan mempertanggungjawabkan semua perbuatan yang aku lakukan. Aku akan membawa dirimu ke luar negeri untuk menjalani operasi yang bisa membuat dirimu kembali perawan," kata David. 

     Mendengar perkataan David, Liliana meradang. "Anda pikir semudah itu?  Bagaimana jika saya hamil? Saat ini adalah masa subur saya, anda dengan enaknya menabur benih di dalam  rahim saya. Apa anda sadar apa yang anda lakukan?"

David mencebikkan bibirnya, "Ternyata kau sama saja dengan wanita lain. Aku sudah mengatakan kepadamu bahwa aku ini mandul."

"Baik, kita lihat saja nanti, Pak. Jika saya tidak hamil, saya bersedia anda bawa untuk melakukan operasi selaput dara. Tapi, jika saya sampai hamil anda harus bertanggung jawab!"

"Enak saja, bisa saja kau mengaku-ngaku. Bagaimana bisa orang mandul menghamili seorang gadis!"

     Kali ini Liliana yang mendecih, "Jika anda bisa berkata saya mengaku-ngaku saya juga bisa tidak memercayai bahwa anda mandul. Bisa saja anda mengaku-ngaku supaya lepas dari tanggung jawab. Sekarang sudah ada yang namanya tes DNA, Pak. Kini, tak lagi harus menunggu sang bayi lahir untuk bisa melakukan tes DNA demi mengetahui kebenaran ayah si jabang bayi. Saat kehamilan pun bisa dilakukan tes DNA untuk menjawab keraguan siapa sebenarnya ayah dari bayi yang sedang dalam kandungan. Untuk penentuan profil DNA dalam kandungan itu bisa diambil dari cairan amnion atau dari villi chorialis pada saat usia kandungan 10-12 minggu. Jadi, mari kita tunggu bersama apa yang akan terjadi satu atau dua bulan ke depan," kata Liliana dengan suara bergetar.

     Kali ini David terdiam, ia mulai meragukan dirinya sendiri. David ingat bahwa dia dan Nadine hanya sekali saja datang ke dokter ahli untuk memeriksakan kesuburan mereka. Hasilnya , David yang dinyatakan mandul. Hal itu masih ia sembunyikan dari keluarga besar mereka. Tetapi, mengapa kini mendadak ia penasaran dan ingin memeriksa kembali?

"Lebih baik anda keluar, Pak," ujar Liliana.

"Heh! Ini apartemen saya! Itu sebabnya saya bisa masuk dengan mudah. Kau jangan seenaknya saja," hardik David.

"Baiklah, kalau anda tidak mau pergi, biar saya yang keluar dari sini," tukas Liliana sambil berusaha bangkit meski sekujur tubuhnya terasa begitu sakit terlebih di sekitar pangkal pahanya.

     Melihat hal itu, David merasa iba kembali, lalu menahan tubuh Liliana.

"Saya saja yang keluar, kau beristirahatlah," kata David sambil berdiri kemudian melangkah pergi.

     Liliana hanya diam, setelah mendengar pintu depan tertutup ia bangkit perlahan dan mengunci pintu kamar dari dalam. Tangisnya kembali pecah, ia menjerit sekuatnya. Rasanya begitu menyakitkan.

"Manusia brengsek biadab!" teriak Liliana.

     Sementara itu David yang dipenuhi penyesalan segera berangkat ke kantornya. Saat ia membuka ruangan , tampak sang istri sedang duduk di kursi kerjanya.

"Kau dari mana semalaman, Mas?" tanya Nadine gemas.

"Minum, menghabiskan waktu di tempat hiburan malam."

     David menjawab Nadine dengan dingin. 

"Dave, terima saja keadaan jika kita tidak bisa memiliki keturunan. Kau tidak bisa terus menerus seperti ini," ujar Nadine. Sejak divonis mandul dua tahun lalu, David memang sering sekali menghabiskan waktu ke tempat hiburan malam. Bukan untuk mencari wanita penghibur, hanya sekadar minum sampai mabuk lalu pulang.  Bisa dikatakan baru kali ini David mengkhianati pernikahannya dengan meniduri Liliana. 

"Biasanya wanita sangat sensitif dengan masalah anak. Kau sendiri menolak untuk adopsi anak. Mengapa kau tidak tidur dengan lelaki lain hingga kau hamil? Aku tidak akan masalah jika harus mengakui anak itu sebagai anakku," kata David.

"Jangan gila! Aku tidak mungkin bisa melakukan itu, Dave," tukas Nadine sambil berdiri dan menghampiri suaminya. 

      David mengempaskan tubuhnya ke atas sofa yang ada di ruangan itu.

"Jika kita mengakui apa yang sebenarnya terjadi, kedua orangtua kita akan sangat kecewa. Jadi, lebih baik jika kau melakukan apa yang aku katakan. Percayalah, aku akan memperlakukan anak itu kelak seperti anakku sendiri," kata David.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status