Setelah David meninggalkan kamarnya Lilan masih menangis. Rasanya ia tak sanggup lagi untuk berdiri tegak manatap indahnya dunia. Apa yang dapat ia banggakan sekarang sebagai seorang wanita?
Keperawanan yang ia jaga selama ini hilang begitu saja dalam sekejab. Lilian dan David saat ini sedang berada di kota Kupang. Salah seorang klien mereka menginginkan Nadine syuting di air terjun Oenesu. Pemandangan di sana memang terkenal sangat indah, hanya keperluan untuk membuat iklan sebetulnya. Sebagai sekretaris pribadi David, Lilian tentu saja ikut serta.
Nadine adalah brand ambassador perusahaan kosmetik milik David. Sebelum menikah dengan David, Nadine adalah seorang foto model dan artis yang cukup laris membintangi iklan produk kecantikan.
Semalam, karena syuting telah selesai dan siang ini rencananya mereka semua akan pulang ke Jakarta, David mengajak Lilian untuk menemani klien mereka minum-minum. Sementara Lilian yang memang tidak mau bergabung lebih dulu ke kamar.
Lilian ingat semalam setelah minum beberapa gelas wine dirinya merasa pusing dan pamit untuk ke kamar. Selanjutnya ia tidak tau lagi apa yang terjadi hingga saat terbangun David sudah ada di sampingnya.
Sementara itu David langsung bergegas pergi ke kamarnya sendiri. Ia menarik napas lega saat melihat Nadine masih tertidur dengan pulas. Istrinya itu memang meminum obat tidur semalam karena ingin tidur dengan nyenyak. David merasa sangat beruntung sekali, jika tidak, Nadine pasti akan curiga ia tidak tidur di kamar itu.
Lelaki itu pun bergegas menuju ke kamar mandi, menyalakan shower dan merasakan kesegaran air mengalir dari ujung rambut hingga kakinya. Beberapa kali ia menghela napas panjang, berusaha untuk bisa menerima apa yang telah terjadi. Selama 6 tahun menikah dengan Nadine ia belum pernah sekali pun mengkhianati istrinya itu. Bagi David pernikahan adalah sesuatu yang sangat sakral dan suci. Walau ia tidak mencintai Nadine dan hingga kini pernikahan mereka belum dikaruniai anak. Tapi, David tidak pernah mempermasalahkan hal itu karena menurut dokter dirinya yang mandul.
Setelah merasakan kesegaran dan juga sedikit ketenangan, David pun keluar dari kamar mandi dan ia melihat Nadine baru saja terbangun. Ia segera menghampiri sang istri dan mengecup kening Nadine seperti biasanya.
"Pagi sayang, nyenyak sekali tidurmu," sapa David dengan hangat. Wanita cantik berhidung mancung itu menggeliat dan membalas senyuman David.
"Kau sampai jam berapa semalam? Pukul satu aku sempat terbangun dan kau belum juga kembali."
Alih-alih menjawab suaminya, Nadine justru melontarkan pertanyaan yang membuat David sesak napas. "Aku kembali ke kamar pukul tiga lewat, kepalaku sakit sekali," jawab David berdusta. Inilah dusta pertama yang ia lakukan setelah 6 tahun pernikahan.
"Ah, pantas saja kau sudah mandi. Kita jadi pulang ke Jakarta hari ini?" tanya Nadine. David segera menganggukkan kepalanya.
"Iya sayang, kita akan pulang ke Jakarta hari ini. Setelah makan siang dengan kllien kita akan segera ke Bandara."
Siang itu semua berjalan lancar. Namun, Nadine menangkap sesuatu pada Liliana yang tidak biasanya.
"Kamu baik-baik saja, Lilian?" tanya Nadine saat pesawat mereka take off.
"Saya baik-baik saja, Bu. Hanya mungkin semalam saya minum agak banyak jadi ...."
"Ah, aku mengerti. Kamu bisa libur dua atau tiga hari jika mau. Kalau David tidak mengizinkan, aku akan memarahinya," tukas Nadine dengan ramah.
"Baik, Bu. Saya rasa memang saya butuh beristirahat selama beberapa hari," kata Liliana.
"Ajukan saja cuti tahunanmu. Bukankah kamu tidak pernah pakai jatah cutimu itu," ujar Nadine.
"Terima kasih, Bu. Ibu baik sekali," ujar Liliana gembira.
Nadine memang sangat baik pada Liliana, ia tidak mempunyai adik perempuan. Entah mengapa setiap kali mellhat Liliana ia merasa sangat suka. Tetapi, entah apa yang terjadi jika Nadine tau apa yang sudah terjadi antara Lilian dan suaminya.
Tiba di Soekarno-Hatta mereka sudah dijemput oleh supir pribadi David. Seperti biasa, mereka mengantarkan Lilian ke apartemennya baru pulang. Liliana pun segera naik ke lantai 10 menuju ke kamarnya untuk segera beristirahat. Ia benar-benar merasakan lelah, terlebih saat ia melihat ada tanda merah di dadanya. Gadis itu menjerit histeris dan melemparkan apa saja ke dinding.
Saat berada di Kupang ia masih menahan diri, namun kini ia sudah tidak dapat menahan lagi. Lilana merasa sangat kotor, ia segera menuju ke kamar mandi. Diisinya bathtub lalu segera berendam, ia menggosok setiap inci kulitnya dengan lulur dan sabun. Ia ingin melenyapkan semua bekas sentuhan David yang sudah tertinggal.
"AAARRRGH ...!!!"
Tak puas dengan membersihkan tubuh, Liliana berteriak. Ia mencoba untuk menghilangkan sesak di dadanya. Entah berapa lama ia berendam hingga jari-jarinya keriput dan tubuhnya menggigil kedinginan. Barulah ia bangkit dan keluar dari kamar mandi. Hanya dengan menggunakan jubah mandinya Liliana pun membaringkan tubuhnya di atas ranjang.
Entah berapa lama Lilana tertidur hingga ia merasa sakit dan tubuhnya ditindih oleh seseorang. Saat ia membuka mata, ia terkejut mendapati David sedang berada meniduri dirinya. Ia berusaha berontak namun tenaga David jauh lebih kuat, apa lagi saat ini tubuh mereka menyatu. Liliana hanya mampu menjerit dan menangis meraung-raung.
"Biadab! Jahanam!" makinya, namun David tak peduli ia justru makin bergerak dengan liar menikmati tubuh indah Liliana. Beberapa kali juga ia melumat bibir Liliana dengan paksa dan gadis itu mencium aroma alkohol dari mulut David.
David memacu dan terus memacu hingga ia sampai ke puncak dan tanpa berpikir ia mengeluarkan semua di dalam rahim Liliana. Entah mengapa saat ia melihat Liliana polos di hadapannya ia merasa tergoda. Sadar bahwa David menumpahkan benih di dalam rahimnya Liliana bertambah putus asa. Bagaimana tidak panik dan cemas, saat ini adalah masa suburnya.
"Anda benar-benar bajingan, tidak mempunyai hati! Semalam anda melakukannya tanpa sadar saya masih bisa memaafkan, tapi kali ini anda sudah memperkosa saya!" pekik Liliana sambil mendorong tubuh David dengan kasar.
PLAK!
David menampar Liliana dengan keras, pria yang masih dikendalikan oleh alkohol itu tidak terima jika ia dibentak dan dikasari oleh sekretarisnya itu.
"Kau ini hanya pegawaiku, ini juga adalah apartemen milikku!" teriak David sambil mencengkram dagu Liliana. Gadis itu hanya bisa menangis, kenapa nasibnya bisa sial sekali memiliki bos yang tidak punya hati seperti David.
"Anda harus bertanggung jawab jika sampai saya hamil!" seru Liliana yang disambut tawa panjang David.
"Pemeras! Aku ini lelaki mandul, jadi tidak mungkin kau bisa hamil! Kau pikir kenapa sampai 6 tahun aku menikah belum memiiliki anak?!" seru David.
"Anda gila!" seru Liliana.
Mendengar perkataan Liliana emosi David naik sampai ke ubun-ubun dan tanpa belas kasihan ia menarik tubuh Liliana dengan kasar lalu kembali menyetubuhi gadis cantik itu tanpa ampun. Tak peduli dengan jeritan Liliana ia terus memacu hingga ia merasa puas.
_28 TAHUN KEMUDIAN_ "Nggak punya mata?! Nggak liat ada manusia sebesar ini? Matanya di mana?" hardik Alexandra kesal. Hancur sudah penampilannya hari ini, padahal ia sudah berdandan sejak jam lima pagi. Hari ini wawancara kerjanya. Tapi, penampilannya rusak karena tersiram segelas kopi hitam. "Kau yang tidak punya mata, kalau mau melamun ya jangan sambil jalan. Melamun dulu, baru jalan, atau seharusnya tadi ketika kau bangun tidur ya habiskan lamunanmu dulu!" bentak pemuda yang baru saja Alexandra hardik. Pemuda itu sebenarnya sangat tampan, dengan tinggi sekitar 180 CM ia tampak begitu gagah. Matanya yang coklat, dengan alis tegas dan tebal, hidung mancung dan bibir yang begitu sensual untuk seorang pria. "Kenapa kau menatapku seperti itu? Kau terpesona denganku, kan?" ujar pemuda itu sambil tersenyum nakal. Demi Tuhaaan, senyumnya membuat Alexandra terpukau, terlebih senyum p
Pagi itu jenazah Kadita dibawa pulang dari rumah sakiit dan langsung dimandikan untuk segera dimakamkan. Kinasih, Nadila dan Nadine turun tangan untuk memandikan jenazah Kadita."Mami masih tidak percaya nenekmu meninggal secepat ini. Padahal kondisinya sudah membaik bahkan sudah sembuh dari stroke yang dideritanya," kata Nadila pada Nadine."Tidak ada yang tau takdir Tuhan, Mami," ujar Nadine. Setelah dimandikan dan diberi kain kafan, jenazah pun langsung disalatkan dan langsung dibawa ke pemakaman. Arnold dan Sanjaya bahkan ikut membawa keranda dan juga masuk ke dalam lubang kubur untuk memakamkan jenazah Kadita. Sanjaya dan Arnold menatap tanah merah di hadapan mereka. Ayu, perawat Kadita pun tampak sangat terpukul dengan kepergian Kadita yang begitu mendadak. Sementara pelayat yang lain sudah pulang, keduanya masih berada di makam Kadita."Ibumu sudah tenang di sana," kata Arnold sambil
Liliana menatap Nadine, "Mbak, tapi ...."Dirga yang mengerti maksud Liliana tersenyum."Nadine memang mengalami anovulasi, Li. Tapi, bukan berarti tidak dapat disembuhkan. Saat ini kami sedang berobat supaya Nadine bisa hamil dan kami memiliki anak," jelas Dirga.Liliana hanya mengangguk-angguk, ia memang pernah membaca dari sebuah artikel tentang anovulasi. Dan memang bisa sembuh dengan cara terapi. Tak lama acara pun dimulai dengan doa- doa setelah itu barulah diteruskan dengan acara yang lainnya. Tampak Liliana dan David begitu bahagia. Tapi, tiba-tiba saja saat acara hampir selesai Kadita yang sedang duduk dan bicara dengan Kinasih memegangi dadanya dan jatuh pingsan. Sanjaya dan Arnold yang duduk tak jauh dari Kadita langsung menggendongnya dan membawa ke rumah sakit."Cinta sejati tidak akan pernah mati,meskipun orang yang kita cintai sudah tid
Arini benar-benar menepati perkataannya. Rumah Liliana mendadak ramai, dua kamar tamu terisi dan setiap hari ada saja yang membuat Liliana tertawa geli. Arini dan Kinasih dengan semangat membagi tugas. Arini merawat Liliana dengan jamu-jamu tradisional buatannya dan juga tak lupa mengoleskan obat buatannya ke perut Liliana. Setiap pagi, Arini akan membuatkan kunyit asam sirih untuk Liliana minum setiap hari. Selain itu untuk mengembalikan bentuk tubuh Liliana seperti semula, Arini membuat jamu dengan bahan-bahan yang terdiri dari 7 gram daun papaya, daun jinten, 10 gram kayu rapet, 10 gram daun sendok, 7 gram daun iler, 7 gram daun sambilonto dan 7 gram asam Jawa. Semua bahan-bahan ini ia tumbuk halus lalu direbus dalam dua gelas air hingga mendidih. Dan, Liliana mau tidak mau meminumnya sambil memejamkan mata. Ia sama sekali tidak bisa menolak, karena Arini akan menunggunya hingga m
Pagi itu Liliana terbangun dan ia merasa perutnya terasa sedikit sakit. Baru saja ia akan melaksanakan ibadah salat subuh, tapi rasa sakit di perutnya makin terasa. Perlahan, ia membangunkan David."Mas, perutku sakit ..." keluh Liliana. David langsung membuka matanya dan menatap istrinya yang meringis kesakitan. Ia bertambah panik saat melihat ada darah yang mengalir di kaki Liliana."Ya Allah, kita ke rumah sakit sekarang. Tunggu, aku panaskan mobil sebentar." David langsung mengganti pakaiannya, dan ia berlari keluar kamar. Tuti yang melihat David panik langsung menghampiri."Ada apa, Pak?" tanyanya."Ibu mau lahiran. Cepat bawakan tas yang sudah di siapkan." Kinasih yang kebetulan baru bangun pun ikut panik dan segera membangunkan seisi rumah. Untung saja seminggu sebelumnya Kinasih berinsiatif untu
"Kau suka kamar baru kita?" tanya David."Aku suka, Mas. Aku suka halaman rumah yang asri dan teduh itu, saat melihat dari balkon, aku langsung melihat taman. Oya, Mas rumah lama kita kau jual?" tanya Liliana."Iya, saat ini masih dalam proses perbaikan. Jendela yang pecah dan kunci semua diganti. Kemarin, kata Mushi ada yang berminat tapi, dia mau supaya semua direnovasi terlebih dahulu.""Terimakasih, Mas. Kau sangat memikirkan aku. Kau tau bahwa aku mungkin akan sedikit merasa trauma di rumah itu. Dan, kau berinisiatif untuk membawaku pindah rumah. Terimakasih ya, Mas.""Sama-sama, sayang."“Tapi, perusahaanmu baru bangkit kembali. Itu pun uang dari Opa, kan? Apa tidak boros ... kau membeli rumah baru ini?” tanya Liliana. David menggelengkan kepalanya perlahan.“Rumah ini aku beli dari uang yang selama ini aku simpan ditambah uang dari papa. Papa dan Opa yang menyuruh untuk pindah. Tidak mengapa, sayang ... toh rumah lam
Sudah tiga hari Liliana dan David tinggal di hotel. Dan, pagi itu David dengan wajah ceria membawa kabar gembira untuk Liliana"Apa kita bisa segera cek out dari sini, Mas?" tanya Liliana."Hmm, besok ya sayang. Kejutanku besok baru siap. Jadi, ya kau bersabar saja sampai besok." Liliana hanya mengerutkan dahinya. Ia mulai curiga melihat gelagat David. Ia yakin, suaminya pasti sedang mempersiapkan sesuatu yang sama sekali tidak ia duga sebelumnya."Mas, beritahu aku kau sedang mempersiapkan apa? Kenapa aku tidak boleh pulang dulu sekarang?" tanya Liliana sambil duduk di atas pangkuan suaminya itu."Kau penasaran?""Ya jelas, Mas. Ayolah, kau ini jahat sekali. Selama beberapa hari ini, kau bahkan menyita ponsel milikku. Tidak boleh bicara dengan siapapun. Bahkan, aku tidak kau izinkan untuk sekedar berenang. Ayolah, Mas," rayu Liliana. David hanya terta
Selama dua hari Liliana tidak sadarkan diri, selama itu pula David menemani sang istri. Saat tersadar, Liliana menatap suaminya itu dengan perasaan haru sekaligus geli melihat lelaki gagah dan tampan yang ia cintai itu menangis."Kau ini lucu, Mas. Aku baik-baik saja. Sini, lebih baik kau menciumiku seperti tadi," jawab Liliana dengan suara lirih sambil menahan nyeri di punggungnya."Sakit, Sayang?""Pundakku nyeri, Mas.""Tentu saja, kau ini terkena peluru. Lain kali, jangan pernah melakukan hal seperti itu lagi," ucap David lirih."Lalu, apa aku harus diam saja melihat suamiku hampir celaka? Kalau kau mengatakan bahwa kau mencintaiku dan tidak mau aku celaka, aku juga mencintaimu, Mas. Dan, aku tidak mau suami ... ayah dari anakku celaka. Jadi, tolong jangan pernah lalai untuk menjaga dirimu sendiri." David terharu mendengar jawaban sang istri. David tidak pernah mengira bahwa Liliana
Dor! Leo melepaskan tembakan, peluru nya menyerempet kaki Liliana sehingga wanita itu merosot turun dan membuat Aryo kesulitan hingga akhirnya ia melepaskan Liliana dan mengeluarkan senjata api miliknya juga dan mengarahkan pada David yang lengah. Melihat suaminya dalam bahaya, Liliana tak mengindahkan rasa nyeri pada kakinya, dengan sekuat tenaga ia bangkit dan menghambur ke dalam pelukan David. Namun, sebuah peluru yang sudah terlanjur di lepaskan menembus ke punggung Liliana. Melihat itu, KOMPOL Leo melepaskan kembali tembakan untuk melumpuhkan Aryo dan Yudi. Sementara David yang melihat darah dari punggung Liliana meraung dan memeluk sang istri. Sanjaya segera berlari dan menghampiri David dan Liliana."Kita bawa istrimu ke rumah sakit, biar Bang Leo yang mengurus sisanya. Ayo, kau bawa ke mobilky, cepaaat Dave!!!" seru Sanjaya. David pun menurut dan segera menggendong Liliana ke dalam mob