Tidak seperti biasanya, hari ini Liliana merasakan lemas dan tidak enak badan. Padahal biasanya ia memasak dan melakukan hal lain dengan penuh semangat. Setelah makan siang, ia pun memutuskan untuk tidur siang karena merasa lemas.
Tanpa terasa Liliana tertidur hingga David pulang dari kantor. Lelaki gagah itu pun tentu saja langsung merasa cemas mendengar laporan dari Tuti dan Imas yang mengatakan Liliana tidak keluar kamar sejak siang.
Perlahan ia menghampiri sang istri yang tampak pulas tertidur dan menepuk pipinya perlahan.
"Sayang ... Li, kau baik-baik saja?" tanya David dengan lembut. Liliana menggeliat dan membuka mata. Ia tampak terkejut saat melihat David sudah pulang.
"Ya Allah, Mas kok sudah pulang? Maafkan aku, Mas. Seharian ini entah mengapa aku merasa lemas sekali. Beberapa kali aku juga merasakan mual. Jadi, aku-"
"Stttt, sudahla
_SEBELUMNYA_ "Maaf, Jeng ... saya sengaja mengajak Jeng Nadila pergi karena saya ingin bicara dari hati ke hati. Ada apa sebenarnya? Beberapa kali Jeng selalu menyindir Lilana. Tetapi, hari ini mendadak baik hati dan meminta maaf. Jeng punya rencana apa?" tanya Kinasih. Kinasih tau betul bagaimana sifat Nadila. Ia selalu tidak mau kalah, berjiwa sosialita, gengsi tinggi. Tetapi, tiba-tiba saja meminta maaf, bukankah itu hal yang sangat aneh dan mencurigakan. Nadila menghela napas panjang, ia tau pasti Kinasih akan menanyakan hal ini. Selama enam tahun hubungannya dan Kinasih memang tidak terlalu baik. Ia juga sadar selama ini ia dan suaminya sering berlaku tidak baik. Bahkan terakhir meminta Liliana dan David bercerai. Tapi, itu sebelum ia tau jika suaminya merencanakan sesuatu yang jahat. Saat ini ia sendiri takut jika Sanjaya benar-benar akan melakukan ti
Nadine merasa sangat bahagia menerima semua kejutan yang diberikan oleh Dirga. Dan untuk pertama kalinya mereka satu mobil bersama. Padahal sebelumnya baik Nadine mau pun Dirga selalu menyembunyikan hubungan mereka. Namun kali ini Nadine dan Dirga seolah tidak peduli lagi. Dan Nadine pun sangat menikmati makan malam mereka."Terima kasih, Mas. Aku bahagiaa sekali, ini adalah ulang tahun yang paling istimewa bagiku. Aku benar-benar bahagia. Kita bisa pergi bersama, makan malam. Ah, tidak akan pernah aku lupakan kejutan indahmu di tahun ini," ucap Nadine dengan penuh sukacita. Dirga hanya tersenyum dan memeluk Nadine dengan erat."Kau menginap malam ini?" tanya Dirga. Nadine menghela napas panjang, "Aku harus pulang malam ini. Tadi pagi, saat aku pergi aku meminta Liliana tidak mengatakan apa-apa. Aku tidak mau jika dia mendapatkan masalah," kata Nadine."Baiklah, tam
Nadine tersentak kaget mendengar perkataan Kinasih. Ia bingung harus berkata apa sekarang. Melihat Nadine yang kebingungan, Kinasih langsung menarik Nadine dan membawanya duduk."Mama tadi melihatmu bersama seorang pria. Tadi pagi, mamimu sudah mengatakan semua kepadaku. Nad, kau ingin berpisah dengan David? Tapi, kau takut pada papimu?" kata Kinasih."Betul begitu, Nad?" tanyanya. Nadine tak kuasa menahan air matanya, ia menangis tanpa suara sambil menatap Kinasih."Ma, aku ... aku minta maaf. Selama ini, aku hanya takut pada papi. Aku tidak berdaya melawan dan membantah apa yang papi katakan. Termasuk menolak saat papi menjodohkan aku dengan mas David. Ak-aku-""Sttt ...." Melihat menantunya menangis, hati nurani Kinasih sebagai seorang ibu tergerak. Ia memeluk Nadine untuk pertama kalinya dan membiarkan menangis."Menangislah jika hal itu membuatmu jauh l
Dengan napas tersengal-sengal, David memeluk Liliana dengan penuh kehangatan. Mereka baru saja mengayuh bahtera cinta."Sepertinya, aku baru saja mendengar suara mobil, pasti itu Nadine," kata David. Liliana menghela napas, "Biarkan saja, Mas. Mbak Nadine pasti mempunyai alasan melakukan itu semua. Lagi pula hari sudab malam, Mas juga sudah lelah, kan? Kita istirahat saja, aku juga lelah sekali, Mas," kata Liliana. David mengecup kening Liliana dan menganggukkan kepalanya."Iya, kita istirahat, ya," katanya sambil mengeratkan pelukannya.Pagi hari setelah salat subuh, Liliana langsung menuju ke dapur. Dan ternyata Kinasih sedang menyiapkan masakan istimewa pagi itu."Pagi, Ma," sapa Liliana."Pagi, sayang.""Mama mau masak apa?" tanya Liliana."Mama mau buat nasi kuning lengkap. Kemarin, Nadine ulang tahun. Meski terlambat, kita rayakan dengan sarapan yang lengkap," kata Kinasih.
David menatap Nadine bergantian dengan kedua orangtuanya. Ia merasa sedikit tidak percaya dengan apa yang ia dengar. Nadine meminta berpisah? Setelah sekian lama?"Kau meminta cerai, Nad?" tanya David."Iya, Mas. Tolong ceraikan aku, aku mohon ini sebagai hadiah ulang tahunku," jawab Nadine dengan suara bergetar.David menarik napas panjang, "Apa ini ada hubungannya dengan kejadian kemarin- kemarin?""Mas, selama ini aku yakin kau juga tau jika aku hanya berpura-pura nyaman dengan hubungan suami istri kita. Selama ini aku tidak pernah menjadi istri yang baik. Dan, kau tau apa kesalahan yang paling fatal bukan? Selama ini kau tidak pernah membuka aibku, aku sangat berterima kasih untuk itu. Dan kini, kau sudah menemukan istri yang sempurna. Lepaskan aku, Mas. Tapi, aku mohon, jangan sampai papiku tau kita sudah bercerai sampai waktunya tiba."David benar- benar merasa bingung. Selama ini yang selalu ingin bertahan adalah Nadine. Tapi, kali ini dia i
Arnold menghela napas, ia menatap ke arah putranya."Dia, Sanjaya adalah om- mu. Dia adalah adik papa, berbeda ibu. Selain dia adalah sahabatku sejak SMA."David tersentak kaget, "Jadi, aku dan Nadine masih sepupu?" tanya David. Arnold mengangguk, "Ya. Itulah sebabnya papa membeli perusahaannya yang bangkrut, memberinya saham di perusahaan kita. Papa ingin menjaganya dengan baik, sesuai dengan perintah kakekmu," jawab Arnold."Apa om Sanjaya tau jika papa dan dia bersaudara?" tanya David.Arnold menggelengkan kepalanya, "Sepertinya belum tau. Sanjaya tidak pernah mengenal kakekmu sebagai ayah kandungnya. Dan papa sendiri baru tau rahasia ini ketika akan menikah dengan mamamu.""Tunggu, aku tidak mengerti bagaimana bisa? Apa opa tidak pernah melihat om Sanjaya ketika datang? Bagaimana bisa? Aku tidak mengerti, pa."Arnold kembali menarik napas dan mengembuskannya lagi."Kakekmu menceritakan semua kepada p
George benar-benar kehilangan kata-kata, ia tidak mampu untuk menatap wajah anaknya sendiri. Sementara Arnold duduk di hadapan sang ayah dengan hati yang remuk redam."Pa, Papa tidak tau apa yang sudah dia lakukan pada Kinasih. Dia tega melakukan itu kepadaku, sahabatnya sendiri. Belum habis kemarahanku kepadanya, papa menambah rasa kecewaku," kata Arnold."Papa manusia biasa, Nak. Papa pernah melakukan kesalahan dan juga kekhilafan. Saat menikah dengan mamamu, papa baru berusia dua puluh tahun. Masih kuliah, masih menyukai kebebasan, belum mengerti tanggung jawab. "Sejak kau lahir, papa baru mengerti arti tanggung jawab. Kau yang membuat papa juga lahir kembali sebagai pria dewasa. Bertahun-tahun papa merasa dikejar rasa bersalah. Bertahun-tahun papa merasa menjadi pecundang. Kadita dan Sanjaya tidak bersalah, papa yang salah. Jika memang sikap Sanjaya ada yang salah kepadamu, maafkanlah. Dia adikmu, sat
"Jadi, kau sudah bercerai? David menceraikanmu? Betulkah?!" seru Dirga kaget. Ia sama sekali tidak menyangka saat Nadine datang ke rumah sakit."Iya, mas David akan mengurus segalanya. Termasuk surat cerai kami tanpa sepengetahuan papi. Aku merasa sangat lega, Mas. Akhirnya aku bisa bersamamu juga," kata Nadine. Dirga tak menjawab, ia langsung membawa tubuh Nadine ke dalam pelukannya. Penantian panjangnya selama ini ternyata tidak sia-sia. Sejak awal ia memang yakin jika Nadine akan menjadi miliknya utuh."Setelah masa idahmu selesai, aku akan segera menikahimu. Dan setelah itu kita gelar resepsi. Saat ijab qobul kita lalukan saja di KUA dengan beberapa saksi supaya papimu tidak tau. Biar kita katakan setelah menikah saat kita meminta beliau hadir di resepsi kita.Kau setuju?" kata Dirga dengan antusias. Nadine langsung mengangguk tanda setuju. Ia merasa sangat bahagia, apa yang selama ini ia impikan akan sege