"Itu bahaya, Papi! Aku tidak mungkin meminta mas Dirga melakukan hal itu."
"Kalau dia tidak mau jangan harap. Tapi, bagaimana kau bisa yakin kalau dia akan menolak?" tanya Sanjaya dengan senyuman licik.
"Papi keterlaluan," kata Nadine.
"Kita lihat saja, kau mau bukti?"
***
"Ada apa, Mbak? Kok mondar-mandir di depan?" tanya David saat melihat Tuti berada di teras rumah dengan gelisah. Tidak biasa-biasanya asisten rumah tangganya itu berada di luar seperti itu.
"Anu, Pak. Bu Nadine tadi diseret papinya," lapor Tuti. Arnold dan David saling pandang.
"Memang kenapa bisa sampai diseret?" tanya Liliana.
Tuti pun menjelaskan apa yang sudah terjadi. Tanpa melebihkan atau mengurangi.
"Astaga, kasian mbak Nadine, Mas. Apa tidak sebaiknya Mas ke sana dan jemput dia?" kata Liliana.
"Besok saja, hari su
Semua yang berada di ruangan itu terkejut, kecuali Arnold yang memang sudah tau."Maksudmu apa, Dave?" tanya Nadine penasaran. Ia merasa bingung, bagaimana bisa anak yang ada dalam kandungan Liliana adalah anak kandung David."Malam itu ketika di Kupang, aku mabuk dan tidak sengaja masuk ke kamar yang salah. Liliana juga dalam kondisi mabuk malam itu. Aku mengira dia adalah dirimu dan aku sudah mengambil kesuciannya. Aku menemui Liliana di apartemen, saat itu aku juga habis minum dan aku memaksa Liliana melayaniku karena aku pikir aku mandul tidak bisa memberi keturunan. "Tapi, karena aku merasa bersalah telah mengambil kesucian Lili, diam-diam aku membayar orang lain untuk mengikuti Liliana. Aku tidak mau dijebak karena sudah menidurinya kemudian dia tidur dengan orang lalu hamil dan mengatakan itu adalah anakku. "Tetapi, Lili bersih. Dan saat aku tau dia hamil darim
_Beberapa jam sebelumnya_ Kinasih tersentak mendengar suara di telepon, matanya terbelalak. Ia merasa syok, pantas saja ia merasa dekat. Tentu, karena bayi itu adalah cucunya sendiri."Di CCTV itu pak David yang masuk ke dalam kamar Liliana. Setelah itu sampai pagi baru dia keluar, Nyonya.""Yakin? Tidak ada yang dimanipulasi, kan?""Yakin, Nyonya. Jadi, jika memang Nyonya mencari siapa ayah dari bayi yang menantu Nyonya kandung itu adalah anak Nyonya sendiri. Hallo ... Nyonya Kinasih ...."*** "Mama membayar orang untuk mencari tau. Dan ternyata ... Dave, kau yang melakukan itu pada Lili? Anak ini benar cucu mama?" tanya Kinasih dengan suara bergetar menahan air mata."Iy-iya, Ma. Ini cucu Mama, anak Mas David," jawab Liliana perlahan. Tangis Kinasih pun pecah, ia menarik tangan Liliana dan m
Malam itu Sanjaya benar-benar merasa kesal setengah mati. Hilang sudah harapannya untuk bisa merebut kekayaan Arnold melalui putrinya."Jadi, apa kau mau membantu rencanaku itu?" tanya Sanjaya. Dirga tertawa kecil, "Maaf, Om. Sebelumnya mungkin saya harus mengingatkan Om, saya ini dokter kandungan. Saya bukan dokter kecantikan yang paham soal kecantikan dan sebangsanya. Om salah jika menghubungi saya," kata Dirga dengan santai. Sanjaya memicingkan matanya, "Kau tidak mencintai Nadine lagi?" tanyanya. Dirga menggelengkan kepala sambil mengusap wajahnya perlahan."Saya terlalu mencintai anak Om. Jika saya tidak mencintainya, tidak mungkin saya mau berjuang dan terus menunggu dia. Sampai hari ini saya selalu mencintai Nadine. Banyak gadis lain di luar sana yang mengejar cinta saya. Tapi, yang ada di hati saya hanya satu, yaitu anak Om. Sayang, Om tidak pernah memberi saya kesempatan dan juga merestui kami.
"Silakan, Pak," kata pria berwajah sangar itu kepada Sanjaya. Pria itu segera keluar dari kamar dan meninggalkan Sanjaya bersama seorang gadis yang sedang meringkuk ketakutan."Siapa namamu?" tanya Sanjaya."An-Andiini, Om." Sanjaya hanya tertawa kecil melihat gadis yang tampak ketakutan itu. Ia yakin sekali jika ia langsung ke menu utama gadis itu pasti akan melawan sekuat tenaga. Dan, malam ini Sanjaya sudah tidak ingin mendapat perlawanan dalam bentuk apa pun. Cukup anaknya yang sudah melawan dan juga Dirga yang sudah membuatnya jengkel setengah mati. Ia pun melangkah mendekati telepon di atas nakas dan menelepon layanan kamar. Ia memesan sebotol cointreaudan sebotol minuman soda, batu es, juga jeruk nipis dan sedikit garam. Tak lama, pesanannya tiba. Ia pun segera meracik minumannya. Pertama-tama, ia membasahi b
Nadine membaca pesan dari Dirga tak percaya. Papinya benar-benar mengajak Dirga bertemu dan menawarkan hal yang Nadine sama sekali tidak setuju. Nadine pun segera menelepon Dirga."Kau di mana, Mas?" tanya Nadine saat panggilannya tersambung."Aku di rumah sakit, sayang, kenapa?""Kita harus bertemu, Mas. Papi tidak menyakitimu, kan?" tanya Nadine cemas. Di seberang sana Dirga hanya tersenyum. "Aku baik-baik saja, sayang. Sabar, ya. Kita akan hadapi semua bersama-sama. Aku janji kita akan bahagia.""Aku sudah tidak kuat lagi dengan sikap papi. Aku hanya ingin bercerai dengan David. Apa aku nekad saja?" tanya Nadine."Jangan melakukan apa pun yang bisa membahayakan dirimu. Aku melihat papimu terlalu berambisi juga memilliki dendam sendiri kepada David dan keluarganya. Jadi, kau harus berhati-hati.""Baiklah, mulai sekarang aku akan selalu bicara kepadamu dulu, Mas.""Iya,
Pagi itu baik Sanjaya mau pun Nadila tidak banyak bicara. Mereka menikmati sarapannya dalam diam. Meski penasaran, Nadila tidak berniat untuk bertanya. Ia ingin Sanjaya sendiri yang nanti menceritakan segalanya."Aku ke kantor dulu. Hari ini kau datanglah ke rumah Nadine. Lihat keadaannya dan katakan jika aku sangat marah kepadanya. Katakan untuk tidak pulang ke rumah ini sampai emosiku reda," kata Sanjaya. Nadila hanya mengangguk mengiyakan dan membiarkan Sanjaya berlalu dari ruangan itu. Setelah suara kendaraan terdengar menjauh barulah Nadila memanggil asisten tumah tangganya."Mbok Asih!" panggilnya. Tak lama seorang wanita berusia sekitar 50 tahunan muncul. Dia adalah pekerja yang paling lama di rumah Nadila. Ia bekerja sejak Nadine masih kecil. Mbok Asih janda tidak memiliki anak karena memang tidak bisa hamil akibat kanker rahim. Ia pun
Nadila terisak, tak tahan rasanya melihat darah daging yang ia lahirkan menderita."Mami tidak bisa melihat kau begini terus. Tapi, mami tidak bisa membantumu. Papimu ....""Biarkan aku pergi saja, Mami. Aku tidak cemburu karena David menikah lagi dengan Liliana. Tapi, demi TUhan aku hanya mencintai Dirga saja, Mami.""Kita akan cari cara, ya. Mami janji akan membuatmu dan Dirga bersatu," kata Nadila."Mami serius?""Iya, mami janji. Ya sudah, kita ke bawah saja. Mami mau bertemu dengan mertua dan madumu. Tenang saja, mami tidak akan membuat keributan. Mami hanya ingin bicara baik-baik,kok." Nadine menghela napas panjang, "Aku lelah mendengar pertengkaran, Mami.""Mami tau, mami juga tidak akan membuatmu serba salah di rumah ini."Mereka pun berjalan bersama menuju halaman samping. Tampak Kinasih sedang asik berbincang dengan Liliana sambil melihat ka
Liliana menggenggam tangan Nadine dan menatapnya lembut."Mbak, aku akan membantumu. Tapi, tidak seperti cara tante Nadila dan Om Sanjaya menyuruh mas David menceraikan aku. Aku akan bicara baik-baik dengan mas David.""Tapi, jangan katakan jika aku mempunyai kekasih. Aku takut papi akan melakukan hal yang aneh-aneh. Tolong aku, Lili," ujar Nadine."Iya, Mbak. Aku akan membantu sebisaku. Mulai hari ini tidak ada perselisihan di antara kita, ya?" kata Liliana, "Walau bagaimana, Mbak sudah menyelamatkan hidupku. Jika Mbak tidak datang tepat waktu tempo hari, mungkin saat ini aku hanya tinggal nama saja," lanjutnya. Nadine menghela napas panjang, sejak awal memang dia tidak pernah merasa benci kepada Liliana. Entah apa yang terlintas dalam benaknya saat ia berlaku kasar kepada wanita yang sudah menjadi madunya itu."Sejak awal bertemu denganmu aku selalu menganggapmu adikku, Li. Tapi, entahlah mengap