Sudah dua minggu sejak anniversary pernikahan orangtua David. Entah mengapa Nadine urung untuk mengajak Liliana memeriksakan diri ke dokter. Namun, pagi ini Liliana merasa ada sesuatu yang tidak beres dengan perutnya.
Ia merasakan mual dan pusing luar biasa. Bahkan mencium aroma nasi goreng yang dimasak oleh Tuti pun membuatnya mual luar biasa.
"Mbak Lili sakit?" tanya Tuti saat melihat Liliana tampak pucat dan beberapa kali muntah-muntah.
"Saya nggak tau, Mbak. Tapi, sudah dua hari ini saya pusing dan mual-mual seperti ini. Mbak kan tau sendiri biasanya saya tidak pernah seperti ini."
"Mbak Lili, apa lebih baik saya telepon ibu Nadine ya? Mbak jangan kerja dulu."
Liliana menggelengkan kepalanya perlahan, mendadak sesuatu terlintas di benaknya.
"Mbak, bisa bantu saya?" tanyanya ragu.
"Iya, Mbak Lili mau saya belikan sesuatu?"
Liliana menatap Tuti sediki
"Ma-mama sejak kapan mendengarkan di balik pintu?" tanya David panik saat melihat Kinasih menatap tajam dengan kemarahannyang terlihat di wajah cantiknya. Sementara itu David bertambah panik saat mendengar langka kaki lain mendekat. a yakin itu pasti adalah Arnold. Ia pasti sudah mendengar keributan di pagi ini. "Ada apa ini?" Benar dugaan David, mendengar keributan Arnold tentu tidak tinggal diam. Ia langsung mencari di mana sumber keributannya. "David mandul!" pekik Kinasih dengan suara penuh emosi menahan tangis dan kemarahan. Mendengar teriakan sang istri Arnold tampak terkejut, tetapi lelaki yang masih gagah di usia yang tak lagi muda itu tampak tenang. "Kapan kalian tau masalah ini?" tanyanya pada David. Nadine yang awalnya terkejut karena terciduk oleh Kinasih justru merasa senang karena dengan begini ia tidak perlu susah payah mencari cara untuk meyakinkan ke
"Bereskan segala kekacauan yang sudah kau buat, aku mau ke kantor!" tegas David sambil berlalu. Ia merasa sudah cukup terlihat dalam kegilaan Nadine sepagi ini."Liliana izin, biar aku bawa dia ke dokter kandungan pagi ini," jawab Nadine tak peduli ucapan David. Mendengar ucapan Nadine soal dokter kandungan tak urung membuatDavid menhadu sedikit penasaran. Tetapi, ia sadar jika ia bertindak atau bereaksi terlalu berlebihan bukan tidak mungkin Nadine akan curiga. Tidak ada seorang pun yang tau tentang kejadian itu. David sendiri belum yakin jika anak yang ada dalaam kandungan Liliana adalah anaknya. Dalam benaknya ia masih percaya jika ia mandul.Sementara itu Nadine bergegas pergi menuju ke apartemen Liliana. Tak lupa ia juga membuat janji temu dengan Dirga. Ia ingin segera mengetahui bagaimana kondisi kandungan Liliana. Dan, untuk itu tidak ada dokter kandungan yang bisa ia percaya se
"Ma, sudahlah, sementara ini kita lakukan saja apa yang disarankan oleh Nadine. Papa rasa ia juga ingin menyelamatkan nama baik kita.""Anakku tidak mungkin mandul. Aku tidak percaya sebelum aku membawa David ke dokter sendiri!" Arnold menghela napas panjang, ia sendiri memng tidak percaya jika putra tunggalnya itu mandul. Dulu, ia dan Kinasih memang memutuskan untuk memiliki satu anak saja karena kesehatan Kinasih. Setelah David lahr dua kali Kinasih mengalami keguguran sehingga dokter memang menyarankan supaya sang istri tidak hamil lagi karena berbahaya bagi kesehatan ibu dan anak pada akhirnya."Ma, kita ikuti saja dulu rencana Nadine. Papa juga tidak akan tinggal diam, Ma. Tapi, sementara waktu ini papa rasa lebih baik kita amati saja perkembangannya terlebih dahulu.""Papa terlalu sabar. Lagi pula, sejak dulu mama kan memang sudah tidak setuju jika Nadine menikah dengan David. Sampai
Liliana hampir melompat mundur saat melihat siapa yang berdiri di depan pintu apartemennya. Gadis itu gugup, tapi senyum ramah Kinasih berhasil membuatnya sedkit tenang dan langsung mempersilakan wanita cantik itu untuk masuk."Maafkan saya, Bu. Hari ini saya tidak enak badan jadi saya tidak bisa masuk ke kantor dan bekerja seperti biasanya. Silakan masuk, Bu, biar saya siapkan minuman," ujar Liliana. Gadis itu baru saja akan beranjak ke dapur, tetapi Kinasih dengan cepat menarik tangannya."Ada Tuti, kan? Biar dia saja yang membuatkan minuman untuk saya, kau temani duduk di sini , kita bicara." Kinasih mengucapkan kalimatnya denganpelan, tetapi nadanya penuh dengan ketegasan. Lilana pun segera mengikuti kemauan dari ibu bosnya itu. Dalam hati Liliana merasa sangat gelisah dan juga takut. Ia sangat yakin jika Nadine pasti sudah mengatakan rencananya untuk menjadikan Liliana istri kedua David. &n
"Kalau begitu jadilah menantuku, Liliana.""Bu, saya ...""Kau tidak akan menandatangani apa-apa. Tidak ada istri di atas kertas atau kawin kontrak. Kau akan menjadi menantuku seutuhnya, aku akan mempersiapkan pernikahanmu dan David secara negara, sah. Bukan menikah siri," ujar Kinasih membuat Liliana terbelalak kaget."Bu, saya ini bukan gadis yang suci yang pantas menerima semua ini. Ini terlalu banyak buat saya," jawab Liliana. Ya, gadis itu tidak mau berharap banyak. David bertanggung jawab saja itu sudah suatu keuntungan baginya. Ia tidak mau memanfaatkan kebaikan Kinasih."Bu, bagaimana dengan perasaan Mbak Nadine nantinya?" Kinasih menggelengkan kepalanya, ia merasa kagum pada gadis cantik di hadapannya ini. Gadis lain mana mungkin mau memikirkan bagaimana nasib istri pertama dari calon suaminya. Tapi, Liliana memang berbeda, hal ini tentu
"Saya mau jika Pak David juga meminta saya, Bu. Karena saya tidak mau pernikahan ini terjadi jika Pak David tidak menginginkannya," jawab Liliana setelah beberapa saat. Mendengar pernyataan Liliana, Kinasih tentu langsung merasa gembira."Mama sendiri yang akan menyuruhnya melamarmu," ujar Kinasih dengan semangat."Mulai sekarang, jangan panggil saya Ibu. Panggil saya mama, karena saya akan menjadi mama mertuamu," kata Kinasih dengan gembira."Baik Bu- ehm, Ma," jawab Liliana sedikit gugup."David akan kemari sepulang bekerja. Atau jam makan siang nanti mama akan suruh dia melamarmu. Mama sendiri yang akan mempersiapkan pernikahan kalian nanti. Pesta, semuanya. Sebelum perutmu terlihat. Kita akan membuat orang mengira jika kau melahirkan secara prematur. Jangan sampai ada yang curiga jika ini bukan anak David." Deg! Dada Liliana terasa seperti dihantam oleh b
PLAK! PLAK!"Papa tidak pernah mengajarimu untuk menyakiti wanita! Apa lagi melakukan hal seperti itu! Kau sudah tidak waras, Dave?!" hardik Arnold dengan wajah memerah penuh amarah. Ia sama sekali tidak menyangka jika anaknya sanggup berbuat hal memalukan."Pa, aku khilaf. Malam itu aku mabuk dan salah masuk kamar. Dan terjadilah ....""Lalu?" David menghela napas panjang lalu menceritakan apa yang sudah terjadi antara dirinya dan Liliana."Aku mencintainya, Pa. Untuk pertama kalinya dalam hidup aku merasakan yang namamya jatuh cinta. Dan itu kepada Liliana. Entahlah, saat itu apa yang aku pikirkan. Awalnya aku merasa karena aku mabuk, tapi ternyata aku merasa tidak rela setiap kali aku melihatnya bersama dengan lelaki lain, meski hanya diantar pulang atau makan siang di kantin bersama." Arnold menghela napas panjang, ia merasa semakin yakin jika anaknya tidak be
Kinasih baru saja hendak mengajak Liliana makan siang saat bel di pintu apartemen Liliana berbunyi. Tuti dengan tergopoh-gopoh membuka pintu dan degub jantung Liliana seolah berhenti saat melihat siapa yang datang."Dave, kau mau apa?" tanya Kinasih sambil mengerutkan dahi."Aku mau mengajak Liliana makan siang dan bicara." Kinasih tersenyum, ia yakin sekali suaminya pasti sudah menemui David."Baiklah kalo begitu, mama tidak jadi mengajak Lili makan siang bersama. Kau ajak saja Lili keluar. Asal kau tau sejak tadi dia belum makan dengan benar."Kinasih pun menoleh kepada Liliana dan mengelus bahu gadis itu, "Mama pulang dulu, ya. Besok malam saja kita makan malam bersama. Sekarang David sepertinya punya hal yang penting untuk dibahas,"ujarnya. Ia pun mengecup kedua pipi Liliana lalu melangkah keluar setelah menepuk bahu David sekilas."Kau sudah siap, kan? Tadiny