Share

Bab. 5

Netra Dirham memerah, membayangkan sesakit apa perasaan istrinya yang sudah yatim sedari kecil ini.

“Bajunya jangan yang mahal-mahal, Mas. Aku nggak biasa beli baju mahal.”

“Nggak usah sering belikan aku baju, Mas, nanti lebaran aja baru beli baju lagi. Buat Mas aja, kan Mas kerja.”

Dirham tahu, Kumala tak enak menggunakan uang nafkah yang ia berikan.

“Cari uang kan nggak gampang, Mas.” Begitu ucap Kumala saat Dirham bertanya mengapa tak ingin beli baju ataupu  perhiasan dan make up seperti wanita lainnya.

“Aku Cuma perempuan kampung, Mas. Kenapa kamu terima perjodohan ini?” tanya Kumala padanya saat malam pertama mereka. Selain karna dijodohkan, Dirham sendiri sudah menaruh rasa pada Kumala, saat jumpa pertama dulu di rumah gadis itu, saat ibunya mengajak drinya sambang ke desa, melihat rumah mereka di desa sekaligus mengunjungi ibu Kumala, yang juga kawan akrab mamanya.

Sikap yang bersahaja, tutur bahasa yang santun dan juga wajah cantik alaminya, hadirkan debaran yang berbeda di hati Dirham.

__

Sejak perselingkuhannya diketahui oleh Kumala, Dirham tak pernah tenang meninggalkan istrinya itu di rumah. Meski itu untuk bekerja. Hampir tiap jam Dirham akan menelpon, atau mengirim pesan. Lihat saja lelaki ini, dia yang berkhianat, namun dia yang takut kehilangan.

[Sudah makan, Sayang?] sepuluh menit yang lalu, pesan yang Dirham kirim belum dibaca oleh Kumala. Hati pria ini mencelos, ingin rasanya pulang, meninggalkan pekerjaan yang menumpuk ini, namun meeting dengan pihak penyuplai bahan baku pembangunan resort satu jam lagi akan dimulai. Dirham semakin gelisah, PT. Jaya Bangunan tempat Fiona bekerja biasanya mengirim mantan selingkuhannya itu mendampingi pak Edward, pria parlente lima puluh tahun pemilik perusahaan bahan bangunan itu.

Suara ketukan dari luar, membuyarkan kekalutan Dirham, nampak Mita, sang asisten yang mengetuk dari luar.

“Sudah ditunggu di ruang meeting, Pak.” Mita mengingatkan, sebab sepuluh menit lagi meeting akan di mulai, sebenarnya bukan meeting penting, hanya follow up progress kerjasama mereka.

“Baik, terima kasih, saya segera kesana.”

Sekali lagi Dirham mengecek ponsel berlogo apel digigit itu, namun tak ada tanda-tanda bila Kumala membaca pesannya. Ia hembusakan nafas kasar, mengusap wajahnya, lalu keluar menuju ruang meeting, penampilan Dirham kali ini bisa dibilang kurang rapi. Kalau dulu-dulu, semua harus rapi dulu, rambut, pakaian, bahkan sepatu harus pas dan rapi, sebab ada Fiona yang akan melihat dan menilai penampilannya.

“Kamu, cakep banget sih, Mas.” Puji Fiona setelah mereka menggelar rapat, siang tadi. Dan sorenya mereka bertemu di hotel, melepas penat dan melepas hasrat.

Entahlah, pujian-pujian Fiona selalu membuat Dirham merasa gagah, kekaguman dan wajah mendamba Fiona padanya buat pria ini merasa jantan. Padahal di rumah, Kumala bukan main selalu memujinya, juga mendambanya, bahkan menjadikannya raja di atas pembaringan mereka.

Silih berganti bayangan istrinya dan perempuan simpanannya itu memenuhi kepalanya.Dirham menekan pelipisnya yang tiba-tiba pening. Semua petinggi perusahaan dan pemangku kepentingan sudah hadir. Hanya menunggu Dirham seorang.

“Mas, kami udah nunggu kamu.” Fiona menyambut Dirham di depan pintu ruang meeting.

__

Benar kata Kumala, pandangan Fiona pada Dirham memang nampak lain, nampak begitu jelas mendamba. Apa tak ada pria lain yang bisa didekati janda ini, mengapa pula harus suami  sahabatnya.

Sejenak Dirham terhenyak saat melihat Fiona berdiri di pintu ruang meeting, dan malah perempuan itu yang membuka pintu untuknya. Pandangan Fiona masih sama, masih mendamba, enam bulan kedekatan mereka dan kegiatan intim yang mereka lakukan berulang, buat wanita berambut sebahu itu belum mempu menghilangkan kenangan mereka, meski kata putus sudah terucap dari bibir pria yang setengah mati ia puja.

Dirham segera membuang pandang, baginya setelah pertemuan terakhir mereka kemarin, semuanya sudah berakhir. Ie lebih baik memilih mengejar cinta istrinya daripada membawa wanita baru kedalam hidupnya.

Fiona tak menempati sedikitipun dari hati Dirham. Wanita itu hanya sebatas pelampiasan nafsu yang kebablasan Dirham lakukan.

“Kenapa kita pakai pengaman terus sih, Mas?” jengkel Fiona suatu hari, sebab ia sengaja tak minum pil KB, namun Dirham juga sudah mengantisipasinya dengan membawa lateks. “Kan nggak enak kalau pakai gituan.”

“Kalau tanpa pengaman aku bisa dengan istriku.” ucapan Dirham seperti ejekan untuk Fiona namun wanita itu berpura menulikan telinga.

“Tapi istrimu itu mandul, Mas.”

“Aku mencintai Kumala.” tandas Dirham tanpa perduli dengan perasaan Fiona.

“Terus kenapa mau sama aku?”

“Kamu juga suka mesum kalau mandangin aku.” Wajah Fiona sudah semerah kepiting rebus, disindir sedemikian rupa oleh Dirham. Bagi Dirham rasa yang Fiona berikan tak lebih dari barang yang ia beli, sebab Dirham juga rutin mengiriminya jatah bulanan. Namun bagi Fiona itu adalah bentuk kepedulian Dirham padanya.

Meski saat bercinta pun, Dirham masih saja sering mengingat Kumala, buat Fiona merasa sakit hati. Namun perasaan cinta dan dambanya pada suami sahabatnya ini tetap saja buat dirinya gelap mata untuk melanjutkan perselingkuhan mereka.

Dirham melangkah, melewati Fiona tanpa memandang sedikitpun ke arah wanita yang hari ini menggunakan atasan yang cukup ketat. Tentu tujuannya untuk menarik perhatian manager perusahaan ini. Dirham Dirgantara, S.E.

__

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status