Share

KITAB KUNO SANG KURATOR
KITAB KUNO SANG KURATOR
Author: DAVOBI

LEMBAR KE-1

Dentingan pedang yang beradu, asap dari api yang berkobar, bau anyir darah, dan teriakan kesakitan membumbung ke udara. Ada yang tersayat pedang, tertusuk tombak, bahkan kehilangan anggota badannya. Manusia yang ada di sana telah kehilangan hatinya. Mereka sibuk membantai sesamanya untuk mendapatkan kemenangan.

Seorang perempuan berjalan terhuyung-huyung di tengah perang tersebut. Tangannya memegang pedang yang berlumuran darah. Wajahnya begitu pucat dan air mata jatuh membasahi pipinya. Dia sudah merasa muak berada di sana. Perempuan itu mulai berlari sekuat tenaga untuk menjauh. Tiba-tiba ada suara yang memanggilnya dari kejauhan.

“Ziu!!!”

-----***-----

Seorang perempuan terbangun dari tidurnya. Kepalanya berada di atas berkas-berkas laporan tentang berbagai benda seni dari berbagai zaman. Komputer di mejanya dibiarkan menyala saat dia tertidur. Di samping mejanya terdapat lemari kaca besar yang berisi bermacam-macam buku tentang seni.

Perempuan itu mengangkat kepalanya perlahan. Dia merasa agak pusing karena tidak bisa tertidur dengan nyenyak. Sebuah id card lengkap dengan foto perempuan tersebut yang tergantung berada di depan dadanya.

Ziu Kirzana. Itu adalah nama yang tertulis di id card miliknya.

Setelah menguap dan menggosok kedua matanya, dia meregangkan badan sebentar. Dia melihat jam di mejanya yang masih berada di pukul sembilan malam. Kemudian dia menyandarkan tubuhnya ke kursi. Ziu memutar kursinya sehingga menghadap ke jendela di belakangnya. Matanya terpejam. Ziu tidak tisur lagi dalam posisi itu. Dia tampak sedang berusaha mengembalikan kesadarannya yang belum seratus persen.

Keadaan ruangannya yang hening sama sekali tidak membuatnya takut. Dia malah menyukai keadaan itu. Suara langkah kaki yang terburu-buru memecah keheningan malam itu. Ziu merasa langkah kaki itu terasa mendekat ke arah ruangannya.

Seseorang mengetuk pintu ruangan Ziu. Ziu yang masih terpejam tidak bergeming. Pintu ruangan Ziu terbuka lalu menutup tidak lama kemudian. Langkah kaki itu mendekat kepadanya.

“Kurator Ziu,” panggil seorang perempuan sambil berjalan. Dia memakai kacamata bulat dengan frame tebal. Perempuan itu tampak terburu-buru.

“Hemm…,” jawab Ziu yang belum beranjak dari tempatnya. Dia masih menyandarkan tubuhnya dengan mata yang terpenjam.

“Ada benda yang baru datang. Anda harus memeriksanya,” lapor perempuan tersebut sambil meletakkan sebuah berkas di meja Ziu.

Ziu membuka matanya. Matanya terlihat masih sayu. Dia menguap lagi dan tampak masih mengantuk. Setelah memutar kursinya, Ziu melihat ada beberapa berkas baru di atas berkas-berkas lamanya yang berserakan di atas meja. Ziu engambil berkas yang dibawa oleh perempuan tadi.

“Anda begadang lagi? Itu sungguh tidak bagus, Miss. Anda selalu memaksakan tubuh anda untuk bekerja sampai pagi hampir setiap hari,” ucap perempuan berkacamata itu dengan nada kesal.

Selain dipanggil dengan sebutan Kurator, Ziu juga sering dipanggil dengan nama Miss oleh para karyawan atau pekerja di museum itu. Awalnya itu hanya dilakukan oleh perempuan berkacamata.

Namun, sekarang panggilan itu berlaku bagi semua orang. Ziu sendiri tidak mempermasalahkan hal itu sepanjang pekerjaan mereka memuaskan.

Ziu mengabaikan perkataan perempuan di depannya. Dia lebih memilih kembali melihat-lihat berkas-berkas di mejanya.

“Lukisan? Darimana asal lukisan ini, Tena?” tanya Ziu kepada perempuan itu sambil membuka beberapa lembar berkas di depannya.

Perempuan berkacamata yang mengantarkan berkas-berkas tadi bernama Tena. Dia adalah asisten Ziu di museum itu.

“Lukisan itu berasal dari Korea, Miss. Itu adalah sumbangan dari seseorang yang tidak ingin disebutkan namanya. Mereka mengirimkankan lukisan itu kesini bersamaan dengan barang yang telah disepakati saat rapat kemarin,” jelas Tera sambil melihat buku catatannya.

“Banyak rumor tentang lukisan itu. Ada yang menyebutkan lukisan itu sangat bagus, namun jika terus diperhatikan akan terlihat menyedihkan,” tambahnya.

Ziu mengernyitkan dahinya. Dia menjadi agak penasaran dengan lukisan yang dimaksud. Ziu harus memeriksa lukisan itu terlebih dahulu. Dia harus memastikan kualitas lukisan dan ukurannya sebelum memasang di dalam museum.

Ziu pergi ke gudang penyimpanan bersama dengan Tena. Di dalam gudang sudah ada beberapa karyawannya yang memulai pemeriksaan. Lukisan yang ingin diperiksa sudah dikeluarkan dari tempatnya. Lukisan itu masih terbungkus kain putih.

Ketika kain putih itu dibuka, tampak lukisan seseorang dengan pakaian zaman kerajaan yang memandang ke arah sebuah bangunan. Ziu memberi kode kepada Tena agar memberikan penjelasan mengenai lukisan tersebut.

“Lukisan ini berasal dari masa Kerajaan Burumun. Orang yang berdiri di lukisan ini adalah salah satu Kaisar yang terkenal pada masanya, Kaisar Vajara. Beliau adalah Kaisar kesembilan dari kerajaan tersebut,” jelas Tena sambil membaca catatannya

Di dalam lukisan itu, Kaisar Vajara terlihat sedang melihat Istana Selatan sambil mengenang orang yang dicintainya.” Tena menyelesaikan penjelasannya. Ziu mendengar penjelasan Tena sambil berjalan mengitari lukisan tersebut.memeriksa segala sisi dan aspek.

“Orang yang dicintai? Pasti lukisan ini dibuat untuk permaisurinya,” ucap Ziu setelah selesai memeriksa lukisan itu. Dia kembali melihat lukisan dari depan.

“Sepertinya Kaisar Vajara tidak pernah menikah, Miss,” ujar Tena sambil membolak-balik catatannya. Dia terlihat seolah-olah sedang mengoreksi perkataan Ziu.

Ziu mengangkat salah satu alisnya. Ini hal yang baru baginya. Bagi Ziu, Raja yang diceritakan oleh Tena sangat unik. Menurut Ziu, jarang sekali ada raja yang tidak menikah pada zaman itu. Menikah bukan hanya untuk menghasilkan keturunan, tetapi dapat dijadikan sebagai alat untuk menguntungkan kerajaannya juga.

“Apa jangan-jangan Kaisar Vajara punya wanita simpanan yang tidak pernah diketahui oleh siapapun?” gumam Ziu dalam hati.

Baiklah, Kaisar Vajara sudah membuat Ziu tertarik dengan kehidupannya. Dia menjadi penasaran sekarang. Bagaimanapun, Ziu akan mencari informasi mengenai Kaisar Vajara yang terdapat dalam lukisan di depannya.

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status