Share

LEMBAR KE-2

Ziu memandang Tena seperti tidak percaya perkataannya. “Tidak menikah? Bagaimana bisa seorang Kaisar tidak menikah? Kerajaannya pasti akan hancur.”

Tena menggeleng tanda tidak setuju. “Kerajaan Burumun tetap memiliki Kaisar yang baru, yaitu anak dari Kaisar sebelumnya. Kerajaan Burumun tetap berdiri dalam waktu yang sangat lama.”

Ziu merasa Kaisar Vajara orang yang sangat aneh. Dia memilih untuk tidak menikah dan rela memberikan tahtanya kepada anak orang lain. Sementara itu, dia dilukis tanpa menghadap ke depan. Hal ini membuat Ziu semakin penasaran dengan Kaisar satu ini.

Ziu memperhatikan lukisan Kaisar Vajara selama beberapa saat. Dia merasakan ada hal yang aneh di lukisan tersebut. Lukisan itu perlahan membuat Ziu merasa sedih. Tapi Ziu segera menyadarkan dirinya. Dia menyuruh Tena untuk mengurus semua benda baru yang akan dimasukkan ke museumnya.

Ziu kembali ke ruangannya. Dia mencari tahu tentang Kaisar Vajara lewat internet. Tapi yang dia temukan hanyalah informasi umum tentangnya. Ziu ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan Kaisar Vajara.

“Akan lebih baik jika aku bisa menanyai dia secara langsung,” gumamnya dalam hati.

Ziu meletakkan kepalanya di atas meja lagi. Dia membutuhkan informasi tentang kehidupan Kaisar itu untuk keterangan di bawah lukisannya. Hal ini tentu akan menarik perhatian banyak pengunjung. Mengingat kualitas lukisan itu masih terjaga setelah ribuan tahun berlalu.

Ziu menghela nafas panjang. Dia kemudian mengeluarkan ponsel dan membukanya. Ziu mencari kontak Tena dan menekannya.

“Halo, Tena. Tolong cari dan susun semua informasi mengenai Kaisar Varaya, termasuk kehidupan pribadinya. Setelah itu berikan kepada saya,” ujar Ziu saat menelfon Tena.

“Baik, Miss. Akan segera saya kerjakan,” jawab Tena dari sambungan telvon.

“Oke. Thanks, Tena. Kabari saya jika lukisan itu sudah siap dipajang.” Ziu mengakhiri pembicaraannya dengan Tena. Dia menutup ponselnya. Ziu lalu bersandar kepada kursinya.

Ziu tiba-tiba berada di tempat yang gelap dan sunyi. Lalu secara perlahan keadaan di sekitarnya terlihat. Pemandangan perang yang sempat disaksikan oleh Ziu terulang kembali. Suara yang membuatnya ketakutan mulai terdengar. Dia berlari sekuat tenaga agar dapat keluar dari tempat itu. Lagi-lagi Ziu mendengar sesoerang memangggil namanya. Kemudian semuanya kembali gelap seperti sedia kala.

“Ziu… Kurator Ziu….”

Ziu membuka matanya perlahan. Dia melihat wajah seseorang tepat di atasnya. Setelah beberapa saat terlihat Tena yang memanggil-manggil nama Ziu. Tena khawatir karena Ziu seperti orang yang linglung.

“Ada apa, Tena?”

“Harusnya saya yang bertanya seperti itu. Miss tampak aneh. Apa Miss baik-baik saja?”

“Mungkin saya sedang kurang sehat, Tena. Bagaimana dengan benda-benda yang baru itu?”

“Semuanya sudah siap, Miss. Kita bisa memasangnya di dinding museum kapan saja. Akan tetapi ada laporan dari mereka bahwa ada satu benda yang tertinggal. Mereka sudah mengirimkan ke alamat tambahan yang ada di berkas.”

Ziu bangkit dari tempat duduknya. “Oke. Saya akan kabari jika benda itu sudah berada di tangan saya. Jangan lupa buat keterangan untuk benda tambahan tadi.”

“Baik, Miss. Akan segera saya kerjakan,” ucap Tena sambil menulis di buku catatannya.

“Kalau begitu bisakah kamu teruskan sendiri? Saya sepertinya butuh istirahat. Jadi tidak dapat mendampingi kalian,” tanya Ziu sebelum bersiap-siap pulang.

Tena mengangguk tanda paham terhadap tugasnya. Ziu buru-buru membereskan berkas-berkas di mejanya dan mengemasi semua barangnya. Dia mengajak Tena keluar bersama. Ziu juga berpesan agar Tena dan yang lainnya tidak pulang terlalu malam.

“Kalian bisa melanjutkannya besok jika memang sudah merasa lelah. Waktu kita masih cukup panjang,” ucap Ziu kepada Tena ketika mereka berjalan.

“Baik, Miss,” ucap Tena dan yang lainnya secara bersamaan.

Ziu kemudian berjalan ke tempat parkir untuk mengambil mobilnya. Dia segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Ziu menemukan sebuah paper bag di depan pintu. Ziu memeriksa paper bag tersebut. Tidak ada catatan atau keterangan pengirim yang tertempel.

“Apa ini? Siapa yang meletakkan benda seperti ini di depan pintu rumahku?"

tanya Ziu heran dan sedikit was-was.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status