Share

LEMBAR KE-2

Penulis: DAVOBI
last update Terakhir Diperbarui: 2022-04-03 20:58:49

Ziu memandang Tena seperti tidak percaya perkataannya. “Tidak menikah? Bagaimana bisa seorang Kaisar tidak menikah? Kerajaannya pasti akan hancur.”

Tena menggeleng tanda tidak setuju. “Kerajaan Burumun tetap memiliki Kaisar yang baru, yaitu anak dari Kaisar sebelumnya. Kerajaan Burumun tetap berdiri dalam waktu yang sangat lama.”

Ziu merasa Kaisar Vajara orang yang sangat aneh. Dia memilih untuk tidak menikah dan rela memberikan tahtanya kepada anak orang lain. Sementara itu, dia dilukis tanpa menghadap ke depan. Hal ini membuat Ziu semakin penasaran dengan Kaisar satu ini.

Ziu memperhatikan lukisan Kaisar Vajara selama beberapa saat. Dia merasakan ada hal yang aneh di lukisan tersebut. Lukisan itu perlahan membuat Ziu merasa sedih. Tapi Ziu segera menyadarkan dirinya. Dia menyuruh Tena untuk mengurus semua benda baru yang akan dimasukkan ke museumnya.

Ziu kembali ke ruangannya. Dia mencari tahu tentang Kaisar Vajara lewat internet. Tapi yang dia temukan hanyalah informasi umum tentangnya. Ziu ingin tahu lebih banyak tentang kehidupan Kaisar Vajara.

“Akan lebih baik jika aku bisa menanyai dia secara langsung,” gumamnya dalam hati.

Ziu meletakkan kepalanya di atas meja lagi. Dia membutuhkan informasi tentang kehidupan Kaisar itu untuk keterangan di bawah lukisannya. Hal ini tentu akan menarik perhatian banyak pengunjung. Mengingat kualitas lukisan itu masih terjaga setelah ribuan tahun berlalu.

Ziu menghela nafas panjang. Dia kemudian mengeluarkan ponsel dan membukanya. Ziu mencari kontak Tena dan menekannya.

“Halo, Tena. Tolong cari dan susun semua informasi mengenai Kaisar Varaya, termasuk kehidupan pribadinya. Setelah itu berikan kepada saya,” ujar Ziu saat menelfon Tena.

“Baik, Miss. Akan segera saya kerjakan,” jawab Tena dari sambungan telvon.

“Oke. Thanks, Tena. Kabari saya jika lukisan itu sudah siap dipajang.” Ziu mengakhiri pembicaraannya dengan Tena. Dia menutup ponselnya. Ziu lalu bersandar kepada kursinya.

Ziu tiba-tiba berada di tempat yang gelap dan sunyi. Lalu secara perlahan keadaan di sekitarnya terlihat. Pemandangan perang yang sempat disaksikan oleh Ziu terulang kembali. Suara yang membuatnya ketakutan mulai terdengar. Dia berlari sekuat tenaga agar dapat keluar dari tempat itu. Lagi-lagi Ziu mendengar sesoerang memangggil namanya. Kemudian semuanya kembali gelap seperti sedia kala.

“Ziu… Kurator Ziu….”

Ziu membuka matanya perlahan. Dia melihat wajah seseorang tepat di atasnya. Setelah beberapa saat terlihat Tena yang memanggil-manggil nama Ziu. Tena khawatir karena Ziu seperti orang yang linglung.

“Ada apa, Tena?”

“Harusnya saya yang bertanya seperti itu. Miss tampak aneh. Apa Miss baik-baik saja?”

“Mungkin saya sedang kurang sehat, Tena. Bagaimana dengan benda-benda yang baru itu?”

“Semuanya sudah siap, Miss. Kita bisa memasangnya di dinding museum kapan saja. Akan tetapi ada laporan dari mereka bahwa ada satu benda yang tertinggal. Mereka sudah mengirimkan ke alamat tambahan yang ada di berkas.”

Ziu bangkit dari tempat duduknya. “Oke. Saya akan kabari jika benda itu sudah berada di tangan saya. Jangan lupa buat keterangan untuk benda tambahan tadi.”

“Baik, Miss. Akan segera saya kerjakan,” ucap Tena sambil menulis di buku catatannya.

“Kalau begitu bisakah kamu teruskan sendiri? Saya sepertinya butuh istirahat. Jadi tidak dapat mendampingi kalian,” tanya Ziu sebelum bersiap-siap pulang.

Tena mengangguk tanda paham terhadap tugasnya. Ziu buru-buru membereskan berkas-berkas di mejanya dan mengemasi semua barangnya. Dia mengajak Tena keluar bersama. Ziu juga berpesan agar Tena dan yang lainnya tidak pulang terlalu malam.

“Kalian bisa melanjutkannya besok jika memang sudah merasa lelah. Waktu kita masih cukup panjang,” ucap Ziu kepada Tena ketika mereka berjalan.

“Baik, Miss,” ucap Tena dan yang lainnya secara bersamaan.

Ziu kemudian berjalan ke tempat parkir untuk mengambil mobilnya. Dia segera pulang ke rumah. Sesampainya di rumah, Ziu menemukan sebuah paper bag di depan pintu. Ziu memeriksa paper bag tersebut. Tidak ada catatan atau keterangan pengirim yang tertempel.

“Apa ini? Siapa yang meletakkan benda seperti ini di depan pintu rumahku?"

tanya Ziu heran dan sedikit was-was.

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-33

    Vajra berpaling dan pergi dari tempatnya berdiri tanpa mengatakan apa-apa lagi. Bahkan, dia tak bergeming ketika mendengar suara lantang dari Ziu. Vajra tetap berjalan meninggalkan Ziu yang masih berada di atas tembok dinding. Khani menghembuskan nafas panjang karena merasa lega melihat respon Vajra. Dia merasa bebas dari hukuman yang berat. Di dalam hati, Khani terus mengucap syukur atas hal baik yang baru saja dia alami. “Sial! Aku gagal lagi. Kalau begitu aku harus mencari cara lain lagi untuk melarikan diri sebelum kembali ke rumahku,” ucap Ziu yang tak punya pilihan lain. Wajah Khani menegang. “Nona Ziu, apa yang anda katakan? Anda tidak bisa pergi!” Ziu tidak mengindahkan perkataan Khani. Wajahnya tampak sudah dipenuhi tekad yang benar-benar kuat untuk pergi. “Nona, dengarkan aku! Tidakkah anda ingin menemukan buku kuno itu?” tanya Khani yang tiba-tiba membahas tentang benda yang dicari oleh majikannya. Perlahan Ziu mulai melihat mendengarkan. Usaha Khani untuk menarik per

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-32

    Pintu keluar tempat tinggal Ziu tergeser perlahan. Kepala Ziu keluar sedikit untuk memeriksa keadaan sekitar. Tidak tampak satu pun penjaga yang lalu-lalang di sekeliling ruangannya. Tanpa pikir panjang lagi Ziu kemudian bergegas keluar.“Nona! Nona!” Khani terus memanggil majikannya sambil berlari mengejar Ziu.Ziu yang sudah berniat berlari dengan kecepatan penuh tiba-tiba mengurangi laju langkah kakinya. Dia tidak ingin suara Khani sampai membuat para pelayan ataupun penjaga kediaman berkumpul.“Nona, anda benar-benar tidak boleh pergi dari sini,” cegah Khani sambil memegangi tangan Ziu. “Hamba mohon, Nona.”“Kau sudah mencari selama satu hari penuh tapi belum menemukannya sama sekali. Hal itu berarti benda yang kita cari tidak ada di tempat ini,” tutur Ziu menjelaskan alasannya ingin pergi dari kediaman. “Lalu, mengapa aku harus bertahan untuk tetap tinggal di sini? Kita pergi saja ke tempat lain.”Ziu melepaskan genggaman tangan Khani. Dia segera melangkahkan kakinya lagi menyusu

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-31

    Ziu diam saja mendengar pertanyaan Khani. Di satu sisi dia tidak ingin bertemu dengan orang menyebalkan itu lagi. Namun, di sisi lain kata-kata pelayannya itu terasa masuk akal. Ziu merasa bingung dengan hal yang harus dipilihnya.“Nona, kita harus meninggalkan kesan yang baik padanya. Di masa depan, dia akan memperlakukanmu lebih baik karena hal itu. sejak malam pernikahan kemarin, anda belum pernah sekalipun mengunjungi dia,” ucap Khani memberikan pendapatnya.“Aku tidak akan melakukan hal itu!” Putri mulai meninggikan suaranya sambil menarik kaki yang tengah dipijat oleh pelayannya itu. Wajahnya menunjukkan keengganan untuk melakukan saran dari Khani.“Dia lebih baik mengabaikan aku saja. Bagaimanapun, cepat atau lambat akuakan pergi dari sini. Mengapa aku harus berusaha untuk mengambil hatinya?” protes Ziu secara terus terang. “Pangeran Ketiga memang terlihat tampan. Namun, dia juga mempunya banyak wanita simpanan ya

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-30

    Selir Sinaksa dan Selir Yurian tertawa geli melihat Ziu terjatuh begitu keras. Mereka segera menyembunyikan rasa senangnya karena tidak ingin terlihat sengaja melakukannya. Mereka berdua melakukan hal itu hanya demi kesenangan semata.Ziu terbangun setelah beberapa saat tidakbergerak di lantai. Dari raut wajahnya bisa terlihat bahwa dirinya merasa kesakitan. Khani masih merasa khawatir walaupun Nonanya sudah sadar.“Nona, apa kau baik-baik saja?” tanya Khani sambil membantu Ziu duduk di lantai.“Ouch! Bagaimana aku tadi bisa jatuh? Rasanya sangat menyakitkan,” keluh Ziu yang akhirnya bisa duduk. Dia melihat bagian tubuhnya yang terasa sakit.Khani juga ikut memeriksa tubuh majikannya. Dia melihat wajah Ziu dengan seksama. Seusai melihat wajah Nona Mudanya, Khani menunjukkan ekspresi terkejut, tetapi juga senang secara bersamaan. Wanita yang kini dihadapannya bukan Ziu yang lemah lembut lagi.“Nona Ziu,” panggil K

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-29

    Di dalam Istana Wula, tempat tinggal Anmu Ziu sebagai Putri Permaisuri Ketiga telah kedatangan dua wanita yang tidak dikenal oleh Ziu. Seorang wanita mengenakan pakaian berwarna kuning berdiri dengan sangat tenang. Sedangkan di belakangnya perempuan berpakaian warna ungu menunggu dengan wajah masam.Mereka berdua sedang menunggu Ziu yang tengah bersiap-siap terlebih dahulu. Keduanya ingin bertemu dengan perempuan yang telah dipilih langsung oleh Pangeran Ketiga sebagai permaisuri. Khani berdiri dengan tenang namun penasaran ketika melihat kedua orang asing tersebut.Setelah beberapa saat menunggu, Ziu yang sudah berganti pakaian keluar. Busana berwarna biru langit membalut tubuhnya seolah-olah mengeluarkan auranya sebagai seorang permaisuri. Hiasan di kepalaZiu cukup sederhana tapi terasa sangat cocok dengan wajah cantiknya.“Selir Sinaksa memberi salam kepada Putri Permaisuri Ketiga,” ujar perempuan berbaju ungu sambil memberi hormat. Ziu dapat meli

  • KITAB KUNO SANG KURATOR   LEMBAR KE-28

    Khani tersenyu mendengar Nona Mudanya bicara dengan terbata-bata. “Tadi malam, Pangeran Ketiga datang melihat Nona. Beliau hanya masuk sebentar, lalu pergi. Anda dan Pangeran Ketiga tidak melakukan malam pertama”Ziu menghela nafas panjang dan tersenyum lega. Dia merasa nyaman karena tidak terjadi apa-apa dengannya tadi malam. Ziu tidak akan canggung atau malu bertemu jika setelah ini bertemu dengan Pangeran Kedua.“Lalu, apakah Pangeran Kedua datang?” tanya Ziu dengan wajah penasarannya.“Pangeran Kedua memang datang. Tapi anda memanggil Pangeran Ketiga dengan kata-kata itu tepat ketika Pangeran Kedua berada di luar ruangan ini. Dia marah dan pergi begitu saja,” cerita Khani mengenang kejadian semalam.Wajah Ziu yang mulanya terlihat ceria kini berubah bingung. “Bagaimana aku memanggil Pangeran Ketiga?”“Suamiku… cepatlah masuk! Aku tak bisa menunggu lagi,” ujar Khani menirukan Ziu ketika memanggil Pangeran Ketiga. “Nona, waktu itu anda memanggilnya seperti itu.”Ziu benar-benar tida

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status