Ziu mendadak terbangun. Keringat membasahi tubuhnya. Ternyata, semua yang tadi terlihat olehnya hanyalah mimpi. Namun, mengapa dadanya benar-benar terasa sakit? Entah mengapa jantungnya begitu berdebar kali ini. Ada apa sebenarnya dengan buku ini? Mengapa seolah-olah Ziu merasa kehilangan sesuatu setelah menemukan buku itu?
Dia kemudian memandang langit-langit kamarnya. Ziu lalu melihat tangannya yang tampak bergetar hebat. Rasa takut itu benar-benar terasa sangat nyata. Ziu benar-benar ingin melupakannya.
Perempuan yang tengah ketakutan itu berusaha mengatur nafasnya. Setelah dapat menenangkan diri, Ziu akhirnya turun dari ranjangnya dan segera mengambil air minum. Saat ini, tenggorokannya terasa sangat kering..
Keesokan harinya dia membawa buku itu ke tempat kerjanya. Dia menunjukkan buku itu kepada Tena. Tetapi sama seperti Ziu, Tena juga tidak mengetahui perihal buku itu.
“Coba kamu tanyakan kepada semua pihak yang mengirim benda-benda ke museum ini. Mungkin ini salah satu dari milik mereka,” pesan Ziu kepada Tena.
“Baik, Miss. Jika sudah ada kabar saya akan segera kabari,” jawab Tena sambil menganggukkan kepalanya.
Karena rasa tanggung jawabnya, Ziu membawa buku itu kembali ke rumahnya. Dia memutuskan untuk menyimpannya laci meja tulisnya. Ziu merasa laci meja tulis di kamarnya adalah tempat yang aman bagi buku itu saat ini.
Tak terasa satu minggu telah berlalu. Ziu rupanya sudah agak melupakan buku kuno tersebut. Hal itu terlihat dari aktifitas Ziu tidak tertuju kepada buku itu lagi. Dia sudah sibuk dengan tugasnya sebagai kurator museum.
“Tena, untuk event terdekat tolong mulai dibuat konsepnya, ya,” pinta Ziu ketika berjalan pulang. Tena yang berjalan di sampingnya mencatat permintaan Ziu.
“Kalau kita kasih konsep seperti zaman kerajaan bagaimana, Miss? Soalnya kebanyakan benda-benda terbaru kita berasal dari zaman itu,” saran Tena sambil memeriksa buku catatannya.
“Bisa saja, sih. Kamu susun saja detailnya. Berikan ke saya jika kamu rasa sudah siap,” ujar Ziu sambil merapikan jaket yang dia pegang.
Tena tersenyum karena idenya diterima oleh Ziu. “Baik, Miss. Terima kasih banyak.”
“Kalau begitu saya pulang dulu, ya. Kamu dan yang lain juga pulang.” Ziu berpamitan dulu karena harus pulang lebih awal. Dia merasa kurang enak badan.
Ziu menyalakan mobilnya dan melaju di tengah hawa malam yang sangat dingin. Bahkan ketika berada di dalam mobil pun, dirinya masih merasa hawa dingin.
Di sepanjang perjalanan pulangnya, Ziu merasa ada sesuatu yang terasa berbeda. Dia melihat langit yang tampak tidak seperti biasanya. Malam ini terasa lebih terang dibandingkan malam-malam sebelumnya. Ziu menyalakan radio. Dia berpikir mungkin ada penjelasan mengenai hal yang dia lihat saat itu.
[Penduduk di beberapa belahan dunia sedang merasa gelisah karena terdapat kejadian yang luar biasa aneh. Langit malam ini terasa lebih terang jika dibandingkan dengan malam sebelumnya. Banyak yang menghubungkan hal ini tentang kedatangan alien, monster, bahkan pertanda kiamat.]
Ziu menghela nafas. Perjalanannya agak tersendat karena jalan hampir dipenuhi oleh orang-orang yang berhenti di tepi jalan. Mereka penasaran dengan langit yang menjadi terang. Seakan-akan sekarang seperti siang, bukan malam hari.
“Apa mereka harus berhenti sekarang? Di tempat ini? Jalan raya bukan tempat piknik keluarga. Mereka membahayakan diri mereka sendiri dan juga orang lain.”
Ziu mengeluarkan isi hatinya di dalam mobil. Dia ingin segera sampai di rumah dan beristirahat. Tetapi harus terkendala hal seperti itu.
[Menurut pengamat, hal ini bisa terjadi di belahan bumi manapun. Ini adalah fenomena alam biasa yang tidak perlu membuat kita terlalu khawatir. Hal ini tidak akan mempengaruhi keselamatan para pengguna moda transportasi darat, laut, maupun udara.]
Ziu mematikan radio mobilnya. Kini dia paham mengenai apa yang sebenarnya terjadi. Ziu mencoba untuk tetap tenang sambil terus memacu mobilnya.
Setelah agak lama tersendat, perjalanan Ziu menuju rumah kembali lancar seolah-olah kemacetan tadi tidak pernah ada. Dia sudah keluar dari kemacetan tadi. Tanpa waktu lama, Ziu sudah sampai di rumahnya.
Perempuan cantik itu pun segera membersihkan dirinya. Rasa segar segera Ziu rasakan setelah selesai membersihkan diri. Namun, saat Ziu sedang mengeringkan rambut, muncul keinginan untuk membuka laci mejanya.
Ziu kemudian membuka laci mejanya secara perlahan. Di tempat itu, terletak dengan tenang buku kuno yang hampir dia lupakan.
Segera, Ziu mengulurkan tangannya ke dalam laci tersebut. Ziu mengambil buku itu dan dengan perlahan membuka lembar demi lembar kertas di dalamnya. Entah mengapa, kali ini jantungnya berdegup begitu kencang. Apakah ada sesuatu yang akan terjadi?
Berkali-kali Ziu membuka lembar demi lembar kertas di dalam buku itu. Akan tetapi, dia tidak menemukan apapun. Buku kuno itu tetap kosong seperti saat pertama kali Ziu menemukannya. Tidak ada coretan apapun di dalamnya. Akhirnya, Ziu menutup buku itu dengan lemas dan mengembalikannya begitu saja di tempat asalnya tadi.“Sebaiknya aku mencoba tidur saja malam ini. Siapa tahu mimpi kurang ajar itu sudah berhenti,” ucap Ziu sambil berjalan ke arah ranjangnya.Sebelum membaringkan tubuhnya, Ziu tidak lupa untuk meminum obat tidurnya. Selama beberapa hari ini dia tidak dapat tidur dengan nyenyak. Ditambah dengan adanya mimpi aneh tiap malamnya, sehingga membuat Ziu terpaksa harus minum obat tidur. Dia ingin tidur dengan nyenyak tanpa bermimpi sesuatu yang aneh lagi.Setelah meminum obat tidrunya, Ziu merebahkan tubuh dan memejamkan matanya. Penutup mata dipasang tepat di atas matanya. Dia berusaha merilekskan tubuh dan pikirannya agar cepat terlelap. Tidak perlu waktu lama, Ziu sudah terti
“Bukankah kalian benar-benar gigih? Jika kalian bisa lari dari pria yang terbang tadi, berarti kalian lumayan hebat,” puji pria berbaju hitam setelah bertepuk tangan. Dia seperti memberi ucapan selamat kepada beberapa bandit di depannya.Pria berbaju hitam yang tampak seperti pendekar itu turun dari kudanya, diikuti para bandit. Masing-masing dari mereka menyiapkan senjatanya. Lalu tanpa diperintah para bandit maju menyerang sambil berteriak seperti mengobarkan semangat perang.Sang pendekar berbaju hitam menerima serangan itu. Dia berkelit dan menghindari setiap serangan para bandit. Gerakannya yang lincah membuat bandit-bandit itu kesulitan. Lama-kelamaan para bandit itu merasa lelah. Serangan yang mereka lancarkan samak sekali tidak berpengaruh.Sekarang giliran pendekar berbaju hitam yang menyerang para bandit. Pendekar berbaju hitam mengeluarkan pukulan beruntun yang cukup cepat. Para bandit merasa kewalahan menerima serangannya. Dengan gerakan yang berlangsung secara terus-mener
Perempuan dan pendekar berbaju hitam mendarat dengan selamat. Mereka masih berpandangan dan berpegangan satu sama lain ketika sudah mendarat di atas tanah. Mereka berdua berada dalam posisi seperti itu dalam beberapa saat. Tidak berapa lama akhirnya mereka berdua sadar. Pendekar dan perempuan itu masing-masing melepaskankan pegangannya.“Te-te-terima kasih atas pertolonganmu,” ucap perempuan itu sambil merapikan pakaiannya.“Sa-sama-sama. Bukan hal yang sulit,” jawab pendekar dengan salah tingkah.Perempuan asing yang merapikan pakaiannya itu mendadak berhenti bergerak. Dia baru menyadari jika ada yang aneh pada dirinya. Perempuan itu memakai baju kuno yang dikenali sebagai pakaian pada masa kerajaan. Pakaian yang hanya pernah dia lihat di film atau drama kolosal.“Kenapa aku memakai pakaian seperti ini?” tanyanya dalam hati. Dia membolak-balik pakaiannya seakan tidak percaya dengan apa yang dipakainya saat ini.“Siapa kau? Kenapa gadis sepertimu ada di tempat seperti ini?” tanya sang
“Mulai sekarang kau akan melayani Nona Ziu. Tugasmu adalah selalu di sisinya dan melakukan apapun yang diperintahkannya. Kau mengerti?” ucap Pangeran Vajra dengan singkat.Pelayan yang bernama Khani mengangguk. “Hamba mengerti, Pangeran. Perintah Pangeran akan hamba laksanakan sebaik mungkin,” jawabnya sambil memberi hormat.“Mulailah dari menjaga dan merawatnya nya hingga dia bangun. Laporkan juga perkembangan kesehatannya kepadaku,” ucap Pangeran Vajra sambil berjalan meninggalkan kamar itu.“Baik, Pangeran,” jawab Khani. Dia kemudian duduk di lantai dekat dengan ranjang Ziu. Hal ini dilakukannya agar segera mengetahui jika Nonanya sudah sadar.Setelah keluar dari kamar Ziu, Pangeran Vajra berjalan menuju ke suatu tempat. Di sepanjang jalan terdapat berbagai macam bunga dan tumbuhan yang indah. Semua itu ditanam atas perintah Pangeran Vajra. Dia tampak puas dengan pekerjaan yang dilakukan oleh para pengurus kediamannya.“Pangeran, ada perintah dari Istana Agung. Anda diharapkan sege
Tidak lama kemudian Pangeran Vajra masuk ke dalam ruangan Kaisar. Dia memakai pakaian yang tidak kalah bagus dari Pangeran Noan. Pangeran Vajra berjalan dengan anggun dan penuh kebanggan diri. Melihat saudara mudanya berjalan dengan penuh wibawa, Pangeran Noan memalingkan wajahnya.“Hamba Vajra, memberi hormat kepada Yang Mulia,” ucap Vajra setelah berada di hadapan Kaisar. Dia mengucapkan salam itu sambil berlutut dan memberi hormat kepada Kaisar.Kaisar hanya diam saja melihat Vajra memberi hormat kepadanya. Ketika seseorang memberi hormat kepada Kaisar, dia harus menunggu hingga Kaisar menyuruhnya berdiri. Jika Kaisar belum menyuruhnya berdiri maka dia harus tetap diam. hal ini yang membuat Pangeran Vajra tetap berlutut.Permaisuri memegang tangan Kaisar yang sedang menghukum Pangeran Vajra. “Yang Mulia, Pangeran Ketiga sudah berlutut lama. Dia pasti sudah menyadari kesalahannya.”“Apakah benar Pangeran Ketiga sudah mengetahui apa alasan dia terus berlutut seperti itu?” tanya Kaisa
Kaisar dan Permaisuri berjalan meninggalkan aula dan diikuti oleh Kasim Makhun. Pangeran Vajra dan Pangeran Noan berdiri dan saling berhadapan. Mereka tampak seperti dua jenderal perang yang terlibat dalma perang dingin. Masing-masing pihak tampak diam dan mengamati lawannya.“Sungguh prestasi yang membanggakan, Adik Ketiga,” puji Pangeran Noan sambil menghampiri adiknya. “Kau dan strategimu memang sangat hebat.”Pangeran Vajra tersenyum palsu. “Kakak Kedua juga tidak kalah menakjubkan. Bisa menutup kasus penggelapan pajak para pejabat dengan sukses.”“Ahh… kau terlalu menyanjungku. Kita diberi tugas langsung dari ayahanda. Tentunya harus melaksanakan tugas dengan sungguh-sungguh,” ucap Pangeran Noan merendah.Pangeran Noan memberi isyarat kepada adiknya agar keluar bersama dari aula. Pangeran Vajra mengikuti isyarat kakaknya. Dari sini memang terlihat mereka berdua tampak seperti saudara yang saling menyayangi dan mendukung. Akan tetapi, hal yang sebenarnya mereka rasakan berbanding
Dia merasa sangat terkejut karena melihat berbagai makanan ketika sudah berada di dalam ruangan. Vajra sudah mengambil tempat di depan meja yang penuh dengan makanan. Dia memberi isyarat kepada Ziu untuk segera duduk di hadapannya. Ziu pun menurut. Dia langsung menuju ke meja yang sama dengan Vajra.“Sekarang silahkan makan terlebih dahulu. Bercakap-cakap saat perut yang kosong tidak akan menghasilkan apapun,” ucap Vajra yang mempersilahkan Ziu untuk menyantap makanan di hadapannya terlebih dahulu.Senyuman lebar terlihat di wajah Ziu. Dia memang sudah lapar karena belum ada makanan yang masuk ke dalam perutnya sejak pagi. Ziu segera mengambil sumpit dan mengambil makanan yang berada di atas meja. Dia makan dengan sangat lahap.Vajra melemparkan pandangannya kepada Yaru yang berdiri di dekatnya. Salah satu alis Vajra naik menandakan rasa heran terhadap kejadian unik di hadapannya. Yaru menggeleng tanda bahwa dia juga tidak mengerti tentang apa yang sedang dilihatnya itu. Vajra mengali
Dia merasa sangat terkejut karena melihat berbagai makanan ketika sudah berada di dalam ruangan. Vajra sudah mengambil tempat di depan meja yang penuh dengan makanan. Dia memberi isyarat kepada Ziu untuk segera duduk di hadapannya. Ziu pun menurut. Dia langsung menuju ke meja yang sama dengan Vajra. “Sekarang silahkan makan terlebih dahulu. Bercakap-cakap saat perut yang kosong tidak akan menghasilkan apapun,” ucap Vajra yang mempersilahkan Ziu untuk menyantap makanan di hadapannya terlebih dahulu. Senyuman lebar terlihat di wajah Ziu. Dia memang sudah lapar karena belum ada makanan yang masuk ke dalam perutnya sejak pagi. Ziu segera mengambil sumpit dan mengambil makanan yang berada di atas meja. Dia makan dengan sangat lahap. Vajra melemparkan pandangannya kepada Yaru yang berdiri di dekatnya. Salah satu alis Vajra naik menandakan rasa heran terhadap kejadian unik di hadapannya. Yaru menggeleng tanda bahwa dia juga tidak mengerti tentang apa yang sedang dil