57. Isi Hati Mas Rengga! (Bagian C)"Aku tentu saja tidak bisa memilih, Key. Aku menyayanginya dan jujur … aku mencintaimu dengan sangat! Aku bahkan mencoba untuk melupakan Risa. Tapi nggak bisa dan aku nggak akan sanggup untuk kehilanganmu!" kata Mas Rengga yang terdengar seperti frustasi."Bagus sekali! Dengan begitu kamu bisa menangkap dua-duanya dengan jeratmu bukan?" tanyaku seraya tersenyum. Mas Rengga malah menatapku dengan pandangan aneh."Kamu nggak marah? Kamu nggak sedih atau mungkin cemburu, Key? Kenapa kamu terlihat biasa-biasa saja? Apa kamu sudah tidak mencintaiku lagi?" tanya Mas Rengga dengan wajah penasaran."Cinta? Setelah kamu menduakan aku, sekarang kamu masih bisa bertanya tentang cinta? Lalu aku harus apa? Membesarkan kepalamu dan membuat egomu semakin tinggi dengan cara menangis meraung-raung dan memohon padamu agar kamu mau meninggalkannya. Begitu inginmu, Mas?" tanyaku dengan santai. "Sayang sekali, aku tidak berminat seperti itu!" lanjutku masih dengan wajah
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU58. Bertaruh! (Bagian A)"Ah, sudahlah, Key! Kamu juga nggak akan paham!" ketus Mas Rengga yang berlalu begitu saja dari hadapanku. Sehingga membuatku hanya bisa mengedikkan bahu. "aneh!" sahutku kemudian.Aku melanjutkan untuk menikmati waktu menonton drama kesukaan sembari menghayati. Daripada pikiran dan emosi terkuras oleh lelaki durjana. Mending aku aku fokus pada film saja.*****Hari ini, pagi sekali aku udah siap membeli nasi pecel untuk sarapan. Pagi ini aku malas masak, aku ingin luluran, me time, bermasker ria dan berwangi-wangian karena sore nanti aku akan menghadiri acara off air untuk mengisi sebagai bintang tamu. Tentu saja aku harus tampil memukau, banyak orang berkelas yang akan aku temui di sana nanti. Kecuali Risa. Setelah aku tahu dia murahan, aku tak lagi memandang dirinya dengan takjub seperti sebelumnya. "Key, kamu nggak masak lagi?" tanya Mas Rengga dengan penuh kelembutan. Sungguh, aku malah merasa aneh dengan perubahan yan
59. Bertaruh! (Bagian B)Setelahnya barulah aku menyapukan blush-on, menata alis dan eyeliner. Barulah terakhir, membingkai bibirku dengan lipstik setelah mengoleskan pelembab bibir secara tipis. Dan terakhir. Aku menyemprotkan setting spray dari jarak 20 cm dari wajah. Tentu saja agar riasanku menjadi sempurna dan bisa tahan dalam waktu lama.Oke, saat kurasa siap. Aku mulai mengenakan pashmina tipe plisket yang akan membingkai wajahku dengan elegan. Berwarna peach, begitu senada dengan gamis mewah yang tengah kugunakan sekarang. Aku menyambar tas dengan brand coakco dan mengenakan wedges setinggi 3 cm dengan warna putih, senada dengan warna tas yang aku bawa. Aku kembali mematut tubuhku di depan cermin. Begitu sempurna!Terakhir, aku menyemprotkan parfum dengan harga dua jutaan yang sering sekali aku gunakan. Persis sekali seperti tebakan Risa soal itu tentang brand dan jenis aroma. Aku salut Risa bisa dengan benar menebak hanya dari aroma saja. Aku menuruni anak tangga satu per s
60. Bertaruh! (Bagian C)"Duduk, Key! Ya Allah cantik banget! Baru lihat dan ketemu ini loh, aku!" ujar Delta yang kutahu sebagai pengusaha sukses bertajuk crazy rich di kotaku. Dia memang terkesan humble dan begitu ramah. Terlihat dari postingan-postingan yang sering dia bagikan di dalam igeh."Makasih, Mbak Delta! Mbak juga cantik, hangat dan ramah pula orangnya!" sahutku seraya mengangguk sopan."Nggak usah canggung gitu! Panggil saja Delta, ya! Yuk, gabung!" Tangan Delta pun menggamit lenganku. Entah ini suatu kebetulan atau bukan, dia malah menyuruhku duduk di samping Risa. Yang saat ini … astaga. Aku sampai kehilangan kata-kata untuk mengungkapkan penampilannya kali ini. Sungguh, bukannya terkesan elegan. Risa begitu terlihat berlebihan sekali. Padahal ini bukan kontes kecantikan atau peragaan busana yang akan dijadikan pusat perhatian di atas panggung nantinya. Ini hanyalah acara santai sambil berucap dan mengobrol ringan melalui online. Bisa-bisanya dia berpenampilan begitu.
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU61. TerRengga-Rengga! (Bagian A)"Sudahlah, aku tahu kamu berusaha berbasa-basi untuk menjauhkan aku dengan Mas Rengga kan? Tentu saja tidak akan pernah bisa! Karena cinta kami terlalu berharga, untuk kau rusak dengan sekenanya!" kata Risa yang membuatku hampir saja tergagap karena kehilangan kata-kata. Gundik di depanku ini rupanya sudah hilang kewarasan!"Baiklah, tak apa juga jika kau tak percaya! Yang jelas, aku akan selalu berada di atas mu! Ingat itu! Andai saja aku menyuruh Mas Rengga memilih salah satu di antara kita. Aku yakin, kau akan berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu menangis darah karena meminta cintanya. Memohon padanya agar dia tidak meninggalkanmu! Sayang sekali, aku tak sudi untuk mengatakan atau meminta agar dia memilih. Aku terlalu berharga jika dibandingkan dengan seonggok daging murahan sepertimu! Kita jelas beda level, beda kasta dan tentu saja beda segalanya! Jadi, jangan berharap aku akan menyetujui ajakanmu untuk berta
62. TerRengga-Rengga! (Bagian B)"Halah, kamu nggak tahu style jangan coba-coba memberi kritik!" ucapnya dengan ketus."Style? Dress tanpa lengan sepanjang tiga senti di atas paha, yang bagian belakangnya menjuntai hingga ke lantai. Dengan gemerlapnya aksesoris yang … seperti rambutan! Itu benar-benar tidak menarik! Terlihat berlebihan dan begitu … buruk!" Aku tertawa, sengaja mengejek penampilannya yang memang tidak … berkelas sama sekali."Ya ampun, belum lagi itu. Apa?" tunjuk ku mengarah pada rambutnya yang dia sanggul ke atas dengan jepitan kupu-kupu sebesar telapak tangan. "Orang kalau nggak tau style ya, begini! Norak plus kampungan!" ujar Risa dengan setengah kesal. Dia pun beranjak karena tak tahan dengan ejekan yang aku lontarkan sedari tadi."Ayo, giliran kalian masuk!" Tiba-tiba saja ucapan Pak Herlambang berhasil mengagetkan lamunanku."Siap!" sahutku seraya beranjak. Risa terlihat mengambil pouchnya yang berwarna kuning dengan full glitter pada tali selempangnya. Langk
63. TerRengga-Rengga! (Bagian C)"Nggak lah! Mungkin suaminya baru datang yang benar! Aku tadi lihat, dia ada di depan mengobrol dengan satpam. Mungkin sedari tadi dia menunggu di luar. Ya ampun, Mas Rengga … so sweet sekali. Cocok lah pokoknya kalian! Langgeng sampai nenek kakek dan menunggu maut bersama ya kalian!" kata Ulva dengan wajah berbinar."Aamiin ya Allah, terima kasih kalian semua. Baik-baik banget!" timpalku dengan suara lembut."Eh, kok Risa diam aja? Nggak ada komentar, kesan dan pesan yang ingin diucapkan gitu untuk mengomentari suamiku? Kenapa gelisah?" tanyaku dengan lembut ke arah Risa, namun … terdengar menusuk untuknya. Dan benar saja, Risa langsung gelagapan dan tampak salah tingkah."Eh, iya, loh! Kalian kan getol banget di sosial media kalau berbalas komen. Kok ketika bertemu diem-dieman. Malah banyakan aku dan Ulva yang ceriwis semenjak tadi!" kata Delta ikut menyahuti."Eh, anu, ehm. Aku hanya menyimak saja. Kalian terdengar seru sekali, jadi ya … aku pun set
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU64. Pamer Kemesraan (Bagian A)"Aku juga nggak tahu, ya, suamiku setia atau nggaknya. Tapi, yang jelas. Aku nggak peduli sama sekali! Selama dia nggak berubah sama aku tentang sikapnya, mertua masih menyayangi dan memanjakanku serta tak ikut campur terlalu dalam rumah tanggaku. Lalu, semua gaji masuk setor ke aku beserta tunjangan dan bonus lainnya. Aku rasa aku sudah harus bersyukur! Selain itu, biar saja menjadi urusannya dengan Tuhan! Hanya saja, jika sampai berani terlihat di depan mataku. Ya, itu tandanya aku sudah siap untuk menghabisi dia bersama juga dengan selingkuhannya! Gampang aja!" ujarku seraya mengedikkan bahu."Bener banget! Itulah enaknya menjadi istri sah dari abdi negara! Gajian dan tunjangan aja harus lewat persetujuan istri sah kalau mau utak-atik. Benar nggak? Udah ada jatahnya pula! Salut! Jadi istri dari seorang abdi negara itu memang istimewa. Punya kuasa penuh. Lah, apalagi ditambah keturunan Ningrat. Wah, menang banyak pokok