KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU61. TerRengga-Rengga! (Bagian A)"Sudahlah, aku tahu kamu berusaha berbasa-basi untuk menjauhkan aku dengan Mas Rengga kan? Tentu saja tidak akan pernah bisa! Karena cinta kami terlalu berharga, untuk kau rusak dengan sekenanya!" kata Risa yang membuatku hampir saja tergagap karena kehilangan kata-kata. Gundik di depanku ini rupanya sudah hilang kewarasan!"Baiklah, tak apa juga jika kau tak percaya! Yang jelas, aku akan selalu berada di atas mu! Ingat itu! Andai saja aku menyuruh Mas Rengga memilih salah satu di antara kita. Aku yakin, kau akan berhari-hari atau bahkan berminggu-minggu menangis darah karena meminta cintanya. Memohon padanya agar dia tidak meninggalkanmu! Sayang sekali, aku tak sudi untuk mengatakan atau meminta agar dia memilih. Aku terlalu berharga jika dibandingkan dengan seonggok daging murahan sepertimu! Kita jelas beda level, beda kasta dan tentu saja beda segalanya! Jadi, jangan berharap aku akan menyetujui ajakanmu untuk berta
62. TerRengga-Rengga! (Bagian B)"Halah, kamu nggak tahu style jangan coba-coba memberi kritik!" ucapnya dengan ketus."Style? Dress tanpa lengan sepanjang tiga senti di atas paha, yang bagian belakangnya menjuntai hingga ke lantai. Dengan gemerlapnya aksesoris yang … seperti rambutan! Itu benar-benar tidak menarik! Terlihat berlebihan dan begitu … buruk!" Aku tertawa, sengaja mengejek penampilannya yang memang tidak … berkelas sama sekali."Ya ampun, belum lagi itu. Apa?" tunjuk ku mengarah pada rambutnya yang dia sanggul ke atas dengan jepitan kupu-kupu sebesar telapak tangan. "Orang kalau nggak tau style ya, begini! Norak plus kampungan!" ujar Risa dengan setengah kesal. Dia pun beranjak karena tak tahan dengan ejekan yang aku lontarkan sedari tadi."Ayo, giliran kalian masuk!" Tiba-tiba saja ucapan Pak Herlambang berhasil mengagetkan lamunanku."Siap!" sahutku seraya beranjak. Risa terlihat mengambil pouchnya yang berwarna kuning dengan full glitter pada tali selempangnya. Langk
63. TerRengga-Rengga! (Bagian C)"Nggak lah! Mungkin suaminya baru datang yang benar! Aku tadi lihat, dia ada di depan mengobrol dengan satpam. Mungkin sedari tadi dia menunggu di luar. Ya ampun, Mas Rengga … so sweet sekali. Cocok lah pokoknya kalian! Langgeng sampai nenek kakek dan menunggu maut bersama ya kalian!" kata Ulva dengan wajah berbinar."Aamiin ya Allah, terima kasih kalian semua. Baik-baik banget!" timpalku dengan suara lembut."Eh, kok Risa diam aja? Nggak ada komentar, kesan dan pesan yang ingin diucapkan gitu untuk mengomentari suamiku? Kenapa gelisah?" tanyaku dengan lembut ke arah Risa, namun … terdengar menusuk untuknya. Dan benar saja, Risa langsung gelagapan dan tampak salah tingkah."Eh, iya, loh! Kalian kan getol banget di sosial media kalau berbalas komen. Kok ketika bertemu diem-dieman. Malah banyakan aku dan Ulva yang ceriwis semenjak tadi!" kata Delta ikut menyahuti."Eh, anu, ehm. Aku hanya menyimak saja. Kalian terdengar seru sekali, jadi ya … aku pun set
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU64. Pamer Kemesraan (Bagian A)"Aku juga nggak tahu, ya, suamiku setia atau nggaknya. Tapi, yang jelas. Aku nggak peduli sama sekali! Selama dia nggak berubah sama aku tentang sikapnya, mertua masih menyayangi dan memanjakanku serta tak ikut campur terlalu dalam rumah tanggaku. Lalu, semua gaji masuk setor ke aku beserta tunjangan dan bonus lainnya. Aku rasa aku sudah harus bersyukur! Selain itu, biar saja menjadi urusannya dengan Tuhan! Hanya saja, jika sampai berani terlihat di depan mataku. Ya, itu tandanya aku sudah siap untuk menghabisi dia bersama juga dengan selingkuhannya! Gampang aja!" ujarku seraya mengedikkan bahu."Bener banget! Itulah enaknya menjadi istri sah dari abdi negara! Gajian dan tunjangan aja harus lewat persetujuan istri sah kalau mau utak-atik. Benar nggak? Udah ada jatahnya pula! Salut! Jadi istri dari seorang abdi negara itu memang istimewa. Punya kuasa penuh. Lah, apalagi ditambah keturunan Ningrat. Wah, menang banyak pokok
65. Pamer Kemesraan (Bagian B)Aku harus tampil bersemangat dan energik agar mereka tak curiga dengan pancingan-pancingan yang dikeluarkan oleh Risa. Ya, meskipun aku tahu dia tidak akan berani terang-terangan. Tapi, untuk berjaga-jaga saja, biasanya wanita tak tahu malu begitu suka nekat. "Oke lah! Mari kita bertukar nomor telepon dan saatnya membuat grup untuk kita berempat! Senang deh, dapat teman baru lagi buat kumpul!" ujar Delta seraya menatap layar ponselnya. Wanita dengan rambut berwarna coklat gelap itu pun mulai memindai nomor dari kami satu per satu untuk dia simpan dalam ponselnya. Dan tak lama kemudian, aku sudah masuk saja ke dalam grup dengan judul diamond squad. "Keren namanya, tapi kenapa harus diamond?" tanyaku seraya menggeser menu pada benda pipih yang saat ini berada di tanganku."Karena kita woman like a diamond, mungkin?" sahut Ulva seperti memberikan pendapat."All right, Babe! Karena kita semua di sini bukan wanita sembarangan! Alias bukan wanita karir bias
66. Pamer Kemesraan (Bagian C)Aku bergegas menarik tangan suamiku dan bergelayut mesra di lengannya. Bisa kulihat perubahan raut wajah dari Risa yang begitu kentara. Yang awalnya berbinar dan tampak berseri-seri, sekarang tiba-tiba saja menjadi sendu dengan senyuman terpaksa."Iya, tapi sebelumnya … boleh, dong, kenalan dulu sama temen-temen aku!" ujarku seraya memperkenalkan Delta, Ulva dan juga Risa kepada Mas Rengga."Oh, oke. Hai, kenalin saya Rengga, suaminya Keysa!" ucap Mas Rengga seraya mengulurkan tangan pada Delta dan kemudian pada Ulva."Salam kenal, Rengga. Aku Delta!" balas Delta seraya tersenyum dan menjabat tangan Mas Rengga dengan singkat. Hal yang sama pun dilakukan oleh Ulva. Wanita itu hanya mengangguk sopan dan berkata. "Ulva!" Kini, aku beralih pada Risa yang berdiri dengan mematung menatap Mas Rengga. Tatapannya seolah menginginkan. Sedangkan kulihat Mas Rengga sepertinya salah tingkah. Dia pun mengulurkan tangan kembali pada Risa. Mungkin tak ingin terlihat c
67. Pamer Kemesraan (Bagian D)Dia pergi tanpa menyalami atau menjabat tangan kami satu per satu. Dia juga tak berniat memeluk kami atau bahkan hanya untuk berbasa-basi bercipika-cipiki sebagai ucapan sampai jumpa. Namun, aku tahu penyebabnya. Pasti dia merasa risih dan kepanasan karena melihatku dan Mas Rengga melakukan adegan hangat seperti tadi."Oke, bye. Kami juga pergi!" sahut Delta yang kini meraihku ke dalam pelukan dan kami bercipika-cipiki satu sama lain bersama dengan Ulva. Sedangkan Mas Rengga, kulihat dia sempat memperhatikan kepergian Risa dari sudut matanya. Mungkin saja lelaki itu merasa bersalah karena berniat terang-terangan membuat gundiknya itu cemburu. Tapi, entahlah. Aku juga belum tahu pasti bagaimana perasaan Mas Rengga yang sebenarnya. Setelah berpamitan, Mas Rengga kembali merengkuh pinggangku. Kami berjalan beriringan dengan senyum lebar hingga sampai di parkiran. Barulah ketika masuk di dalam mobil, aku kembali memasang wajah dingin dan cuek. Sungguh berb
KUBELI KESOMBONGAN GUNDIK SUAMIKU68. Tak Hanya Digoyang Ombak (Bagian A)"Kok tiba-tiba jariku tremor gini ya, buat ngangkat panggilan dari ulat bulu?" Dengan gaya angkuh aku mencoba untuk tak tertarik dengan ponsel Mas Rengga. Tetap saja aku malah semakin merebahkan tubuhku bersandar pada jok mobil. "Ya sudah, biarkan aja!" sahut Mas Rengga malas-malasan."Angkat aja nggak papa, Mas! Siapa tahu ada hal penting yang mau dia sampaikan. Sapa tahu juga dapat tawaran mantap-mantap kan? Asyik, dong!" seruku dengan wajah datar. Terlihat jelas bahwa raut wajah Mas Rengga kini malah terlihat bingung dan menatapku dengan pandangan aneh."Kenapa natap aku gitu? Ada yang aneh?" tanyaku yang kini sibuk memainkan ponsel. Sama sekali aku tak berniat melirik atau menatap balik netra milik suamiku."Nggak!" sahut Mas Rengga dengan cepat. Lalu, tangannya tiba-tiba saja sudah meraih ponsel yang berdering seakan menjerit ingin segera ditolong."Halo, Mas? Kenapa baru ngangkat, sih?" Langsung saja aku