Share

BAB 2

Penulis: Anisah97
last update Terakhir Diperbarui: 2023-12-18 21:17:17

KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU

BAB 2

"Memangnya, kalau memilih pakaian bayi harus nikah dan punya bayi dulu? Tidak, 'kan? Ya, pasti tidaklah! Zita saja dulunya punya anak tanpa menikah dan tanpa punya suami, 'kan?" ucapku yang pastinya sangat menohok sekali dihati Tante Dira.

Bagaimana tidak? Zita anak bungsu Tante Dira hamil di luar nikah dan pacarnya kabur entah ke mana. Adikku Rindu yang memberitahunya, kalau ibuku tidak pernah memberitahu, karena Ibuku pasti takut menceritakan aib keponakannya. Takut akan terjadi kepada anak gadisnya yang masih tersisa dua yang belum menikah.

Plak!

Plak!

"Awh!" Zita meringis kesakitan saat aku membalas menamparnya detik itu juga. Tamparanku lebih keras dari tamparannya. Aku tidak mau berpikir panjang untuk membalas perbuatannya itu.

Plak!

Lagi, aku kembali menampar pipinya yang penuh dengan kebencian terhadapku. Karena pipinya itu tidak pernah terlihat manis saat melihat keluargaku bahagia. Pipinya itu pernah terlihat manis saat melihat keluargaku terkena musibah.

"Wuhuu, akhirnya ... ayahnya madesu meninggoy juga, syukurlah, selamat atas meninggoynya ayahmu, Rindu!"

Aku ingat betul ucapannya waktu dulu, ayahku meninggal dunia. Zita yang seusia adikku Rindu berani mengucapkan syukur atas meninggalnya ayahku. Rindu tidak membalas hanya diam dan menangis saja.

"Apa-apaan kamu, Jelita!" sergah Tante Dira, matanya melotot tajam menatapku, nafasnya pun naik turun seakan menahan diri untuk tidak menyerangku.

"Ya Allah, kalian ini saudara, tidak boleh seperti ini," ucap ibuku sambil mengusap bahuku.

"Aku tidak punya saudara madesu! Jangan anggap kami saudara mulai dari hari ini!" sahut Tante Dira dengan suara yang melengking tinggi.

"Ayo, Bu, kita pergi saja," ajakku sambil menarik tangan Ibu.

"Ingat! Jangan pernah datang meminjam uang atau pun meminta apa pun! Mulai hari ini kalian bukan saudaraku lagi!" teriak Tante Dira.

Aku tahu, Tante Dira berkata seperti itu untuk mempermalukan aku dan ibu, karena banyak mata yang menyaksikan pertengkaran kami.

Kapan kami meminjam uang padanya? Kapan kami meminta apa-apa padanya? Tidak pernah sama sekali kami meminta atau meminjam apa pun padanya.

Aku terus berjalan sambil menarik tangan ibuku, membawa langkah langsung menuju parkiran.

"Mana belanjaannya?" tanya suamiku, Mas Ridwan.

"Kita belanja di toko Baby Shop yang kita lewati tadi, Mas. Soalnya di dalam banyak yang sisa-sisa dan bahannya tidak bagus untuk bayi," sahutku beralasan, sambil memasang sabuk pengaman. Aku terpaksa berbohong.

Karena lebih baik aku tidak menceritakan tentang kejadian yang sudah terjadi tadi. Aku merasa malu kalau harus menceritakannya. Sebab keluarga Mas Ridwan semuanya tampak akur dan baik-baik sekali padaku, sangat berbeda dengan keluarga ibuku. Mereka baik saat ada maunya saja. Contohnya, meminjam uang tanpa mau membayarnya.

______

"Ini lucu, ya, Mas?" ucapku pada Mas Ridwan.

"Anaknya laki-laki atau perempuan?"

"Laki-laki, Mas,"

"Kalau laki-laki bagusnya warna ini, masa iya, laki-laki dikasih warna pink?"

"He-he-he, habisnya lucu dan gemas sekali bajunya,"

Aku pun mengambil warna yang disarankan suamiku. Lalu beralih untuk membeli sepatu bayi, aku jadi gemas ingin mengambil semuanya. Sepatu-sepatunya lucu-lucu sekali.

Saat aku mengambil sepatu bayi, tiba-tiba seseorang menyambar sepatunya dengan kasar dari tanganku.

"Jadi beli nggak, Mbak? Dari tadi pegang ini pegang itu, kalau tidak punya duit jangan pegang-pegang, nanti bisa rusak dan lecet!" ucap wanita yang ada di depanku.

Aku tidak tahu siapa wanita ini? Mungkin pemilik toko, karena kalau penjaga toko tidak mungkin kan? Bersikap judes dan angkuh kepada pelanggan barunya?

"Saya mau beli, saya mau milih-milih, makanya saya pegang-pegang dulu," sahutku, tanganku ingin kembali meraih sepatu yang diletakkan wanita itu kembali ke atas etalase kaca yang berderet-deret sepatu bayi yang lucu-lucu.

"Tidak boleh, Mbak! Ini mahal, di sebelah sana saja, itu murah karena cuci gudang." Aku terkejut saat tanganku ditepis kasar, ada rasa malu ketika pengunjung toko yang lainnya saling berbisik-bisik membicarakanku.

"Itu sepatunya banyak lecet dan kusam, Mbak, saya mau yang ini saja," ucapku, berusaha untuk tidak terpancing emosi. Aku mencari keberadaan Mas Ridwan, ke mana suamiku? Tadi ada di sini bersamaku.

"Itu sudah jauh lebih bagus untuk kalangan bawah seperti, Mbak. Pakai sandal jepit aja belagu!" ketus pemilik toko tersebut sambil berlalu dari hadapanku, dan menghampiri pelanggannya yang lain.

Oh, jadi karena sandal jepit ini yang membuatnya mengira kalau aku tidak punya uang? Ck! Menyebalkan sekali.

"Kok belum milih sepatunya? Ambil aja tiga atau empat kalau bingung, katanya lucu-lucu. Mas tadi ke sana, lihat ini, baju bolanya lucu-lucu sekaligus lengkap dengan bolanya, sekalian bungkus ya?"

Mas Ridwan menyerahkan beberapa pakaian bayi ke tanganku. Pantasan aku mencarinya tidak ada. Ternyata pergi nyari baju bola, lagian ada-ada saja. Anak bayi mana bisa main bola?

"Ambil dua ini ya? Dua ini lucu-lucu," kataku sambil meraih sepatu yang pertama kupegang tadi dan memperlihatkannya kepada Mas Ridwan.

"Kamu ini, kalau suka am-" Belum sempat Mas Ridwan menyesuaikan ucapannya. Tiba-tiba sepatu yang kupegang kembali disambar dengan kasar, membuatku terhuyung ke depan dan hampir saja terjatuh bila Mas Ridwan tidak sigap menangkapku.

BERSAMBUNG...

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   Akhir kebahagiaan

    "Janin kembarnya berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, beratnya normal, semua sehat dan normal, bulan depan jangan lupa datang lagi, ya? Bulan depan sudah bisa ditentukan tanggal berapa operasi sesarnya," ucap Dokter, yang menangani kelahiran anak pertamaku dulu.Dua tahun pernikahanku dengan Mas Azka, aku pikir, aku akan lama hamilnya, seperti hamil Yusuf, yang memakan waktu bertahun-tahun untuk menunggu kehadirannya di dalam rahimku.Mas Azka tidak pernah menanyakan soal anak. Dia sangat perhatian dan pengertian, tidak pernah menuntut dan memaksa keinginan.Sekarang, aku sudah hamil lagi, kehamilan kembar yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan. Mas Azka menggenggam jemariku, mengucap syukur saat aku memberitahu tentang kehamilanku waktu itu."Rumah pasti akan semakin ramai setelah bayi kita lahir," ucap Mas Azka seraya mengusap perutku.Sepulangnya dari rumah sakit, Mas Azka mengajakku untuk singgah di warung pinggir jalan. Warung menjual mie ayam bakso adalah makanan kegem

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 32

    37PoV author."Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya ibunya Ranti. Saat Teguh mengantar mereka pulang ke rumah setelah makan malam bersama di rumah eyangnya."Habis lebaran ini, gimana?" sahut Ranti sambil menatap Teguh dari pantulan cermin."Aku ikut saja," kata Teguh sambil fokus menyetir mobil."Iya, habis lebaran ini saja menikahnya, Ibu tidak mau ya? Kalau Teguh bawa kamu ke sana ke sini dengan enaknya, lebih cepat kalian menikah maka lebih baik," sambung ibunya Ranti."Ibu setuju secepat itu karena apa? Apa karena tadi Eyang bilang mobil ini dan rumah tadi adalah milik Teguh?" tanya ayahnya Ranti."Bapak mikir apa? Apa Bapak pikir, Ibu ini mata duitan dan harta gitu? Wajarlah Ibu bersikap seperti tadi, Ibu hanya tidak mau anak kita satu-satunya jatuh ketangan duda kere, makanya Ibu ingin memastikan yang sebenar-benarnya," sahut ibunya Ranti."Jadi, butuh berapa banyak uang untuk membuat pesta pernikahan kami?" tanya Teguh, setelah mobilnya berhenti tepat didepan rumah calon me

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 31

    BAB 36PoV Teguh.Drtt!Ponselku bergetar di atas nakas, aku menggeser tombol hijau untuk menerima. Karena malas memegangnya, aku mengaktifkan pengeras suara. Aku tidak khawatir siapa pun yang mendengarnya, karena hanya aku yang ada di rumah ini."Assalamualaikum, Mas, kamu sibuk?" "Wa'alaikumsallam, tidak, ini lagi rebahan di ranjang." "Baiklah, Mas. Oh, ya, kapan kamu mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Mas?" tanya Ranti, wanita yang sudah kukenal lama dari dunia maya dan kami mulai dekat dalam dua bulan terakhir ini. Setelah memutuskan untuk ketemuan agar kami saling mengenal. Yang pastinya, setelah berpisah dari Marni.Aku berniat ingin menikah lagi, menikah secara resmi. Kesalahan masa lalu tidak akan kuulangi lagi, menikah dibawah tangan tanpa sepengetahuan keluarga."Kalau kamu mau, malam ini juga boleh, kita buka puasa di rumah Eyangku, kalau di rumahku, tidak ada siapa-siapa," jawabku."Baiklah, sore nanti jemput aku ke rumah, aku mau berbuka puasa dengan keluargamu."

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 30

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 30PoV Suci."Apa kalian sudah menemukan ibunya Marni?" tanya Mas Teguh sesaat aku dan Mas Azka baru sampai di lobby rumah sakit."Kami belum menemukannya, menurut informasi dari mantan suaminya dulu, ibunya Marni sudah pindah dari kampungnya, setelah menjual rumah dan tanahnya," jelas Mas Azka sesuai dengan apa yang dikatakan laki-laki yang mengaku mantan suaminya Marni."Kalau tidak salah, namanya Azril," lanjut Mas Azka."Iya, namanya Azril, Mas." Aku membenarkan ucapan Mas Azka."Di mana kalian bertemu dengan Azril?" tanya Mas Teguh, sepertinya Mas Teguh sudah mengenal pria itu, dari pertanyaannya saja sudah bisa kutebak."Di kampung Marni, itu pun ketemunya tidak sengaja, saat kami menanyakan ibunya Marni, kamu sudah kenal?""Ya, aku sudah kenal. Jadi, gimana ini?" tanya Mas Teguh dengan gelisah."Tidak punya cara lain, kita sebar foto Marni ke sosmed, siapa tahu ada tetangga baru ibunya yang melihat postingan itu," usul Azka.

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 29

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 29Teguh bersahur dan berbuka puasa pertama tanpa Bu Sukma, teguh sedih melihat kursi yang selalu Bu Sukma duduki. Sebak di dada Teguh saat mengingat Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya.Tiada siapa yang menemaninya sahur dan berbuka puasa. Teguh sendiri menyiapkan segala sesuatu.Sudah beberapa hari ini Teguh tidak pergi ke rumah Azka. Teguh hanya tidak mau menambahkan masalah, bila Ia terus datang ke rumah Azka untuk melihat anak-anaknya.Tok!Tok!Tok!Suara ketukan dan bel berbunyi membuat Teguh urung untuk menyuap nasi ke dalam mulutnya. Entah siapa yang datang disaat hari sudah magrib? Teguh berlalu ke depan untuk membukakan pintu utama."Mas Teguh." "Marni! Ngapain kamu datang ke sini lagi!" bentak Teguh saat melihat Marni sudah berdiri di ambang pintu rumahnya."Mas, bantu aku, aku sudah disiksa sama calon suamiku dan anak buahnya," ucap Marni mengiba kepada Teguh."Kau pergi dari sini! Kita tidak punya urusan apa-apa l

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 28

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 28PoV Author."Sari, kamu masuk dan tolong mandiin Zulaikha, ya, jangan beri Bu Suci melakukan pekerjaan sendirian, saya takut Istri saya sakit karena kecapek'an," ucap Azka pada Sari yang sedang menyirami bunga di teras."Baik, Pak," sahut Sari sambil mematikan keran air dan menggulung selangnya."Oh, ya, Sari. Ini uang, kamu belikan sayur katuk dan ayam kampung ya, katuknya dibening dan ayam kampungnya di sop seperti biasa," pesan Azka pada Sari. Sari mengangguk sambil menerima dua lembar uang merah dari Azka.Azka pernah mendengar dari almarhumah Bu Sukma, bahwa sayur katuk bisa memproduksi Asi lebih banyak, begitu juga dengan sop ayam kampung. Itulah sebabnya, Azka selalu mengusahakan untuk menyediakan makanan itu, ditambah Suci harus menyusui dua anak sekaligus."Sudah mau berangkat kerja, ya, Pak?" tanya Sari. Azka mengangguk dan berlalu untuk pergi ke pabrik."Mbok, Pak Azka perhatian sekali ya, aku kepengen suami seperti pa

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status