Share

KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU
KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU
Author: Anisah97

BAB 1

KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU

BAB 1

"Jelita!" Suara seseorang memanggil namaku dari arah luar toko perlengkapan pakaian bayi.

Aku memicingkan mata, melihat empat orang yang sedang berjalan semakin mendekat ke arahku.

'Duh, malas sekali berhadapan dengan mereka,' batinku mengeluh.

"Tante Dira dan ketiga anak-anaknya, kamu pasti kenal dan belum lupa, 'kan?" ucap ibuku.

"Kenal lah, Bu. Baru juga lima tahun tidak ke Jakarta, mana mungkin Jelita lupa sama saudara-saudara Ibu, yang suka menghina dan mencaci-maki kita," sahutku.

Aku baru pulang setelah lima tahun berada di Kota Pekanbaru. Biasanya, ibuku dan adik-adikku lah yang akan mengunjungiku, tentunya dengan ongkos yang kukirimkan untuk mereka datang.

"Kapan datang?" tanya Zahra, tanpa menanyakan keadaanku terlebih dulu, setidaknya basa-basi ya kan?

Sepupuku itu melihatku dengan tatapan yang sulit untuk ku artikan. Kalau tidak salah, tatapannya masih sama seperti waktu Zahra mengataiku anak madesu. ( Masa depan suram)

"Apa betul suamimu pengusaha kuliner?" tanya Zahra lagi, matanya masih sibuk melihatku dari atas sampai bawah. Di mana-mana memang akan selalu ada manusia yang memandangiku begitu.

"Memangnya ada apa?" Jujur, aku ingin pergi saja dari hadapan mereka. Tapi, aku juga ingin lihat, apa mereka masih sama seperti lima tahun yang lalu?

"Mau memastikan saja, apa benar yang dikatakan ibumu ini? Kalau anaknya yang terkenal tidak pernah jajan saat sekolah, sudah menikah dengan pengusaha, apa benar?"

Aku yang sedang memilih baju bayi pun mengangguk seraya tersenyum semanis mungkin. Sejenak aku menarik nafas dalam-dalam dan menghembuskannya dengan pelan, dunia terasa begitu sempit dan pengap saat aku berhadapan dengan saudara dan anak-anaknya dari adik ibuku ini.

"Ah! Sepertinya tidak mungkin, masa iya? Suaminya pengusaha? Coba lihat kakinya." Tante Dira menunjuk kebawah kakiku.

"Ck! Betul sekali, mana mungkin istri pengusaha pergi ke mal memakai sandal jepit! Ha-ha-ha ... tampangnya saja tidak cocok menjadi istri pengusaha, cocoknya jadi istri tukang kebun!" ejek Aldi, sepupu laki-lakiku yang bermulut lebar. Dari dulu memang suka mengejekku dalam hal apa saja.

"Ha-ha-ha! Ngaku-ngaku istri pengusaha, nyatanya istri pemul*ng! Tampilannya saja sudah seratus persen pemul*ng, sendal jepitnya saja sudah buluk begitu!" Tante Dira tertawa senang saat mengolok-olokku.

"Malu-maluin harga diri pengusaha saja, mimpi ketinggian kalau jatuh sakit, sadar diri lah Jelita, kamu itu cuma anak madesu. Ha-ha-ha!" Zahra tertawa keras sambil menepuk-nepuk bahuku.

Anak dan ibu sama saja. Aku sampai heran dibuatnya. Ibuku yang baik dan lemah lembut ini, kenapa bisa mempunyai saudara yang seratus persen sangat tidak mirip dengan ibuku? Mereka sama sekali tidak mirip mau wajah mau pun dengan sifatnya. Apa jangan-jangan Tante Dira ini anak pung*t? Aku harap begitu.

"Memangnya kenapa kalau aku memakai sandal jepit? Apa aku merugikan kalian?" ucapku tanpa melihat ke arah mereka.

Aku masih sibuk memilih-milih pakaian bayi bersama ibuku, sahabatku baru melahirkan, aku ingin memberikannya hadiah untuk bayinya.

Suamiku ikut, hanya saja suamiku malas untuk masuk ke dalam mal. Dia memilih untuk menunggu kami di dalam mobil.

"Kalian ini kenapa? Kenapa selalu menghina Jelita? Dia ini memang sudah menikah dan suaminya juga ada dibawah. Dia menunggu di-" Aku memegangi pergelangan tangan ibuku, mengedipkan mata agar ibuku tidak melanjutkan ucapannya.

Bukannya apa, aku hanya malas bila Ibu melanjutkan ucapannya. Maka, mereka akan puas menertawaiku lagi. Mereka mana percaya kalau aku bisa naik mobil, karena masa kecilku pernah naik mobil saat akan pergi ke acara nikahan saudara ibuku di Bandung. Dan aku mabuk berat saat menaikinya, kantong plastik tidak pernah jauh dari mulutku.

Sebutan 'norak, katrok, kampungan' adalah sebutan yang mereka lontarkan saat aku belum berhenti muntah-muntah setelah turun dari dalam mobil.

"Alah, kami bukannya menghina, melainkan berbicara apa adanya, Mbak Jeni tidak perlulah menutupi masa depan suram Jelita, dengan meninggi-ninggikan derajatnya yang palsu, pasti Jelita belum menikah hingga sekarang, 'kan? Tidak perlu sok-sok'an memilih pakaian bayi." Tante Dira berbicara dengan lancar, sama seperti dulu. Semakin tua semakin jahat dan pedas saja sifat dan mulutnya.

"Jelita memang sudah menikah Tante, hanya saja Jelita yang meminta Ibu untuk tidak memberitahu atau pun mengundang saudara Ibu yang jahat seperti Tante," sahutku.

"Idih! Diundang sekali pun, ogah banget hadir, pasti nikahnya cuma di KUA saja, tanpa acara besar-besaran seperti Zahra, asal kamu tahu ya, Zahra itu menikah dengan konglomerat, pestanya mewah dan berkelas, kalau tidak percaya, tanyain sama Ibu kamu yang masih hidup itu." Tante Dira menyombongkan diri dengan membanggakan Zahra di depanku.

"Duh, kuku-kukuku harus di ganti warna yang baru, bosen sekali melihat warnanya, baru juga dua hari," ucap Zahra sambil memainkan kuku-kukunya. Norak!

"Tuh, lihat, ini baru istri orang kaya, dua hari sudah mau ganti warna kuku, bukan seperti kamu, Jelita. Apaan tuh? Kukunya dikasih inai, pasti inai murahan yang daunnya harus ditumbuk dulu," sindir Tante Dira.

"Lain kali kita ke salon, yuk? Tenang saja, biar aku yang bayar, sekalian beli sandal yang bagus untuk kamu, biar tidak terus-menerus menghalu menikah dengan pengusaha. Ck, ck, ck!" Zahra tidak pernah berubah. Dia selalu memandang rendah kepada orang yang memakai sandal jepit.

Apa masalahnya dengan sandal jepit? Aku nyaman memakainya, suamiku juga suka memakainya.

Pernah suatu hari kami jalan-jalan ke Singapura. Suamiku menggunakan sandal jepit merk swalo*.

"Apa kamu tidak malu, Mas? Pakai jepit ke Singapura?" tanyaku padanya. Suamiku menjawab.

"Untuk apa malu? Kamu lihat orang-orang yang ada diruangan ini. Ada orang Korea, Jepang, Malaysia, India. Mereka tidak malu kan? Malahan mereka hanya memakai pakaian yang biasa-biasa saja, yang penting ini harus tebal." Suamiku menunjukkan dompet yang sedang kupegang.

"Oh, maksudmu, tidak apa-apa tampilan sederhana yang penting banyak duit, gitu?" Suamiku mengangguk seraya terkekeh kecil.

Suamiku orang Pekanbaru. Jadi, aku tidak pernah pulang ke Jakarta sejak ayahku meninggal dunia. Ibu tinggal dengan kedua adikku. Yang bungsu masih sekolah SMP dan yang satunya lagi sudah kuliah. Sedangkan aku memilih merantau setelah lulus SMA

Siapa sangka? Aku yang lulus SMA dipinang dengan pemilik restoran besar di Kota Pekanbaru. Aku menikah dan menggelar resepsi pernikahan di Kota Pekanbaru tepatnya dua tahun yang lalu. Tentunya hanya dihadiri Ibu dan adik-adikku. Saudara-saudara Ibu tidak kami beritahu, hanya akan membuat rusuh saja bila mengundang mereka.

Aku tersadar dalam lamunan saat Aldi melempar sesuatu ke arahku.

"Jangan kurang ajar, ya, Aldi!" hardikku. Tenyata Aldi melempar permen kapas ke rambutku dan membuat rambutku menjadi lengket.

"Lihatlah, Jelita termenung, pasti Jelita sedang meng-halu. Pastinya ingin mendapatkan suami seperti suamiku, biar bisa perawatan kecantikan sepertiku," ucap Zahra.

"Lagian ngapain berada di sini? Siapa yang punya bayi, kamu?" kata Aldi tersenyum remeh.

"Minimal, nikah dulu biar punya bayi, terus ganti dulu sandal jepitnya, biar terlihat berkelas gitu, ini toko pakaian bayi yang mahal, memangnya sanggup untuk bayar?" Tante Dira tersenyum jahat melihat ke arahku.

Geram dan gerah sekali melihatnya.

"Memangnya, kalau memilih pakaian bayi harus nikah dan punya bayi dulu? Tidak, 'kan? Ya, pasti tidaklah! Zita saja dulunya punya anak tanpa menikah dan tanpa punya suami, 'kan?" ucapku yang pastinya sangat menohok sekali dihati Tante Dira.

Bagaimana tidak, Zita anak bungsu Tante Dira hamil di luar nikah dan pacarnya kabur entah ke mana. Adikku Rindu yang memberitahunya, kalau ibuku tidak pernah memberitahu, karena Ibuku pasti takut menceritakan aib keponakannya. Takut akan terjadi kepada anak gadisnya yang masih tersisa dua yang belum menikah.

Plak!

Plak!

BERSAMBUNG...

Comments (1)
goodnovel comment avatar
Khoirunnisa Zukhrufiddin
Onde... ndak tau dia di Pekanbaru orang ke mall ngegembel tp pakai fortuner dan duitnya segepok di tas kumalnya. Toke2 sawit apakabar
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status