Share

BAB 3

Author: Anisah97
last update Last Updated: 2023-12-18 21:17:42

KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU

BAB 3

"Astagfirullah, ada apa ini? Kenapa bersikap kasar kepada istri saya?" Mas Ridwan berucap seraya memandang sekilas ke arah wanita pemilik toko itu.

"Saya sudah memperingatkan istrinya. Jangan dipegang-pegang sepatunya, nanti rusak! Ini harganya mahal, tahu tidak ini harganya berapa? Harganya empat ratus ribu, mana mungkin kalian bisa menggantikannya kalau rusak!" jawabnya ketus, matanya mengerling sinis melihat kebawah dan keatas.

"Saya akan membayar dua kali lipat bila sepatu yang dipegang istri saya rusak! Tapi, tolong! Bersikap sopan lah pada istri saya, lagi pula tidak sepantasnya memperlakukan pengunjung seperti itu, mampu atau tidak mampunya membeli, sebagai pemilik atau penjaga toko harus lah bersikap dengan baik dan sopan." Mas Ridwan berkata dengan tegas.

"Di sini tidak melayani pengunjung yang hanya pegang-pegang dan tanya-tanya, ujung-ujungnya tidak jadi beli setelah tahu harganya!" hardiknya.

"Siapa pemilik toko ini?" tanya Mas Ridwan.

"Saya pemiliknya!" jawabnya cepat dan ketus sambil bersedekap dada.

"Saya beli semua yang ada di toko ini, totalkan harga semuanya, kalau perlu tokonya saya beli juga dengan harga dua kali lipat!" tegas Mas Ridwan.

Aku terperangah, begitu juga dengan pemilik toko itu. Sedetik kemudian pemilik toko itu terbahak sampai terbatuk-batuk. Mungkin, wanita itu merasa lucu mendengar apa yang sudah Mas Ridwan katakan.

"Mas, tidak perlu begini," bisikku pada Mas Ridwan. Ia tampak sangat marah dan emosi saat ini.

"Tidak apa-apa, Dek. Mas tidak suka kamu diremehkan sama orang lain." Mas Ridwan menggenggam erat telapak tanganku.

"Jangan buang-buang uang untuk membungkam mulut mereka," ucapku.

"Ha-ha-ha! Kalian lihat sepasang suami istri ini, mereka berdua mau membeli toko milik saya. Ha-ha-ha, membeli sandal sendiri saja tidak mampu! Sok-sok'an segala mau membeli toko saya, Ha-ha-ha!" Wanita itu tertawa semakin keras dan melengking, hingga menimbulkan suara ngik-ngik.

"Jelita, Jelita. Ck! Ternyata suamimu juga tukang nge-halu, lagaknya orang kaya tahu-tahunya mis kin!" Aku menoleh ke asal suara. Zahra menatap sinis sembari berjalan mendekat ke arah kami.

"Siapa wanita itu, Dek?" tanya Mas Ridwan, berbisik.

"Bukan siapa-siapa, Mas, kita pulang saja yuk, aku tidak jadi membelinya di sini," jawabku tanpa menghiraukan pandangan Zahra lagi.

"Mbak, aku mau sepatu ini untuk keponakanku, langsung dibungkus lima pasang yang termahal!" Zahra berkata lantang sambil mengeluarkan dompetnya dari dalam tas.

"Ini baru orang kaya, tidak banyak drama dan langsung mengeluarkan duit!" ucap pemilik toko itu sambil menatap remeh pada kami.

"Iya-iya lah, suami saya itu konglomerat, punya perusahaan besar di mana-mana. Ini nyata dan bukan meng-halu seperti mereka berdua!" sindirnya, menatap sekilas dan berjalan sambil menyenggol bahuku. Sombong sekali Zahra. Sekaya apa sih suaminya?

"Tunggu dulu! Istri saya sudah lebih dulu-"

"Kalian berdua pergi saja, Mbak Zahra ini memang sudah langganan saya, jadi sepatunya Mbak Zahra yang dapat. Kalian nabung dulu yang banyak, baru datang lagi ke toko ini." Dengan sombongnya pemilik toko itu mengusir kami.

"Ayo, Mas, kita pergi saja," ajakku. Mas Ridwan mengikuti langkahku, kulihat wajahnya masih terlihat kesal.

Kami menuju mobil yang terparkir disamping toko itu.

"Belum pernah aku melihat istri orang kaya sesombong itu, siapa wanita itu? Dari bicaranya seperti sudah lama mengenalmu," ucap Mas Ridwan.

"Nanti kamu juga tahu sendiri, Mas. Jangan dipikirkan, tujuan kita ke sin-"

"Eee, eh, tunggu dulu, kalian ngapain dekat-dekat mobil pelanggan saya? Kalian mau mencuri? Hah!" tuduh pemilik toko itu. Sepertinya wanita ini mengikuti kami sampai keluar toko.

"Ini mobil kami, minggirlah!" tegasku, aku masih berdiri berhadapan dengan pemilik toko yang membelakangi mobil kami.

"Wah, naik juga emosiku dibuat wanita ini," ucap Mas Ridwan yang urung membuka pintu mobil.

"Mas, jangan emosi, sabar."

"Ada apa ini?"

"Maaf, Bu, ini ada orang yang ngaku-ngaku kalau ini mobilnya, maaf sudah membuat kenyamanan berbelanja di toko saya menjadi terganggu," ucap pemilik toko itu saat ibuku keluar dari dalam mobil.

"Ini anak saya, ini memang mobil anak saya," ungkap Ibu.

Wanita itu terkesiap sambil menatapku dan Mas Ridwan bergantian. Aku tersenyum miring melihat ke arah pintu toko. Zahra menatap tidak percaya dengan apa yang sudah dilihatnya. Pasti Zahra terkejut melihat ibuku yang keluar dari dalam mobil.

Pastinya Zahra sangat tidak menyangkanya. Orang yang selalu disebut madesu ini bisa mempunyai mobil.

"Ma-maaf," ucap pemilik toko itu gagap. "Mari masuk dan pilihlah sepuasnya, saya masih punya stok sepatu bayi yang terbaru di dalam gudang, ayo, masuklah, Mbak," lanjut pemilik toko itu. Aku tersenyum datar melihatnya, sikapnya berubah setelah mengetahui mobil ini milik kami.

"Dek, ayo kita ke toko di seberang sana," ajak Mas Ridwan, seraya masuk dan menutup pintu mobil dan menghidupkan mesinnya.

"Maaf, saya sudah tidak berselera untuk berbelanja di toko orang yang sombong dan angkuh! Lain kali, kalau ada yang mau berbelanja tapi memakai sandal jepit, tolong dihargai juga. Jangan memandang orang dengan sebelah mata hanya karena melihat casingnya saja." Setelah mengatakan itu, aku pun masuk ke dalam mobil. Dapat kulihat dari ekor mataku, kalau Zahra masih berdiri di pintu masuk toko sambil memandangiku.

BERSAMBUNG...

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   Akhir kebahagiaan

    "Janin kembarnya berjenis kelamin laki-laki dan perempuan, beratnya normal, semua sehat dan normal, bulan depan jangan lupa datang lagi, ya? Bulan depan sudah bisa ditentukan tanggal berapa operasi sesarnya," ucap Dokter, yang menangani kelahiran anak pertamaku dulu.Dua tahun pernikahanku dengan Mas Azka, aku pikir, aku akan lama hamilnya, seperti hamil Yusuf, yang memakan waktu bertahun-tahun untuk menunggu kehadirannya di dalam rahimku.Mas Azka tidak pernah menanyakan soal anak. Dia sangat perhatian dan pengertian, tidak pernah menuntut dan memaksa keinginan.Sekarang, aku sudah hamil lagi, kehamilan kembar yang sama sekali tidak pernah aku bayangkan. Mas Azka menggenggam jemariku, mengucap syukur saat aku memberitahu tentang kehamilanku waktu itu."Rumah pasti akan semakin ramai setelah bayi kita lahir," ucap Mas Azka seraya mengusap perutku.Sepulangnya dari rumah sakit, Mas Azka mengajakku untuk singgah di warung pinggir jalan. Warung menjual mie ayam bakso adalah makanan kegem

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 32

    37PoV author."Jadi kapan kalian akan menikah?" tanya ibunya Ranti. Saat Teguh mengantar mereka pulang ke rumah setelah makan malam bersama di rumah eyangnya."Habis lebaran ini, gimana?" sahut Ranti sambil menatap Teguh dari pantulan cermin."Aku ikut saja," kata Teguh sambil fokus menyetir mobil."Iya, habis lebaran ini saja menikahnya, Ibu tidak mau ya? Kalau Teguh bawa kamu ke sana ke sini dengan enaknya, lebih cepat kalian menikah maka lebih baik," sambung ibunya Ranti."Ibu setuju secepat itu karena apa? Apa karena tadi Eyang bilang mobil ini dan rumah tadi adalah milik Teguh?" tanya ayahnya Ranti."Bapak mikir apa? Apa Bapak pikir, Ibu ini mata duitan dan harta gitu? Wajarlah Ibu bersikap seperti tadi, Ibu hanya tidak mau anak kita satu-satunya jatuh ketangan duda kere, makanya Ibu ingin memastikan yang sebenar-benarnya," sahut ibunya Ranti."Jadi, butuh berapa banyak uang untuk membuat pesta pernikahan kami?" tanya Teguh, setelah mobilnya berhenti tepat didepan rumah calon me

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 31

    BAB 36PoV Teguh.Drtt!Ponselku bergetar di atas nakas, aku menggeser tombol hijau untuk menerima. Karena malas memegangnya, aku mengaktifkan pengeras suara. Aku tidak khawatir siapa pun yang mendengarnya, karena hanya aku yang ada di rumah ini."Assalamualaikum, Mas, kamu sibuk?" "Wa'alaikumsallam, tidak, ini lagi rebahan di ranjang." "Baiklah, Mas. Oh, ya, kapan kamu mau memperkenalkan aku dengan keluargamu, Mas?" tanya Ranti, wanita yang sudah kukenal lama dari dunia maya dan kami mulai dekat dalam dua bulan terakhir ini. Setelah memutuskan untuk ketemuan agar kami saling mengenal. Yang pastinya, setelah berpisah dari Marni.Aku berniat ingin menikah lagi, menikah secara resmi. Kesalahan masa lalu tidak akan kuulangi lagi, menikah dibawah tangan tanpa sepengetahuan keluarga."Kalau kamu mau, malam ini juga boleh, kita buka puasa di rumah Eyangku, kalau di rumahku, tidak ada siapa-siapa," jawabku."Baiklah, sore nanti jemput aku ke rumah, aku mau berbuka puasa dengan keluargamu."

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 30

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBab 30PoV Suci."Apa kalian sudah menemukan ibunya Marni?" tanya Mas Teguh sesaat aku dan Mas Azka baru sampai di lobby rumah sakit."Kami belum menemukannya, menurut informasi dari mantan suaminya dulu, ibunya Marni sudah pindah dari kampungnya, setelah menjual rumah dan tanahnya," jelas Mas Azka sesuai dengan apa yang dikatakan laki-laki yang mengaku mantan suaminya Marni."Kalau tidak salah, namanya Azril," lanjut Mas Azka."Iya, namanya Azril, Mas." Aku membenarkan ucapan Mas Azka."Di mana kalian bertemu dengan Azril?" tanya Mas Teguh, sepertinya Mas Teguh sudah mengenal pria itu, dari pertanyaannya saja sudah bisa kutebak."Di kampung Marni, itu pun ketemunya tidak sengaja, saat kami menanyakan ibunya Marni, kamu sudah kenal?""Ya, aku sudah kenal. Jadi, gimana ini?" tanya Mas Teguh dengan gelisah."Tidak punya cara lain, kita sebar foto Marni ke sosmed, siapa tahu ada tetangga baru ibunya yang melihat postingan itu," usul Azka.

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 29

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 29Teguh bersahur dan berbuka puasa pertama tanpa Bu Sukma, teguh sedih melihat kursi yang selalu Bu Sukma duduki. Sebak di dada Teguh saat mengingat Ibunya yang sudah pergi meninggalkannya.Tiada siapa yang menemaninya sahur dan berbuka puasa. Teguh sendiri menyiapkan segala sesuatu.Sudah beberapa hari ini Teguh tidak pergi ke rumah Azka. Teguh hanya tidak mau menambahkan masalah, bila Ia terus datang ke rumah Azka untuk melihat anak-anaknya.Tok!Tok!Tok!Suara ketukan dan bel berbunyi membuat Teguh urung untuk menyuap nasi ke dalam mulutnya. Entah siapa yang datang disaat hari sudah magrib? Teguh berlalu ke depan untuk membukakan pintu utama."Mas Teguh." "Marni! Ngapain kamu datang ke sini lagi!" bentak Teguh saat melihat Marni sudah berdiri di ambang pintu rumahnya."Mas, bantu aku, aku sudah disiksa sama calon suamiku dan anak buahnya," ucap Marni mengiba kepada Teguh."Kau pergi dari sini! Kita tidak punya urusan apa-apa l

  • KUBUAT MEREKA KEPANASAN KARENA SUDAH MEREMEHKANKU   BAB 28

    Pakaian Suamiku di Keranjang Baju Kotor PembantuBAB 28PoV Author."Sari, kamu masuk dan tolong mandiin Zulaikha, ya, jangan beri Bu Suci melakukan pekerjaan sendirian, saya takut Istri saya sakit karena kecapek'an," ucap Azka pada Sari yang sedang menyirami bunga di teras."Baik, Pak," sahut Sari sambil mematikan keran air dan menggulung selangnya."Oh, ya, Sari. Ini uang, kamu belikan sayur katuk dan ayam kampung ya, katuknya dibening dan ayam kampungnya di sop seperti biasa," pesan Azka pada Sari. Sari mengangguk sambil menerima dua lembar uang merah dari Azka.Azka pernah mendengar dari almarhumah Bu Sukma, bahwa sayur katuk bisa memproduksi Asi lebih banyak, begitu juga dengan sop ayam kampung. Itulah sebabnya, Azka selalu mengusahakan untuk menyediakan makanan itu, ditambah Suci harus menyusui dua anak sekaligus."Sudah mau berangkat kerja, ya, Pak?" tanya Sari. Azka mengangguk dan berlalu untuk pergi ke pabrik."Mbok, Pak Azka perhatian sekali ya, aku kepengen suami seperti pa

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status