Share

pesan WA

Penulis: Putri putri
last update Terakhir Diperbarui: 2022-06-09 19:16:29

Tanpa pikir panjang langsung kutulis pesan  balasan untuk orang tersebut. Aku ingin mengetahui seberapa jauh hubungan mereka. 

(sabar sayang... semua butuh waktu.)

Setelah selesai menulis, segera kukirim pesan itu. 

Sambil menunggu pesan itu dibalas, aku mulai memikirkan cara bagaimana cara membalas kelakuan mas Arga. Mempermalukan dia di depan umum? Ah, itu sama saja aku mempermalukan diri sendiri. Menguras habis harta suami sebelum cerai? Apanya yang mau dikuras, hidupnya saja pas-pasan. Kepalaku mulai pening mencari cara yang cocok untuk membalasnya. 

Tiba-tiba aku teringar dengan cerita  Devi, sahabatku. sebuah ide cemerlang pun muncul terinspirasi dari ceritanya . Ya! Akan kubuat suamiku semakin layu. biar enggak ada perempuan yang mau sama dia. Aku tersenyum licik sambil menatap mas Arga.

Sebuah pesan kembali tertera pada layar ponsel mas Arga yang didahului oleh bunyi nada pesan. Aku segera membaca pesan tersebut.

(Kapan, Mas? Sudah empat bulan kamu janji mau ceraikan istrimu, tapi nyatanya...?)

Jadi mas Arga sudah selingkuh sejak 4 bulan yang lalu. Kurang ajar sekali dia! Hidup pas-pasan saja selingkuh, apalagi kalau kaya.

Kembali aku membalas pesan W* dari orang yang kuyakini sebagai selingkuhan suamiku.

(Secepatnya sayang...)

Tak berselang lama ia pun membalas pesan yang kukirim dari nomor mas Arga.

(Oke... besok siang jangan lupa mampir ke rumah ya, Mas. Aku akan memuaskanmu lagi.)

Itulah pesan ketiga yang dikirim oleh nomor yang sama. Aku yakin sekali pengirimnya adalah seorang yang tak sengaja disebut namanya oleh suamiku. Ya, pasti ini nomor W*-nya Dini.

“Jadi selama ini mas Arga sudah berbuat zina.  muasin istri aja kagak bisa, kok ya pake acara selingkuh  segala.” gerutuku. 

Kuletakkan kembali ponsel ini pada tempat semula setelah menghapus pesan W* itu. Hanya pesan yang terakhir saja yang tak kuhapus. Itu karena aku berencana mengerjai mas Arga. Segera kutinggalkan suamiku yang masih pulas tertidur. Biar saja dia tidur di sini, jijik rasanya jika harus tidur berdua dengannya.

Keesokan harinya aku bersikap seolah tak ada apa-apa. Rutinitas tetap kujalani seperti biasanya. Bangun pagi langsung menuju dapur, menyiapkan sarapan untuk suami, mertua dan adik ipar. 

Setelah menikah memang aku tinggal di rumah mertua. Sebenarnya sih aku ingin mandiri, tapi ibu mertuaku tak pernah mengizinkan. Alasannya karena rumah ini masih muat untuk kami tinggali bersama, padahal aku yakin ibu mertuaku hanya ingin memanfaatkan tenagaku saja. 

Mas Arga bekerja di sebuah perusahaan  dengan gaji kurang dari 4 juta. Uangnya ia gunakan untuk bayar cicilan mobil 1 juta per bulan, di kasihkan ibu mertua 1 juta, untuk pegangan dia 1 juta, praktis uang belanja untukku Cuma senilai satu juta kurang. Untung saja aku masih punya simpanan di bank, jadi enggak terlalu pusing masalah uang dapur.

“Aku berangkat dulu ya, Dek!” pamit mas Arga sambil berlalu.

“Iya, “ sahutku dingin.

Biasanya sih, aku selalu mencium punggung tangan suamiku, tapi entah kenapa pagi ini rasanya malas. Mungkin karena ingat kejadian semalam kali ya? Nanti siang kan mas Arga akan menemui selingkuhannya.

“Jadi istri kok enggak ada sopan  santun begitu, suami pamit mau cari nafkah kok jawabnya cuman iya doang. Cium tangan atau apa kek!” cerocos ibu mertuaku dengan tatapan sinis. 

“Iya, mbak Dinda bagaimana sih, enggak romantis banget,” timpal Anggi, adik iparku yang masih duduk di bangku SMA.

“Bukan begitu, mas Arga kan lagi buru-buru,” kilahku. 

“halah... banyak alasan kamu!” sergah ibu. 

Aku memilih abai daripada menanggapi ucapan ibu. Ujung-ujungnya sama, ibu tak mau mendengar perkataanku. Kembali kulanjutkan aktivitasku di dapur. 

Sejak dulu memang ibu mertuaku tak menyuakaiku, apa yang aku lakukan selalu di anggap salah olehnya. Namun, demi cintaku pada mas Arga, aku selalu bersabar menghadapi tingkah mertuaku yang memperlakukanku seperti seorang pembantu.

Untuk urusan mas Arga, aku enggak perlu khawatir. Pasalnya, tadi pagi aku sudah menaburi celana dalam suamiku dengan serbuk cabai. Biar saja dia merasakan panas pada alat vitalnya. Aku sampai tersenyum sendiri membayangkan mas Arga kelojotan. Aku yakin rencana mereka untuk bertemu akan gagal.

Selesai masak dan menyapu rumah, aku bersantai sejenak sambil menonton televisi. Lelah rasanya setelah sedari tadi berjibaku dengan pekerjaan rumah yang tiada habisnya. 

“Bagus... suami lagi kerja, istrinya ongkang-ongkang kaki di rumah,” sindir ibu mertuaku tiba-tiba. 

Aku hanya melirik sekilas lalu kembali menatap layar televisi. 

“Heh! Kalau ada orang tua ngomong dengerin!” bentaknya “hidup aja masih jadi benalu,  jam segini sudah nonton TV!” 

Ibu memarahiku sambil tangannya mematikan TV. 

Seketika kupingku memanas mendengar hujatan ibu. Ingin rasanya kutampar saja mulut mertuaku biar enggak asal ngomong. Enak saja dibilang benalu, padahal tiap bulan aku mengeluarkan uang jauh lebih banyak dari yang mas Arga .

Aku memilih pergi daripada meladeni ibu yang selalu bikin masalah. Takutnya terbawa emosi lalu menampar mertuaku. bisa-bisa rencana membalas perbuatan mas Arga akan berantakan. 

Ya, aku memang akan menuntut cerai pada mas Arga, tapi tidak sekarang. Sebelum bercerai aku ingin membuat hidup suamiku dan keluarganya menderita. Membalas dengan gaya yang elegan. Tak terlihat tapi terasa sangat menyakitkan. Lihat saja nanti apa yang akan aku lakukan. Kalian harus menerima ganjaran karena sudah menyia-nyiakan aku!

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Komen (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
kmu g usah nombokin klo uang bulanan kurang biarkan saja seada nya uang yg d kasi Arga biar ibu nyatau klo Arga cuma kasi uang belanja 1 jt ..
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   JODOH?

    Setelah rehat dan berganti pakaian, aku meminta Devi mengantarku pulang. Tadi dia menawari untuk menginap di sini saja, tapi kutolak. Rasanya, aku ingin menyendiri dulu, meski hanya sekedar untuk meresapi apa yang baru saja kualami.“Tapi ini sudah malam, Din, entar aku pulangnya gimana? Kan aku takut,” ucap Devi saat kami sedang berbincang di ruang tengah.“Ya sudah, aku pesan taksi online saja,” usulku.“Jangan! Aku enggak tega membiarkan kamu pulang sendiri,” tolaknya dengan wajah sendu.Aku menghirup nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Di suruh antar, bilang takut. Mau pulang sendiri, dia bilang enggak tega. Apa sih maunya Devi?“terus gimana dong?” tanyaku bingung.Devi mengangkat kedua bahunya, seolah mengatakan bahwa dirinya pun tidak tahu. Sesaat, kami berdua terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Aku memutar otak, mencoba mencari cara agar secepatnya bisa pulang ke rumah orang tua. Di kala susah seperti ini, rindu bertemu mereka seakan tak tertahankan.“He

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   PERGILAH!

    “Jadi semua ini rencanamu, Mas!” Aku menggeleng lemah. Sebenarnya hatiku menolak percaya, tapi inilah kenyataannya. Ryan, laki-laki yang selama ini kuanggap sebagai dewa penolong, ternyata biang keladi hancurnya rumah tanggaku. “Enggak seperti itu, Na! Aku bisa jelasin,” sanggah Ryan. Dia lantas berdiri sambil berusaha meraih jemariku, tapi segera kutepis. Aku tak mau tangan kotornya menyentuhku. “Kamu tak bisa mengelak, Mas! Aku sudah dengar semuanya kok!” sergahku kemudian. Sebisa mungkin aku menahan air mata agar tak sampai jatuh. Aku tak ingin terlihat cengeng di hadapan laki-laki yang sempat memberiku harapan. Meski teramat perih, aku tetap berusaha untuk menyembunyikannya. “Ini tidak seperti apa yang kamu dengar, Na! Tolong dengarkan penjelasanku dulu.”Lagi. Mas Ryan kembali membela diri. Namun, setelah apa yang kudengar barusan, apa aku harus percaya dengan apa yang dia ucapkan? Bisa saja dia mengarang cerita sebagai pembenaran atas apa yang dia lakukan. “Sudahlah, Mas!

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   KENYATAAN PAHIT

    Mata ini terasa sangat lengket saat aku memaksa membukanya. Semalaman aku susah untuk terlelap. Pikiranku terus saja dihantui rasa penasaran, siapakah gerangan orang yang berbicara dengan Ryan? Rahasia apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?Seharusnya aku tengah berbahagia karena telah mendapat cinta tulus seorang Ryan, tapi apa yang kudengar semalam, berhasil mengusik kebahagiaanku. Pernah dikhianati oleh seseorang yang kita sayang, ternyata membuatku selalu menaruh curiga pada semua laki-laki. Tidak terkecuali Ryan. Tak ingin terluka untuk kedua kali, gegas aku menyambar ponsel yang tergeletak di atas nakas. Langsung kuhubungi Devi, sahabatku untuk memintanya membantu memecahkan misteri yang disembunyikan Ryan.“Pagi, Dev,” ucapku basa-basi setelah panggilan tersambung.“Pagi juga, Din. Tumben pagi-pagi buta sudah telepon?” sahutnya dari seberang sana.“Iya nih. Aku lagi butuh bantuan kamu,” beberku. “Bantuan apa?” tanya Devi dengan nada suara seperti keheranan.“Jadi begini...”

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   BAHAGIA DAN CURIGA

    Sesaat kemudian, laki-laki berkemeja kotak-kotak itu membalikkan tubuhnya lalu mengangguk. Wajah yang kukenali sebagai seorang Ryan, tersenyum menatap lekat padaku yang telah ada di hadapannya. Tanpa menunggu lama, aku langsung menghambur dalam pelukan laki-laki yang kurindukan ini, lalu menenggelamkan wajah pada dada bidangnya.“Aku menepati janjiku bukan?” ujarnya seraya mengelus pucuk kepalaku.Aku terharu dengan ketulusan cinta yang dia miliki. Tak kuduga sama sekali, setelah belasan tahun tak bertemu, ia masih ingat dengan janjinya yang akan selalu mengharapkanku. Tanpa terasa, bulir-bulir bening telah jatuh dari sudut mataku.Sejenak, aku menguraikan pelukan, lalu menatap sendu pada sosok di hadapku. Kuperhatikan setiap gurat dari wajahnya, tapi tak menemukan kemiripan dengan Yanto yang kukenal dulu.“Benarkah kamu Yanto?” tanyaku sedikit ragu.“Apa kau tak bisa mengenaliku? Apa jangan-jangan kamu sudah lupa denganku?” tanya Ryan.Bagaimana mungkin aku bisa mengenalinya jika t

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   APAKAH CINTA

    Kesempatan cepat lenyap, tapi lamban kembalinya. Itulah pepatah lama yang pas untuk menggambarkan diriku saat ini. Di saat Ryan sering datang, aku sama sekali tak memedulikannya. Namun, di saat aku menanti hadirnya, dia sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya. Lebih dari satu bulan sejak kejadian hari itu, Ryan belum sekalipun datang, padahal biasanya tiap hari selalu ke sini. Sejarang-jarangnya seminggu tiga kali dia selalu mengajakku berbincang, meskipun hanya sepatah dua patah kata.“Sebenarnya pak Ryan ke mana sih, Bik? Kok sama sekali enggak pernah pulang?” tanyaku pada bik Wati saat kami tengah menyiapkan makan malam.“Kurang tahu, Bu. Memangnya Ibu enggak pernah dihubungi?” Aku menggeleng lemah menanggapi pertanyaan bik Wati. Jangankan menghubungi lebih dulu. Aku telepon saja selalu di reject. “Mungkin pak Ryan lagi sibuk, Bu! Jadi enggak sempat pulang,” jelasnya kemudian.“Iya, tapi setidaknya kasih kabar kek! Telepon atau kirim pesan kan bisa! Kan jadi enggak bikin

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   perasaan Ryan

    Aku tersenyum bangga karena telah berhasil membuat keluarga mantan jadi gembel. Bagiku, semua yang aku lakukan pada mereka tak sebanding dengan luka yang kuterima. Jauh di lubuk hati, aku masih ingin terus membuat hidup mereka terhina. Sejenak, kuayunkan langkah memasuki rumah ini. Pandanganku mengitari sudut demi sudut dari kamar yang dulu pernah menjadi saksi perjalanan hidupku. Aku tersenyum kecut saat mengingat betapa bodohnya aku yang dulu termakan rayuan Arga, laki-laki keparat yang pernah menjadi suamiku.Tak ingin terus terbuai kenangan pahit, gegas aku beranjak keluar lalu mengunci rumah ini. Aku mengajak kedua laki-laki yang datang bersamaku untuk pulang. Tak butuh waktu lama, mobil yang kami kendarai telah berhenti di halaman rumah. Dengan santai aku turun lalu memasuki rumah. Aku terkejut saat melihat Ryan tengah duduk di ruang tamu dengan wajah kusut, tapi mencoba abai dan terus berjalan menuju kamarku. “Duduk!” perintah Ryan dengan nada suara terdengar gemetar.Sejena

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   BANGKAI HIDUP

    pov. ArgaSetelah kepergian Dinda, mantan istriku, pikiranku semakin berkecamuk. Belum hilang rasa penasaran dari mana Dinda bisa punya uang untuk membeli rumah ini, Ibu menambah beban pikiranku, dengan meminta agar Dini mau menampung kami sementara waktu. Baiklah. Demi untuk hidup layak, aku akan mencoba merayu Dini, agar mau memberi tumpangan sampai kami bisa membeli rumah lagi. Dengan langkah penuh harap, gegas aku menemuinya di kamar. “Yang, kenapa kamu masukin pakaian ke koper? “ tanyaku heran saat melihat Dini, istri siriku mengemasi pakaiannya. “Mau pulanglah, rumah ini sudah bukan punya kamu lagi. Lebih baik aku pergi sekarang sebelum diusir sama pemiliknya.” Sahut Dini ketus. “Ya sudah, sekalian kemasi pakaianku juga ya, Yang. Kita pergi sama-sama,” pintaku. “Kemasi sendiri, dan pergi sendiri. Jangan meminta aku menampung kalian. Karena rumahku bukan panti asuhan,” tolaknya. “Aku kan suamimu, Yang! Masa kamu tega sih?” rayuku. “Halah, nikah siri saja diandalkan. Ting

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   MALU

    Hari ini aku bangun agak kesiangan akibat tidur terlalu larut. Sampai-sampai kewajibanku sebagai makhluk ciptaan tuhan, kutunaikan di penghujung waktu. Ah, aku memang bukan Hamba yang taat. Dengan buru-buru aku segera menuju taman belakang rumah untuk memulai rutinitas pekerjaanku. Meskipun aku penyuka bunga, tetapi kadang juga merasa bosan. Apalagi kalau pikiran lagi enggak karuan begini. Rasanya ingin kutinggalkan saja. Ya. Saat ini aku sedang tidak fokus pada semerbak bunga di sekelilingku. Aku masih saja memikirkan kata-kata yang Ryan ucapkan semalam. Walaupun aku tahu dia hanya asal bicara, tetapi tetap saja membuat hatiku berantakan. Sejenak, aku mencoba menepis bayang semu tentang Ryan. Berusaha berkonsentrasi agar pekerjaan ini cepat kelar, karena hari ini aku berencana mengunjungi rumah mantan suamiku. Ah, bukan. Tepatnya rumah yang baru aku beli. Selesai dengan pekerjaan ini, gegas aku kembali ke kamar untuk membersihkan diri, berdandan secantik mungkin, agar mas Arga se

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   AJAKAN RYAN

    Tanpa terasa, dua bulan sudah aku tinggal di sini. Di rumah milik Ryan, laki-laki menyebalkan yang penuh teka-teki. Kalau boleh jujur, aku merasa betah. Meski terkadang rindu dengan kedua orang tuaku cukup menyiksa jiwa.Aku sudah mengabari mereka tentang perceraianku dengan mas Arga. Telah kuceritakan perihal mantan suamiku yang mendua, pun mengenai mantan mertuaku yang mendukung kesalahan anak laki-lakinya.“kamu harus sabar, Nak!” Masih terngiang jelas nasihat Ibu waktu itu. Walaupun hanya melalui sambungan telepon, aku bisa tahu betapa terpukulnya hati Ibu mendengar kabar anak perempuannya telah menjanda. Sebenarnya mereka memintaku pulang ke rumah, tapi aku tak mengiyakannya, karena aku masih harus di sini dua bulan lagi. Aku terpaksa berbohong pada mereka. Kukatakan aku sedang bekerja, padahal tidak. Tak mungkin juga kan kalau aku mengatakan telah dijual? Bisa copot jantung mereka nanti.Devi, sahabatku, sesekali datang berkunjung saat waktu luang. Beberapa hari yang lalu dia j

Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status