Share

RAMUAN AJAIB

Author: Putri putri
last update Last Updated: 2022-06-09 19:17:43

Siang ini udara terasa panas, tapi tak sedikit pun menyurutkan niat untuk bertemu Devi sahabatku. Tadi aku sudah bikin janji dengannya. 

Devi langsung membuka pintu sesaat setelah aku mengucap salam. Ia tampak senang dengan kehadiranku. Kami memang sudah cukup lama tidak ketemu karena kesibukan masing-masing. 

“Masuk yuk, Din!” ajaknya sambil menggandeng tanganku. 

Segera kuletakkan bokongku pada sofa yang ada di ruangan ini. Devi kemudian pergi sebentar lalu kembali dengan dua gelas minuman di tangannya.

“Tumben banget muka kamu kusut begitu, Din?” tanya Devi. 

“Iya nih, habis dihajar.” sahutku. Tanganku bergerak cepat menyambar gelas di depanku lalu meneguk isinya hingga sisa separuhnya saja.

“Dihajar sama siapa?” desaknya. 

“Dihajar sama kenyataan,” sahutku sembari melebarkan tawa. 

Mendengar jawabanku, Devi langsung mencubit pinggangku. Ia memasang wajah kesal. 

“aku serius nanya Din!” sungutnya kemudian.

“Iya... iya...” Aku mencoba bersikap serius, “ aku lagi banyak masalah, Dev.”

“Masalah apa? Kayaknya serius banget,” cecarnya kemudian

Aku mulai menceritakan tentang perselingkuhan yang telah dilakukan mas Arga. Mulai dari salah sebut nama sampai pesan di ponsel suamiku. Kami memang sangat akrab, jadi aku enggak perlu sungkan untuk meminta pendapatnya. 

“enggak nyangka ya, Arga yang kelihatannya alim doyan selingkuh juga!” geram Devi. 

“Aku juga enggak nyangka, tapi kenyataannya memang seperti itu, Dev,” keluhku dengan raut sendu.

“Terus sekarang kamu mau bagaimana?” tanya Devi. 

“Aku akan menuntut cerai,” jawabku, “Tapi sebelum itu aku ingin membalas perbuatan mas Arga.

Tak terasa bulir bening menetes dari sudut mataku. Sekuat apa pun, aku tetaplah seorang perempuan, yang rapuh hatinya saat dikhianati. Bohong jika mengatakan tak apa-apa di saat suami mendua. 

“Kamu sudah punya rencana?” lanjutnya.

“Rencana sudah ada, tinggal eksekusi saja, api aku butuh bantuan kamu,” sahutku. 

“Rencananya kaya apa? Terus aku bantuin apa?” tanya Devi lagi. 

“aku akan membuat alat vital mas Arga jadi enggak berfungsi. Makanya aku datang kesini. Aku mau minta ramuan yang dulu kamu kasih buat suamimu.” Jelasku.

“Oh, itu sih gampang,” ujar Devi “tunggu sebentar!” 

Ia lalu beranjak ke dalam. Entah apa yang dia lakukan di dalam sana. Tak lama kemudian ia kembali dengan sebuah botol kecil di tangannya.

“Campurkan air ini pada minuman suamimu. Dijamin hasilnya pasti mengejutkan.” Ucapnya sambil memberikan benda itu padaku. 

Kuamati botol kecil yang sudah berada di tanganku. Tidak kutemukan sesuatu yang istimewa pada benda ini. Isinya hanya air putih saja. Apa Devi sedang bercanda?

“Sebenarnya ini air apa sih , Dev?” tanyaku penasaran. 

“Itu ramuan ajaib," jawabnya sambil cengengesan. 

“Kamu dapat dari mana? Magic apa klinik?” tanyaku lagi. 

“Itu rahasia Din, yang penting sekarang kamu bisa membalas perbuatan suami kamu,” sahut Devi.

“Kamu yakin hanya dengan air seperti ini bisa membuat mas Arga jadi loyo?” 

“Aku sudah membuktikannya kok, tapi efeknya enggak permanen.” Jelasnya. 

“Apa air ini langsung bereaksi?” 

“ Enggak, sekitar satu sampai dua minggu baru kelihatan hasilnya.” Papar Devi.

Aku menyeringai jahat sambil menatap botol di tanganku. 

“Kamu akan segera menerima balasanmu, Mas!” batinku.

Setelah itu, kami kembali melanjutkan obrolan. Aku dan Devi menyusun rencana tambahan agar mas Arga dan keluarganya semakin menderita. tanpa sadar, waktu sudah beranjak sore. aku segera pamit untuk pulang. Tidak lupa kubawa ramuan rahasia pemberian sahabatku ini. Semoga saja bisa membuat mas Arga menyesal telah menyakitiku. 

Sesampainya di rumah, aku langsung di sambut oleh mas Arga. Matanya mendelik menatapku. 

“Kamu bisa nyuci enggak!” bentaknya tanpa basa-basi. 

Aku tercengang dengan pertanyaan suamiku. Kok dia tiba-tiba bahas masalah cuci-mencuci. Biasanya saja enggak pernah bahas itu. 

“Ya bisa lah,Mas. Memangnya kenapa sih?” tanyaku penuh keheranan. 

“Kalau bisa kenapa bagian sensitifku bisa kepanasan seperti ini. Kamu nyucinya pakai sabun apa pakai cabai sih?” berangnya kemudian. 

Kontan aku menahan tawa saat mendengar penjelasan suamiku. Aku baru ingat kalau aku sudah taburi pakaian dalam mas Arga dengan bubuk cabai. Ternyata efeknya ampuh juga.

“Maaf, Mas!” sahutku dengan tertunduk. Mungkin dia pikir aku takut karena dimarahi, padahal aku menunduk sedang menahan tawa.

Tak cukup sampai di situ, Mas Arga kembali mencari kesalahanku, mungkin dia sedang kecewa karena gagal bertemu dengan selingkuhannya.

“Dari mana saja kamu!” hardiknya kemudian.

“Dari rumah teman, Mas,” sahutku dengan merendahkan suara.

“Oh, jadi begini kelakuan kamu tiap hari. Ternyata benar apa yang diceritakan ibu. Saat aku enggak di rumah kamu sibuk keluyuran, sedangkan ibu disuruh beresin rumah,” tuduh mas Arga.

Kulirik mertuaku yang tengah tersenyum licik. Bisa-bisanya dia memutar balikkan fakta, padahal sebenarnya ibulah yang suka keluyuran enggak jelas. La kok malah jadi aku yang di salahkan.

“Enggak kok, Mas. Tadi semua sudah beres saat aku pergi,” kilahku.

“Beres dari mananya? Mau makan saja enggak ada lauk!” ungkap suamiku. 

Aku terkejut mendengar keterangan mas Arga. Tadi sebelum pergi aku sudah masak banyak, tapi kok sekarang bisa habis. Pasti ini ulah ibu mertuaku. 

“Ya sudah, nanti aku belikan saja lauk kesukaanmu.” 

Tak ingin terus berdebat akhirnya aku mengalah. Seolah-olah aku mengakui kesalahan itu. 

“Sekalian buat ibu sama Anggi ya, Din!” seru ibu saat aku hendak beranjak. 

Aku hanya mengangguk malas lalu segera meluncur mencari makanan kesukaan mas Arga. Tak butuh waktu lama, aku sudah mendapat rendang sapi beserta sayur nangkanya. Suamiku memang pencinta masakan padang. 

Segera kuhidangkan makan malam setelah aku sampai di rumah. Mereka bertiga makan dengan sangat lahap, sedangkan aku hanya memperhatikan mereka saja. 

“Ini baru namanya makanan enak!” celetuk Anggi di sela makannya. 

“Emang biasanya makannya enggak enak?” tanyaku.

“Ya jelas enggaklah! Wong tiap hari Cuma tempe tahu tempe tahu. Bosan!” sahut Anggi. 

Aku menggelengkan kepala mendengar ucapan adik iparku. Anehnya, mas Arga dan ibu sama sekali tidak menegur Anggi seolah membenarkan ucapannya. Dasar keluarga tak punya etika! Hari ini kalian masih bisa ngomong begitu, besok bisa jadi kalian kelaparan kalau aku sudah enggak di sini. 

“Kamu enggak ikut makan, Dek?” tanya mas Arga saat menyadari aku hanya duduk memperhatikan mereka makan. 

“Sudah kenyang, Mas!” bohongku. 

“Kenyang makan hati” lanjutku dalam hati. 

Aku tersenyum simpul saat melihat mas Arga meminum air yang sudah bercampur dengan ramuan rahasia pemberian sahabatku. Rencana jahatku berjalan sesuai rencana. Sekarang aku tinggal menunggu ramuan tersebut bereaksi. 

“Lihat saja seminggu lagi, Mas! Selingkuhanmu pasti tak akan mau menerimamu lagi,”  batinku.

**** 

Kira-kira sukses apa enggak ya rencana Dinda??

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Tri Wahyuni
mudah2an suxes dn klo Arga sdh loyo kmu tinggalin saja orang2 itu yg julit2 dn pembohong
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   JODOH?

    Setelah rehat dan berganti pakaian, aku meminta Devi mengantarku pulang. Tadi dia menawari untuk menginap di sini saja, tapi kutolak. Rasanya, aku ingin menyendiri dulu, meski hanya sekedar untuk meresapi apa yang baru saja kualami.“Tapi ini sudah malam, Din, entar aku pulangnya gimana? Kan aku takut,” ucap Devi saat kami sedang berbincang di ruang tengah.“Ya sudah, aku pesan taksi online saja,” usulku.“Jangan! Aku enggak tega membiarkan kamu pulang sendiri,” tolaknya dengan wajah sendu.Aku menghirup nafas dalam-dalam, lalu menghembuskannya perlahan. Di suruh antar, bilang takut. Mau pulang sendiri, dia bilang enggak tega. Apa sih maunya Devi?“terus gimana dong?” tanyaku bingung.Devi mengangkat kedua bahunya, seolah mengatakan bahwa dirinya pun tidak tahu. Sesaat, kami berdua terdiam, larut dalam pikiran masing-masing. Aku memutar otak, mencoba mencari cara agar secepatnya bisa pulang ke rumah orang tua. Di kala susah seperti ini, rindu bertemu mereka seakan tak tertahankan.“He

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   PERGILAH!

    “Jadi semua ini rencanamu, Mas!” Aku menggeleng lemah. Sebenarnya hatiku menolak percaya, tapi inilah kenyataannya. Ryan, laki-laki yang selama ini kuanggap sebagai dewa penolong, ternyata biang keladi hancurnya rumah tanggaku. “Enggak seperti itu, Na! Aku bisa jelasin,” sanggah Ryan. Dia lantas berdiri sambil berusaha meraih jemariku, tapi segera kutepis. Aku tak mau tangan kotornya menyentuhku. “Kamu tak bisa mengelak, Mas! Aku sudah dengar semuanya kok!” sergahku kemudian. Sebisa mungkin aku menahan air mata agar tak sampai jatuh. Aku tak ingin terlihat cengeng di hadapan laki-laki yang sempat memberiku harapan. Meski teramat perih, aku tetap berusaha untuk menyembunyikannya. “Ini tidak seperti apa yang kamu dengar, Na! Tolong dengarkan penjelasanku dulu.”Lagi. Mas Ryan kembali membela diri. Namun, setelah apa yang kudengar barusan, apa aku harus percaya dengan apa yang dia ucapkan? Bisa saja dia mengarang cerita sebagai pembenaran atas apa yang dia lakukan. “Sudahlah, Mas!

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   KENYATAAN PAHIT

    Mata ini terasa sangat lengket saat aku memaksa membukanya. Semalaman aku susah untuk terlelap. Pikiranku terus saja dihantui rasa penasaran, siapakah gerangan orang yang berbicara dengan Ryan? Rahasia apa yang sebenarnya mereka sembunyikan?Seharusnya aku tengah berbahagia karena telah mendapat cinta tulus seorang Ryan, tapi apa yang kudengar semalam, berhasil mengusik kebahagiaanku. Pernah dikhianati oleh seseorang yang kita sayang, ternyata membuatku selalu menaruh curiga pada semua laki-laki. Tidak terkecuali Ryan. Tak ingin terluka untuk kedua kali, gegas aku menyambar ponsel yang tergeletak di atas nakas. Langsung kuhubungi Devi, sahabatku untuk memintanya membantu memecahkan misteri yang disembunyikan Ryan.“Pagi, Dev,” ucapku basa-basi setelah panggilan tersambung.“Pagi juga, Din. Tumben pagi-pagi buta sudah telepon?” sahutnya dari seberang sana.“Iya nih. Aku lagi butuh bantuan kamu,” beberku. “Bantuan apa?” tanya Devi dengan nada suara seperti keheranan.“Jadi begini...”

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   BAHAGIA DAN CURIGA

    Sesaat kemudian, laki-laki berkemeja kotak-kotak itu membalikkan tubuhnya lalu mengangguk. Wajah yang kukenali sebagai seorang Ryan, tersenyum menatap lekat padaku yang telah ada di hadapannya. Tanpa menunggu lama, aku langsung menghambur dalam pelukan laki-laki yang kurindukan ini, lalu menenggelamkan wajah pada dada bidangnya.“Aku menepati janjiku bukan?” ujarnya seraya mengelus pucuk kepalaku.Aku terharu dengan ketulusan cinta yang dia miliki. Tak kuduga sama sekali, setelah belasan tahun tak bertemu, ia masih ingat dengan janjinya yang akan selalu mengharapkanku. Tanpa terasa, bulir-bulir bening telah jatuh dari sudut mataku.Sejenak, aku menguraikan pelukan, lalu menatap sendu pada sosok di hadapku. Kuperhatikan setiap gurat dari wajahnya, tapi tak menemukan kemiripan dengan Yanto yang kukenal dulu.“Benarkah kamu Yanto?” tanyaku sedikit ragu.“Apa kau tak bisa mengenaliku? Apa jangan-jangan kamu sudah lupa denganku?” tanya Ryan.Bagaimana mungkin aku bisa mengenalinya jika t

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   APAKAH CINTA

    Kesempatan cepat lenyap, tapi lamban kembalinya. Itulah pepatah lama yang pas untuk menggambarkan diriku saat ini. Di saat Ryan sering datang, aku sama sekali tak memedulikannya. Namun, di saat aku menanti hadirnya, dia sama sekali tak menunjukkan batang hidungnya. Lebih dari satu bulan sejak kejadian hari itu, Ryan belum sekalipun datang, padahal biasanya tiap hari selalu ke sini. Sejarang-jarangnya seminggu tiga kali dia selalu mengajakku berbincang, meskipun hanya sepatah dua patah kata.“Sebenarnya pak Ryan ke mana sih, Bik? Kok sama sekali enggak pernah pulang?” tanyaku pada bik Wati saat kami tengah menyiapkan makan malam.“Kurang tahu, Bu. Memangnya Ibu enggak pernah dihubungi?” Aku menggeleng lemah menanggapi pertanyaan bik Wati. Jangankan menghubungi lebih dulu. Aku telepon saja selalu di reject. “Mungkin pak Ryan lagi sibuk, Bu! Jadi enggak sempat pulang,” jelasnya kemudian.“Iya, tapi setidaknya kasih kabar kek! Telepon atau kirim pesan kan bisa! Kan jadi enggak bikin

  • KUBUAT SUAMIKU SEMAKIN LAYU   perasaan Ryan

    Aku tersenyum bangga karena telah berhasil membuat keluarga mantan jadi gembel. Bagiku, semua yang aku lakukan pada mereka tak sebanding dengan luka yang kuterima. Jauh di lubuk hati, aku masih ingin terus membuat hidup mereka terhina. Sejenak, kuayunkan langkah memasuki rumah ini. Pandanganku mengitari sudut demi sudut dari kamar yang dulu pernah menjadi saksi perjalanan hidupku. Aku tersenyum kecut saat mengingat betapa bodohnya aku yang dulu termakan rayuan Arga, laki-laki keparat yang pernah menjadi suamiku.Tak ingin terus terbuai kenangan pahit, gegas aku beranjak keluar lalu mengunci rumah ini. Aku mengajak kedua laki-laki yang datang bersamaku untuk pulang. Tak butuh waktu lama, mobil yang kami kendarai telah berhenti di halaman rumah. Dengan santai aku turun lalu memasuki rumah. Aku terkejut saat melihat Ryan tengah duduk di ruang tamu dengan wajah kusut, tapi mencoba abai dan terus berjalan menuju kamarku. “Duduk!” perintah Ryan dengan nada suara terdengar gemetar.Sejena

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status