Share

BAB 7

Author: NawankWulan
last update Last Updated: 2024-01-09 23:56:04

Rumah Pak Rudi tepat berada di depan rumah mama. Dari sana jelas terlihat jika ada tamu yang datang dan memarkirkan motornya di depan rumah. Pak Rudi mendengarkan penjelasan Mas Naufal soal keinginannya memeriksa cctv di depan rumah mama dua hari terakhir. Sepertinya laki-laki paruh baya itu paham apa yang sebenarnya dicurigai Mas Naufal. Dia pun memperbolehkan Mas Naufal untuk memeriksa cctv nya.  

Sebenarnya aku malu jika masalah ini diketahui orang lain, hanya saja aku tak bisa berbuat banyak. Semakin aku mengelak atau menolak, Mas Naufal akan semakin curiga dan percaya apa yang diucapkan keluarga besarnya. Jadi, jalan satu-satunya memang sama-sama melihat cctv itu supaya semua lega. 

"Lihat itu, Mas. Jam lima lebih ada yang datang bawa kado!" tunjuk Ratna saat terlihat seorang lelaki membawa sebuah kado lalu mengetuk gerbang rumah mama. 

Aku ingat betul kejadian sore kemarin. Lelaki itu memang datang, tapi aku benar-benar tak mengenalinya. Dia hanya menanyakan alamat paket yang dia bawa dan kebetulan milik Mbak Rani. Paket itu pun masih kusimpan di kamar. Bo dohnya aku sampai lupa nggak segera memberikan paketnya karena kembali sibuk dengan pekerjaan rumah yang menumpuk. 

"Bukan kado itu paket buat Mbak Rani. Aku juga nggak tahu isinya apa, paketnya masih kusimpan di kamar kok," sahutku cepat. 

"Lihat saja itu dia pulang lagi. Mana mungkin aku ajak lelaki menginap di rumah. Sekalipun aku jelek, burik dan miskin, aku juga paham adab dan tahu soal haramnya zina." Kedua mataku kembali berkaca saat adik iparku itu terus menyudutkanku. 

Mas Naufal yang seharusnya bisa berucap tegas, justru seolah bingung mau memihak siapa. Dia hanya mengacak rambutnya kasar lalu mendengkus kesal. 

"Kadonya ada di rumah, Mas. Kalau nggak percaya, ayo pulang. Sekalian aku kasih ke Mbak Rani," balasku lagi mencoba meyakinkannya. 

"Alasan! Kalau kadonya nggak ada, apa kamu masih percaya sama istrimu yang sok polos itu, Mas?" Ratna masih saja mengompori. 

"Sudah, Rat! Kamu masih anak kemarin sore, ngapain ikut campur masalah orang tua. Mikir kuliah saja sana. Bikin tambah pusing aja. Ayo pulang!" sentak Mas Naufal setelah pamit dan mengucapkan terima kasih pada Pak Rudi. 

Tak ingin membuat keributan di rumah tetangga, aku pun mengikuti Mas Rama untuk pulang. Ratna masih saja cerewet, berulang kali kubentak rupanya tak membuatnya takut. Justru sengaja mencari cara agar emosiku meluap. 

"Kalau memang kamu benar-benar tak mengenali laki-laki itu, mana kado buat Mbak Rani seperti yang kamu katakan tadi, Al?" Mas Naufal mulai menata emosinya. Dia mengusap lenganku pelan untuk menenangkan. 

Aku tahu sebenarnya Mas Naufal tak seburuk saudara-saudaranya. Hanya saja dia nggak bisa tegas kalau mama sudah angkat bicara. Mbak Rani dan mama saling tatap lalu sama-sama diam. Tak ada obrolan apapun yang terjadi setelahnya. 

"Cepetan ambil, Mbak! Jangan-jangan cuma alasan!" Ratna sedikit mendorong punggungku.

"Ratna!" bentak Mas Naufal lagi membuat gadis itu terdiam seketika. 

Aku pun buru-buru ke kamar untuk mengambil kado Mbak Rani dari laki-laki yang dititipkannya padaku kemarin sore itu. Aku ingat betul jika kadonya kuletakkan di dalam lemari paling atas tepat di tumpukan bajuku. Namun, entah mengapa saat ini menghilang. Kadonya lenyap begitu saja tanpa jejak. 

Ya Allah, gimana ini? Pasti Mas Naufal menuduhku macam-macam setelah ini. Aku yakin dia akan semakin curiga jika tuduhan Ratna benar adanya. 

"Mana kadonya, Al? Katanya buat aku, kok sekarang nggak ada? Jangan-jangan isinya duit makanya kamu ambil sendiri. Lihat tuh, Fal! Istri polos yang kamu bilang setia, jelas sudah mulai bermain mata dengan lelaki lain jika kamu tak berada di rumah. Keputusanmu menikah dengan Er-- 

Ucapan Mbak Rani terpotong saat Mas Naufal membulatkan kedua matanya. Aku kembali mengeja kata-kata yang terucap dari bibir Mbak Rani tadi. Keputusan menikah dengan Er-- Er siapa? Mungkinkah Erika yang selalu dipuji-puji mama sebagai teman kecil Mas Naufal itu? 

Apakah semalam Mas Naufal menikah dengan perempuan lain, makanya pakai acara menginap segala? Apakah firasatku kemarin benar, jika terjadi sesuatu dengan Mas Naufal di luar sana? 

Ya Allah, jika memang itu terjadi betapa teganya dia. Baru tiga bulan bersama, dia sudah berani mendua. Apakah belum banyak pengorbanan yang kulakukan selama tiga bulan bersamanya? Apakah aku kurang patuh, kurang setia dan kurang mengalah hingga dia tega mengkhianati janji-janji sucinya sendiri? 

Jika sudah begini, haruskah aku terus mempertahankan rumah tanggaku ini? Pernikahan yang nyatanya tak membuatku bahagia, tapi justru semakin membuatku nelangsa. Mas Naufal tak bersyukur memiliki istri sepertiku. Rupanya dia yang bermain api, bukan aku. 

"Mana kadonya, Al?" Pertanyaan Mbak Rani kembali membuatku tersentak. 

"Kadonya hilang, Mbak. Aku juga nggak tahu kenapa kado itu nggak ada di dalam lemari. Padahal aku ingat betul jika kadonya kumasukkan di lemariku paling atas. Namun, sekarang lenyap tak berbekas." Kedua mataku mulai berkaca. Aku yakin Mas Naufal tak akan percaya lagi dengan apa yang kuucapkan setelah bukti kado itu hilang. 

"Kamu buka kali, Al. Terus kamu buang bungkusnya! Kalau nggak, dugaan Ratna benar isinya sesuatu yang spesial dari laki-laki itu buat kamu. Makanya sekarang nggak ada karena isinya sudah kamu simpan." Mbak Rani mencibir. Pikiranku mendadak kacau saking heran kemana lenyapnya kado itu. 

"Kamu beneran nggak buka kadonya, Dek?" Aku hanya menjawabnya dengan menggeleng pelan.

"Halah! Kalau sudah ketahuan pasti banyak drama. Urus saja istrimu yang pembual itu, Fal. Aku males!" Mbak Rani melengos pergi, diikuti dengan Ratna yang melirikku sinis. Tak peduli dengan sikap mereka, aku kembali duduk di tepi ranjang.

Ada banyak hal yang mengusik benak, tapi tak mungkin kutanyakan pada Mas Naufal. Yang ada makin menyesakkan dada sebab dia pasti akan dan selalu membela keluarganya. Mana mungkin dia percaya dengan kecurigaanku, jika saudara-saudaranyalah yang sengaja mengambil kado itu untuk mengadu domba aku dengannya.

"Mas, hajatan kemarin apa ada acara istimewa di sana? Apa kamu memiliki hubungan spesial dengan perempuan yang bernama Erika itu?" Entah mengapa pertanyaan itu meluncur begitu saja. 

Setelah ucapan Mbak Rani yang terpotong tadi, perasaanku semakin nggak karuan. Aku merasa ada yang ditutupi dari Mas Naufal. Sikapnya terlalu berbeda dan tak sesantai biasanya. 

*** 

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (2)
goodnovel comment avatar
Bunda Wina
udah si Alya tingglin aj Naufal Al Krn dia kyk ny bnr2 mengkhianati mu deh
goodnovel comment avatar
Dian Rahmat
di bab ini Alya tolol deh. ngapain paket bukan buat dia tp disimpen di kamarnya. kan iseng bgt tuh namanya...
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KUGUGAT CERAI SUAMI SAAT DIA MEMILIH POLIGAMI   BAB 55 [TAMAT]

    Kebaya berwarna putih gading dengan hiasan swarovski membuat penampilan Alya terlihat cantik dan elegan. Dilengkapi dengan polesan make up flawless dan senyum tipisnya, membuatnya semakin mempesona. Beberapa kali Azka menatapnya kagum lalu tersenyum saat tak sengaja bersirobok dengannya. Tak ingin semakin salah tingkah, Azka pamit untuk menemui tamu setelah selesai dimake up.Keluarga besar Azka dari Jogja datang semua ke Jakarta untuk menghadiri hari spesialnya. Mulai dari keluarga papa angkatnya, kakak tirinya dan keluarga ayah kandungnya pun ikut datang. Kebahagian Azka semakin bertambah saat melihat keluarga besarnya akur dan kumpul hari ini.Melihat keluarga besar Azka, Alya pun merasa bersyukur. Dia yang selama ini tak memiliki keluarga akhirnya mendapatkan keluarga baru yang begitu hangat dan menyambutnya dengan tangan terbuka. Berulang kali Alya mengucapkan Hamdallah atas semua karunia-Nya. Dia yang selama ini mendapatkan banyak ujian, akhirnya kini mendapatkan kenikmatan berl

  • KUGUGAT CERAI SUAMI SAAT DIA MEMILIH POLIGAMI   BAB 54

    "Alya, maukah kamu menikah denganku?" Pertanyaan Azka saat makan malam itu masih teringat jelas di benak Alya. Sesekali dia tersenyum saat membayangkan kembali momen mendebarkan itu. Dengan sedikit jongkok, Azka membuka kotak cincin itu lalu mengangsurkannya ke arah Alya yang berdiri di depannya. Laras tersenyum tipis melihat keromantisan yang sudah direncanakan anak lelakinya untuk menyambut Alya. Ruangan tak terlalu lebar yang dihiasi beberapa bunga mawar putih dan balon berbentuk hati itu semakin membuat nuansa romantis di dalamnya. Lilin-lilin kecil di tepi dinding seolah menjadi sakti ungkapan cinta lelaki tampan itu. "Aku akan berusaha membuatmu bahagia. Akan kuletakkan bahagiamu di atas bahagiaku, Alya. Percayalah, karena bahagiamu adalah bahagiaku jua." Azka tersenyum tipis menatap Alya yang masih mematung. Dia terharu dengan semua perjuangan Azka selama ini. Berkali-kali ditolak dan diabaikan, berkali-kali pula dia bangkit dan membuktikan cinta tulusnya. Alya yang sebelum

  • KUGUGAT CERAI SUAMI SAAT DIA MEMILIH POLIGAMI   BAB 53

    Kasus Erika mulai masuk ke meja hijau. Alya didampingi Nuri, Laras dan Azka beserta pengacaranya sudah duduk di kursi yang disediakan. Para pelaku pun mengikuti sidang ini dan duduk tak jauh dari tempat Alya berada. Alya tampak begitu cemas setelah memberikan penjelasan tentang kejadian itu. Namun, dia berusaha untuk tetap tenang saat Laras dan Nuri kembali meyakinkannya jika semua akan baik-baik saja. Tak banyak kata, Azka berusaha meyakinkan Alya dengan caranya. Senyum tipis dan tatapan lekatnya membuat Alya sedikit lebih tenang. Dia merasa banyak orang yang begitu menyayangi dan mendukungnya saat ini. Pengacara yang disewa Azka pun bukan pengacara sembarangan. Dia cukup kompeten di bidangnya bahkan termasuk pengacara terkenal yang berhasil memenangkan beragam kasus rumit. Azka ingin melakukan yang terbaik untuk Alya karena dia tahu orang tua Erika pasti juga akan melakukan beragam cara untuk membantu anak semata wayangnya. Sidang berjalan cukup sengit karena orang tua Erika dan

  • KUGUGAT CERAI SUAMI SAAT DIA MEMILIH POLIGAMI   BAB 52

    Erika meraung. Dia seperti kesurupan saat dua polisi itu membawanya pergi. Rengekan, permohonan dan linang air matanya seolah tak berarti. Dia memang pantas mendapatkan balasan setimpal atas semua yang pernah dilakukannya bukan? Melihat Erika histeris seperti itu, bukannya iba, Naufal justru semakin benci. Rasa bencinya semakin bertambah setelah dia tahu siapa yang diculik oleh istrinya itu. Benci, amarah dan muak seolah tercampur menjadi satu. Mamanya yang mendadak sakit pun semakin shock saat melihat menantu kesayangannya digelandang polisi bahkan mungkin akan segera dijebloskannya ke penjara. Sakit jantung yang sebelumnya hanya sandiwara, kini justru menjadi nyata. Allah telah mengabulkan ucapan wanita paruh baya itu. Bukankah ucapan bagian dari doa? Begitu pula Sumiwi yang sebelumnya berpura-pura sakit, kini dia benar-benar terbaring lemah dan tak berdaya di ranjang pasien karena sakit jantungnya. Wanita itu hanya membisu saat anggota keluarga dan kerabatnya menjenguk. Mungkin

  • KUGUGAT CERAI SUAMI SAAT DIA MEMILIH POLIGAMI   BAB 51

    "Telepon siapa sampai shock begitu?" Pertanyaan Naufal yang tiba-tiba membuat Erika semakin kaget. Dia tercekat lalu membalikkan badan. Keringat dingin mulai membasahi kening. Kali ini dia benar-benar ketakutan dengan gertakan Azka. Tak sekadar gertakan, Erika yakin ada sesuatu yang menimpa anak buahnya. Sejak semalam mereka memang nggak memberi kabar apapun pada Erika. Mereka takut kecerobohan Erika hanya akan membuat mereka tertangkap basah. Mereka, terutama Edward cukup tahu bagaimana sikap Erika yang sering gegabah dan tak bisa berpikir panjang saat melakukan sesuatu. "Siapa?" tanya Naufal lagi. Tanpa menunggu balasan Erika, Naufal menarik kasar benda pipih di tangan perempuan itu. Erika berusaha mempertahankan handphonenya, tapi Naufal berhasil mendapatkan bende mungil kesayangan Erika itu. Naufal menatap layar lalu mencari menu panggilan terakhir di handphone itu."Alya?!" ucap Naufal dengan mata membulat. Dia menoleh pada Erika yang kini mendadak diam. "Ngapain kamu telep

  • KUGUGAT CERAI SUAMI SAAT DIA MEMILIH POLIGAMI   BAB 50

    Naufal pergi dengan ekspresi kesal. Raut wajahnya memerah karena emosi. Alya tak lagi peduli. Baginya, laki-laki itu hanya bagian dari masa lalu yang harus dia lupakan. Alya tak ingin mengingatnya lagi karena semakin diingat, rasa sakit itu justru semakin terasa. "Benar mau menikah denganku?" tanya Azka lirih setelah Naufal keluar rumah. Alya tercekat. Alya tak menyangka jika Azka masih sadar karena dia pikir laki-laki itu sudah pingsan. Wajahnya memerah seketika saat menoleh pada Azka yang membenarkan letak duduknya. Salah tingkah. Alya benar-benar kikuk dan tak tahu harus membalas apa. "Benar mau menikah denganku, hmmm?" ulang Azka dengan senyum tipis membuat Alya sedikit kesal. "Pura-pura pingsan?" tanya Alya kemudian. "Ngapain pura-pura. Aku hanya diam saja menahan sakit. Nggak menyangka diamku ada gunanya juga," sambung laki-laki itu."Dasar!" rutuk Alya pendek lalu bangkit dari lantai, sementara Azka mengikuti Alya dengan berdiri perlahan dan duduk kembali ke sofa. "Sudahl

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status