Bab 26
Setelah bertengkar dengan Mas Iqbal, aku tidur di dalam kamar sementara Mas Iqbal tidur di ruang tengah. Aku kembali mengunci pintu kamar dan tidak membiarkan Mas Iqbal masuk. Mas Iqbal terus berteriak dan ngomel cukup lama hingga membuatku tak bisa tidur.Aku sudah tak sabar menunggu pagi tiba. Aku akan segera pergi ke sekolah untuk membuat pengaduan. Aku sudah menyiapkan video rekaman CCTV saat Mas Iqbal melakukan panggilan video dengan Rosa. Aku juga sudah mengumpulkan foto-foto yang sudah dikirimkan oleh Rosa pada Mas Iqbal. Ada banyak foto tidak senonoh yang dikirim oleh Rosa melalui WhatsApp. Tidak hanya Rosa saja yang sering mengirim foto, tapi ternyata Mas Iqbal juga membalas Rosa dengan mengirim foto-foto fulgar.Selain itu, aku juga mengumpulkan screenshot percakapan Rosa dan Mas Iqbal di WhatsApp. Aku sudah mencetak semua foto dan screenshot chat yang sudah aku kumpulkan. Aku yakin semua bahan bukti yang aku kumpulkan sudah cukup untuk meBab 27Selama seharian, aku sibuk mencari keberadaan ponselku. Karena aku tidak mempunyai ponsel lain, aku jadi tidak bisa menghubungi nomorku sendiri."Apa mungkin ponselku jatuh di jalan? Atau ... ketinggalan di sekolahan?"Aku berusaha mengingat-ingat di mana terakhir kali aku meletakkan ponsel, tapi sayangnya aku tak bisa mengingat apa pun. Terpaksa aku harus menunggu sampai mendapatkan pinjaman ponsel agar bisa menghubungi nomorku.Sore hari, Mas Iqbal pulang ke rumah seperti biasa. Aku sengaja mengabaikan Mas Iqbal, aku tidak mau berbicara sedikit pun dengannya. Setiap kali Mas Iqbal berbicara padaku, aku langsung pergi tanpa menanggapinya sedikit pun."Mel, kamu kenapa diamin aku? Kamu marah sama aku? Harusnya yang marah itu aku!" omel Mas Iqbal kesal karena aku mendiamkannya seharian.Kubiarkan saja Mas Iqbal mengoceh sampai lelah. Aku berusaha menikmati istirahatku dan menjalani hari seperti biasa sembari menunggu kabar
Bab 28"Melati!"Suara teriakan Mas Iqbal membuatku terperanjat. Aku baru saja sampai di rumah setelah berbelanja dari warung. Mas Iqbal yang sudah menghadang di depan pintu, tiba-tiba membentak dan menghampiriku dengan wajah garang."Sini kamu!" sentak Mas Iqbal.Mas Iqbal sekarang pasti sedang panik karena gosip yang beredar. Tapi, bukankah seharusnya aku yang marah? Mas Iqbal sudah ketahuan selingkuh dan berita ini telah diketahui oleh banyak orang. Harusnya aku yang marah dan berteriak pada Mas Iqbal sekarang."Kenapa?" tanyaku dengan wajah datar.Mas Iqbal mencengkram erat pundaku, kemudian menarik rambutku dengan kasar. Mas Iqbal menjambakku, kemudian menyeretku masuk ke dalam rumah."Kamu kenapa sih, Mas?" teriakku berusaha melepaskan diri dari Mas Iqbal. Rambutku hampir rontok karena dijambak oleh Mas Iqbal."Kamu masih berani nanya? Nggak usah pura-pura bodoh! Kamu pikir aku nggak tahu apa yang udah kamu lak
Bab 29Aku duduk sendirian di kursi ruang tamu tanpa melakukan apapun. Aku masih shock mengingat keributan yang terjadi antara aku dan Mas Iqbal sebelumnya. Mas Iqbal sudah pergi dan tidak kembali hingga malam tiba. Baguslah!Karena pertengkaranku dengan Mas Iqbal, lagi-lagi hari ini aku absen dan tidak pergi ke kafe seperti biasanya. Aku juga belum mencari cara untuk menemukan ponselku yang hilang. Pikiranku saat ini penuh dengan masalah rumah tanggaku yang semakin pelik."Sebaiknya aku segera bercerai sama Mas Iqbal." Aku masih memikirkan ucapan Pak RT tadi. Pak RT menawarkan untuk membuat laporan atas kasus KDRT. Tetapi aku masih ragu. Sebenarnya aku tidak ingin memperpanjang masalah ini, apalagi sampai melibatkan hukum. Mas Iqbal sudah mendapatkan hukuman yang pantas. Dia sudah dipermalukan oleh kelakuannya sendiri, dia juga sudah kehilangan muka di tempat kerjanya. Aku rasa hal ini sudah lebih dari cukup untuk memukul mental Mas Iqbal. Apalagi saat ak
Bab 30"Keterlaluan kamu, Melati!"Bu Dahlia langsung berteriak begitu masuk ke dalam rumah. Indri juga melempar tatapan tajam padaku dan ikut meninggikan suara di depanku."Dasar istri durhaka! Harusnya kamu nggak melakukan hal ini sama Mas Iqbal!" bentak Indri padaku."Tega banget kamu sama suami sendiri. Apa kamu merasa senang udah merusak nama baik Iqbal? Apa kamu merasa senang udah bikin hidup Iqbal hancur? Gara-gara kamu, Ibu sama Indri juga ikut kena getah! Orang-orang jadi ikut membicarakan Ibu sama Indri. Ibu sama Indri jadi ikutan nggak punya muka lagi di depan orang-orang!"Ternyata mereka datang ke sini hanya untuk menghakimiku. Padahal sudah jelas Mas Iqbal yang bersalah, tapi ibu mertua dan adik iparku justru memaki dan menyalahkan aku."Iqbal nggak bisa pergi kerja! Iqbal juga nggak bisa keluar rumah! Kalau Iqbal nggak kerja, Ibu sama Indri mau makan apa? Tega kamu memfitnah suami sendiri! Selama ini kamu bisa hidu
Bab 31Kepalaku terasa pusing. Semalaman aku tak bisa tidur. Semua masalah dan keributan yang terjadi akhir-akhir ini membuatku tak bisa beristirahat dengan tenang."Gimana aku bisa fokus kerja kalau pikiranku kacau begini?" gumamku.Ponselku berdering dengan kencang. Aku segera mengambil benda pipih itu dan mengangkat panggilan telepon dari Mba Mira.Pasti Mba Mira sudah tahu tentang berita viral yang sedang beredar. Bisa jadi semua pegawai di kafe sudah tahu tentang masalah yang sedang kuhadapi sekarang."Halo, Mel. Kamu di mana sekarang? Kamu ada di rumah, 'kan?""Iya, Mba. Aku ada di rumah. Ada apa, Mba?""Untuk sementara waktu kamu nggak usah datang dulu ke cafe. Istirahat aja di rumah, nggak usah mikirin kerjaan. Soal kerjaan di kafe biar Mba yang akan handle semua selama kamu belum bisa masuk kerja."Mba Mira langsung menawarkan bantuan tanpa banyak tanya tentang permasalahan rumah tangga yang sedang aku
Bab 32Aku pulang dari kafe lebih awal dari biasanya. Mba Mira memintaku untuk fokus pada permasalahan rumah tanggaku terlebih dahulu.Aku harus menyelesaikan masalahku satu persatu. Aku tidak akan bisa mengurus kafe dengan baik kalau pikiranku dikuasai oleh segudang masalah yang saat ini selalu menghantuiku."Sekarang aku harus mulai dari mana?" Aku membuka pintu kamar dan melihat masih banyak barang Mas Iqbal di ruanganku."Aku harus mengenyahkan barang-barang ini dari rumahku."Aku mengambil tas besar dan beberapa kardus tak terpakai. Segera kukemas barang-barang milik Mas Iqbal dan akan kuantarkan semua barang tersebut ke rumah ibu mertuaku.Aku tak mau lagi ada kenangan tentang Mas Iqbal di rumah ini. Akan kukirimkan semua barang-barang ini ke pemiliknya yang tidak akan kembali lagi ke rumah ini.Dua jam lamanya aku sibuk mengemas dan mengepak barang Mas Iqbal. "Baju-baju Mas Iqbal banyak juga," gumamku.Ku
Bab 33Aku masih bersembunyi di sekitar rumah Bu Dahlia dan menyaksikan pertengkaran keluarga itu. Aku masih ingin mengetahui kelanjutan pertikaian keluarga mereka."A-aku udah bilang sama Om Rizal, t-tapi dia bilang dia nggak mau tanggung jawab," ungkap Indri membuat kemarahan Mas Iqbal makin memuncak.Aku tak menyangka Mas Iqbal selicik itu, dia tega meminta adiknya untuk memeras laki-laki yang sudah menghamilinya. Namun sayangnya Indri memberi jawaban yang sangat mengejutkan."Kamu bilang apa? Jadi tua bangka itu nggak mau tanggung jawab?" geram Mas Iqbal. "Aku udah coba minta pertanggung jawaban Om Rizal, tapi dia malah nggak mau mengakui kalau ini anaknya. Om Rizal udah ninggalin aku, Mas," ucap Indri diiringi isak tangis."Dasar perempuan nggak berguna! Bod*h banget sih kamu, Indri! Harusnya kamu minta sesuatu dari dia buat jaminan!" omel Mas Iqbal. "Kalau dia nggak mau tanggung jawab dan nggak mau memberi uang, kita lapor
Bab 34Aku duduk di kamar seraya menatap beberapa lembar kertas yang berserakan di meja. Aku sedang mengumpulkan berkas untuk pendaftaran perceraian. Meskipun aku belum bicara pada Mas Iqbal kalau aku ingin segera berpisah, tapi aku sudah mulai bersiap dari sekarang. Setelah aku bertemu dengan Mas Iqbal nanti, aku akan langsung mendaftarkan perceraian kami."Bismillahirrahmanirrahim. Aku ingin memulai dan membuka lembaran baru."Kumasukkan berkas-berkas pernikahanku ke dalam amplop besar dan kusimpan baik-baik di laci meja. Aku harus segera mencari momen yang tepat untuk mengajak Mas Iqbal bertemu."Kamarnya jadi longgar banget sekarang," gumamku seraya menatap ke sekeliling. Tak ada lagi barang milik Mas Iqbal yang tersisa di dalam kamar ini.Kemarin aku langsung meninggalkan rumah Mas Iqbal tanpa berpamitan. Kutinggalkan begitu saja tas besar dan kardus-kardus yang berisi barang-barang Mas Iqbal di depan rumahnya.Saat aku perg