Share

Bab 6

last update Last Updated: 2022-06-17 16:00:55

Berselang satu jam, terdengar suara gaduh. Rena penasaran dengan yang terjadi, dia tolehkan wajahnya ke dalam. Beberapa perawat mendorong brankar keluar dari ruang pemulihan. Hati Rena mulai berdebar, takut sesuatu terjadi pada ibunya. Rena coba mendekat, bertanya pada perawat yang bertugas.

"Ada apa, Sus?" tanya Rena.

"Pasien tidak bereaksi, jadi dibawa ke ICU," jelasnya. Rena terpaku sesaat. Timbul pertanyaan dalam hatinya, 'apakah itu ibunya?'

Rena segera menyusul perawat tadi menuju  ruang ICU.

Terlihat para perawat itu masuk ke dalam ruangan, sementara Rena ditahan tidak diperbolehkan masuk.

"Maaf, Mbak silakan tunggu di luar!" ucap salah satu perawat lalu menutup pintu kaca itu. Rena kembali kecewa.

Selama beberapa hari, sang ibu mengalami koma. Rena hanya bisa menungguinya di luar ruang perawatan. Beberapa kali Rena bertemu dengan Dokter Fredy, entah mengapa ada rasa risih juga malu saat bertemu dengannya. Namun, kali ini Rena beranikan diri mendekat saat jadwal dokter itu mengontrol kondisi ibunya.

"Dokter, bagaimana kondisi ibu saya?" tanya Rena berusaha setenang mungkin. Ada beberapa perawat bersamanya.

"Kami sedang berusaha, berdoa saja semoga ibumu lekas sadar," jawabnya tenang. Ingin rasanya Rena marah pada dokter itu, tapi marah untuk apa? Toh sebenarnya lelaki itu sudah berusaha sampai titik ini untuk kesembuhan ibunya. Rena mengangguk pasrah.

Sudah empat hari Lastri berada di ICU, belum ada perkembangan yang signifikan. Rena hanya bisa pasrah. Teringat kata-kata ibunya waktu itu, jika dia ingin mati saja daripada merepotkan anaknya.

"Ibu ... jangan sia-siakan pengorbananku, Bu," gumamnya lirih di sela doa yang selalu terucap.

Hari itu, Rena pulang dulu untuk melihat keadaan Bayu. Adiknya itu dia titipkan pada tetangga dekatnya, juga sahabatnya, Ratna. Memang, hanya keluarga Ratna lah yang selama ini baik padanya. Rena merasa tak enak hati karena terlalu lama merepotkan keluarga Pak Eman, ayah Ratna. Rena tahu jika kondisi keluarga Ratna tak jauh beda dengannya. Hanya sebuah keluarga miskin.

Saat Ratna menengok ibunya di rumah sakit, Rena menitipkan Bayu pada Ratna, tak lupa Rena pun menitipkan uang untuk makan adiknya itu.

Sesampainya di rumah, ternyata Bayu sedang bermain bersama anak-anak lainnya di halaman. Saat melihat kedatangan kakaknya, Bayu berlari menghambur memeluk Rena.

Bau prengus menguar tercium oleh Rena. Dia usap puncak kepala adiknya itu.

"Mbak, Ibu mana? Kok nggak pulang bareng Mbak?" tanyanya polos. Rena tersenyum.

"Ibu belum boleh pulang. Ayo masuk, mbak bawain kamu makanan," ajak Rena sambil menunjukan bungkusan yang dibawanya. Bayu mengangguk bahagia.

Rena menaruh sebungkus nasi rames dengan ayam goreng di atas piring dan memberikannya pada Bayu. Menaruh lagi satu bungkus lainnya untuk dia makan sendiri. Mereka duduk berhadapan di atas tikar lusuh. Rena bahagia melihat adiknya makan dengan lahap. Dia terharu karena Bayu jarang sekali bisa makan enak.

Suapan pertama hendak Rena suapkan ke mulutnya, saat dering telepon berbunyi dari ponselnya. Rena segera mengangkatnya, takut jika telepon itu dari rumah sakit.

"Mbak, tolong segera ke sini. Ibu Lastri sudah ... mmh ... sudah meninggal."

Mata Rena membulat dengan mulut menganga tak percaya. Ia segera bangkit dan meninggalkan Bayu dalam keheranan.

"Mbak ... mau ke mana lagi? Kenapa makannya gak diabisin?" teriak Bayu dari ambang pintu.

"Nanti saja, Bayu. Mbak harus ke rumah sakit lagi. Kamu tunggu saja di rumah ya. Habisin makanannya!" ucap Rena sambil berbalik sesaat.

.

Rena segera menuju ruang ICU. Dilihatnya sang ibu yang masih terbaring di sana. Tertidur tenang bagai orang yang tengah terlelap. Tanpa ada gerakan sedikit pun. Rena menghampirinya. Menyentuh tubuh kurus itu yang kini kaku. Air matanya tak bisa dibendung lagi. Tangis penyesalan, tangis kehilangan, dan entah untuk rasa sakit yang mana lagi dia keluarkan.

"Atas perintah Dokter Fredy, kami belum memindahkannya ke kamar mayat. Katanya tunggu Mbak Rena kembali," ucap seorang perawat. Rena menoleh lalu mengangguk.

"Saya akan langsung membawanya pulang saja, Sus," jawab Rena yang juga dibalas anggukan oleh perawat itu. Lalu perawat itu pun pergi meninggalkan Rena sendiri.

Rena pandangi wajah  tua dan kurus itu. Bagai tulang berbalut kulit. Dia sentuh lalu dia ciumi keningnya lama. Tangisnya pecah walau dia tahan dalam isakan.

"Maaf, aku sudah berusaha semaksimal mungkin, tapi ...."

"Sudahlah, aku tidak perlu penjelasan darimu. Tinggalkan aku sendiri dengan ibuku!" potong Rena. Lelaki berbadan tegap itu tidak memaksa. Dia pun berlalu dengan wajah sayu.

.

Rena kembali ke rumah dengan ambulans. Saat tiba di rumah sudah terpasang tenda juga kursi-kursi. Ada sedikit rasa heran di hati Rena, siapa yang menyiapkan semua itu?

Segala sesuatunya sudah tersedia, berbagai makanan juga air mineral kemasan untuk para pelayat. Entah siapa tetangga yang sudah begitu baik menyiapkan ini semua. 

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KUJUAL KEGADISANKU DEMI IBU   Bab 64

    Dokter Fredy segera mengambil beberapa butir obat mual dari ruang praktiknya. Dia pun membawakan Rena segelas air putih hangat."Ayo, minun dulu, biar mualnya agak berkurang." Lelaki itu memberikan sebutir obat dan menyodorkan segelas air. Walau berat, Rena terpaksa melakukannya. Dia yakin jika sang suami lebih mengetahui keadaan dirinya.Setelah minum obat Rena kembali membaringkan tubuhnya. Berusaha memejamkan matanya agar rasa mual itu berkurang.Dokter Fredy sudah pergi dari tadi untuk mencari sarapan bersama sang buah hati.Rena menyadari, jika suaminya benar-benar berubah seperti janjinya dulu. Hati yang sempat ragu dan terkoyak, kini mulai pulih. Tak ada lagi alasan untuknya meragukan sang suami.Kehamilan kali ini, dia betul-betul dimanjakan oleh sang suami. Dua asisten rumah tangga dia pekerjakan untuk membantu Rena.Raffa pun terlihat bahagia saat melihat kedatangan omanya. Sepertinya anak kecil itu sangat merindukan wanita tua yang begitu menyayanginya.Hari berlalu, bulan

  • KUJUAL KEGADISANKU DEMI IBU   Bab 63

    Dia merengkuh tubuh mungil itu dalam dekapan."Sayang, bisakah kamu melupakan itu semua? Hatiku sakit jika mengingatnya. Aku menyesal pun, semua tidak bisa diulang. Tapi aku sungguh menyesal, Rena.""Rasa sesal itu tidak akan merubah keadaan, Bang. Karena itu, pikirkanlah segalanya sebelum melangkah."Rena menunduk dalam."Sayang, aku akan menebusnya dengan mencintaimu seumur hidupku."Dokter Fredy mengangkat wajah itu agar menatapnya. Dia dekatkan hingga menghapus jarak diantara mereka."Jangan pernah berjanji, karena manusia itu gudangnya khilaf." Rena bangkit dan meninggalkan suaminya termenung sendirian.*Beberapa saat kemudiam Raffa terbangun dan menangis. Dokter Fredy langsung menggendong dan membawanya ke luar mencari Rena. Setelah berkeliling, ternyata Rena ada di dapur sedang menikmati semangkuk mi instan yang terlihat pedas."Ren, makan mie instan pedas? Kenapa gak makan makanan yang baik aja, sih?" tanya Dokter Fredy sambil menarik kursi di depan Rena. Raffa terlihat meren

  • KUJUAL KEGADISANKU DEMI IBU   Bab 62

    Sinar mentari menerobos gorden yang sedikit terbuka. Rena mengerjapkan matanya karena silau. Sesaat dia sadar, lalu segera bangkit dan memindai sekeliling. Hingga akhirnya pandangan manik coklat itu berakhir di tubuhnya.Polos.Rena mengusap wajahnya pelan."Astagfirullah, sampai lupa. Abang ... bangun! Sudah pagi, kita belum salat Subuh, ini," pekik Rena sambil menggoyangkan tubuh yang masih terlelap di sampingnya.Dokter Fredy hanya bergumam, "Nanti dulu, Abang masih cape." Lelaki itu menarik selimut hingga menutupi wajahnya.Rena mencebik, lalu bangkit hendak beranjak dari tempat tidur. Dia kembali duduk, saat disadari tak ada sehelai benang pun melekat di tubuhnya. Dia melirik ke arah suaminya yang tertutup selimut. Rena mencari keberadaan baju tipis yang dipakainya semalam. Tak ada.'Ke mana tuh, baju?' Rena membatin. Padahal semalam, dia ingat jika baju itu tergeletak begitu saja di lantai. Walaupun sudah sah sebagai suami istri, tetapi Rena merasa malu jika harus berjalan dal

  • KUJUAL KEGADISANKU DEMI IBU   Bab 61

    Rena menatap dirinya dalam pantulan cermin. Kebaya pengantin yang pernah dipilih Dokter Fredy kala itu, kini melekat di tubuhnya. Terlihat pas dan cantik. Rena tak menyangka jika semua ini ternyata sudah menjadi skenario hidupnya yang telah disusun Tuhan dengan begitu sempurna.Suka-duka sejak bertemu dengan lelaki yang sebentar lagi akan kembali menjadi suaminya itu begitu penuh lika-liku. Pahit, manis. Namun, justru membuat cintanya semakin besar. Rena menyadari, jika tidak ada lelaki lain yang mencintainya sebesar Fredy.Dengan dituntun Bu Wulan, Rena berjalan ke meja yang sudah disiapkan untuk acara akad nikah pagi itu. Deretan tamu undangan juga keluarga besar telah hadir di sana. Tak terkecuali Bayu, yang sudah hampir dua tahun tidak bertemu dengan kakaknya, hari ini hadir. Dia tersenyum melihat kakaknya yang menyongsong hari bahagianya.Mengenakan sebuah koko putih, celana hitam dan peci, Dokter Fredy tampak semakin gagah dan tampan. Dia duduk di depan penghulu dan wali hakim.

  • KUJUAL KEGADISANKU DEMI IBU   Bab 60

    Rendy terdiam seketika. Menatap pada wanita polos dan baik hati di depannya. Dia masih ingat, saat dulu dia masih kecil, hanya Dewi yang mau berteman dengannya. Wanita yang tak pernah menilai seseorang dari harta.Dewi tidak berubah. Saat Rendy kecil yang hanya anak seorang tukang ojek, hingga menjadi seorang pemilik toko dengan merek-merek ternama. Dewi tetap bersikap baik.Wajahnya yang imut dengan pipi chubby membuatnya tampak menggemaskan. Rendy tersenyum sendiri."Rendy, kamu kenapa?" tanya Dewi mengibaskan tangannya di depan muka lelaki itu. Rendy terperanjat kaget."Eh, gak papa. Lihat kamu jadi inget masa kecil. Cuma kamu yang baik sama aku, Wi," ungkap Rendy sambil kembali mencomot nasi beserta lauknya."Iyakah?" tanya Dewi sambil mengunyah."Ih, kamu, kalau ngomong abisin dulu makanan yang di mulut," protes Rendy."Iya, Sayangku," ucap Dewi tanpa sadar hingga membuat Rendy tersedak."Kamu keselek, Ren? Duh, makanya kalau makan tuh, hati-hati. Kamu takut aku mintain ya?" tany

  • KUJUAL KEGADISANKU DEMI IBU   Bab 59

    Rendy termenung di mejanya. Karyawannya bisa melihat jika sang bos sedang dilanda galau. Setahun berlalu, tapi hati Rena tetap tertutup untuk dirinya.Ternyata hati itu benar-benar rumit. Kadang kita mencintai orang yang tidak mencintai kita. Dan kadang kita tidak bisa menerima orang yang mencintai kita dengan tulus.Siang itu, Dewi berjalan-jalan ke mal. Dia ingat jika Rendy memiliki toko di sana. Dewi celingak-celinguk mencari posisi toko itu."Nah, itu dia. Lagi ngapain ya dia?" gumam Dewi sambil melangkah mendekati toko itu.Seorang pelayan menyapanya ramah ketika dia sampai di pintu."Silakan, Mbak.""Eh, anu ... Rendy-nya ada?" tanya Dewi.Yumna tersenyum ramah. "Ada, Mbak. Di dalam," jawabnya sambil mempersilakan Dewi masuk."Makasih ya." Dewi tersenyum dan manggut-manggut. Sambil melangkah, Dewi larak-lirik memindai seisi toko. Baju-baju bermerek itu begitu menarik perhatiannya. Beberapa kali dia menabrak deretan gantungan baju."Ish, kok tiba-tiba ada di sini sih, ini gantun

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status