Home / Fantasi / KULTIVATOR TITISAN IBLIS SURGAWI / BAB 1 : KELAHIRAN TITISAN IBLIS DISERTAI FENOMENA ALAM

Share

KULTIVATOR TITISAN IBLIS SURGAWI
KULTIVATOR TITISAN IBLIS SURGAWI
Author: Shadow.501

BAB 1 : KELAHIRAN TITISAN IBLIS DISERTAI FENOMENA ALAM

Author: Shadow.501
last update Last Updated: 2025-07-09 17:09:47

Angin berhembus pelan, Dedaunan Pohon-pohon Persik terlihat seperti menari seirama dengan Angin yang sedang menghembuskan nafasnya.

Senja yang sempat menanfakkan diri atas keindahannya yang hanya sesaat itu, kini perlahan menghilang seakan-akan telah dimakan dan tertelan oleh kegelapan malam.

Kegelapan yang mulai terlihat merayap pelan seperti bisikan lirih dari jiwa-jiwa yang berdosa.

Di Alam Atas, (Alam Para Dewa, Kayangan.) tepatnya disebuah Ruang Rahasia Sang Pemberontak.

"Sudah Tiga Ribu Tahun berlalu, meskipun Mosen Huang tidak mudah untuk memiliki sebuah keturunan, (Heilong Sang Naga Hitam menjeda perkataannya seraya menatap satu persatu orang-orang yang hadir ditempat itu.)

Ia terlihat menarik nafasnya pelan lalu melanjutkan perkataannya yang sengaja ia tunda.

"Sebagai Iblis Surgawi dengan basis Kultivasi yang tinggi, tetap saja itu tidak sulit baginya untuk menciptakan Generasi Penerusnya."

Heilong berkata dengan penuh emosi. terlihat garis-garis yang cukup dalam bergelombang seperti permukaan air laut yang disapu oleh angin yang menciptakan gulungan-gulungan ombak kecil diantara kerutan didahinya.

Setelah ia (Heilong.) menyelesaikan beberapa lontaran dari kalimatnya yang mengandung kekhawatiran itu, Heilong pun terlihat mendengus kesal, ia lalu berkata lagi.

"Dan bahkan sudah ribuan tahun ini orang-orang yang kalian tunjuk sebagai tim pencarian tidak ada satu pun yang kembali membawa kabar tentang apa yang sebenarnya yang telah terjadi..."

"Bukankah Manusia-manusia rendahan yang berada di Alam Fana itu (Bumi.) hanya Semut... kekuatan mereka tidak seperti kita, karena cukup dengan lambaian tangan saja tubuh-tubuh Fana mereka akan hancur menjadi Abu...?"

Heilong terlihat sangat murka, hingga auranya yang mendominasi menyelimuti ruangan tersebut. nafas orang-orang terasa sesak.

"Yang Mulia... maaf..."

Terlihat seorang berdiri, ia memberi salam hormat dengan sedikit membungkukkan Badannya.

"Beberapa hari yang lalu, aku sendiri yang turun ke Bumi dan langsung menuju ketujuan pada jejak Jiwa yang sudah kita sematkan itu. tapi setelah aku merasa semakin dekat dengan keberadaan dari jejak Jiwa itu, aku merasa sangat tertekan."

Orang itu berhenti sejenak, tapi ia masih membungkuk. Dengan msih menunjukkan sikap penuh hormat, ia pun melanjutkan kata²nya yang sempat ia jeda.

" Yang Mulia, Disaat itu, sebuah Aura penindas secara tiba-tiba terasa ingin merobek Jantungku. beruntungnya aku langsung melakukan teleportasi menuju Desa-desa terdekat yang berada di sekitaran Daerah Hutan itu."

Seseorang yang secara tiba-tiba berdiri dan membungkuk itu berkata dan melaporkan kejadian aneh yang ia rasakan pada saat itu terlihat masih menyimpan sebuah rasa takut yang sangat mendalam di hatinya.

Ia masih membungkuk, sorot matanya seperti tak bisa berkedip sedikitpun.

"Setelah aku mengumpulkan beberapa informasi yang ada dari Penduduk terdekat, ternyata Hutan tersebut dinamakan sebagai Hutan Terlarang. banyak sudah Kultivator yang pergi menuju kekedalaman Hutan itu, tidak ada satu pun yang pernah kembali lagi."

Heilong terlihat mengernyitkan Dahinya begitu dalam, ia mengedarkan pandangannya, menatap satu persatu orang-orang yang hadir didalam ruangan itu.

"Di Alam Bawah yang Fana seperti itu apa ada orang yang memiliki Kekuatan yang tinggi seperti kita yang berada di Alam Atas ini?"

Heilong langsung angkat bicara, melontarkan perkataannya yang jelas-jelas tidak percaya dengan apa yang telah dikatakan oleh salah satu dari Sekutunya itu.

Disisi lain, masih di Alam Atas, Kayangan.

Malam yang baru saja merayap, kini terlihat Cahaya Bulan yang terlihat menggantung membias Cahayanya yang samar. di sebuah Singgasana yang megah, terlihat Dua sosok yang sedang berdiri saling berhadapan.

"Apa yang kau rasakan Paman, aku melihat Bulan yang sedang menggantung tanpa beban dan mungkin sebentar lagi akn terjadi Gerhana...?"

Sang Kaisar Dewa Langit menatap langsung Mata Orang Tua di hadapannya seraya melontarkan sebuah pertanyaaan, Mata nya terlihat tidak berkedip seakan-akan ia takut melewatkan apapun seandai sesuatu akan terjadi.

Orang yang terlihat Tua itu pun menghela nafasnya dengan ringan lalu berkata.

"Yang Mulia, menurut Ramalan Langit, disaat Bulan sudah berada tepat di atas Kepala, akan terjadi sebuah Fenomena. sebuah Gerhana Bulan yang mungkin inilah satu-satunya sebuah Fenomena Alam yang berbeda dari jenis Gerhana Bulan yang pernah terjadi."

"Sudah Ribuan Tahun berlalu, apakah Yang Mulia masih ingat atas Perang Besar yang terjadi pada Tiga Ribu tahun yang lalu itu...?"

"hampir saja Alam ini hancur tak tersisa lagi. Dalang di balik Perang Besar itu pun sampai saat ini belum terungkap dan juga Kaisar Iblis Surgawi pun tidak dapat ditemukan selama pencarian."

Orang Tua yang di panggil dengan sebutan Paman itu menyelesaikan perkataannya dengan ekspresi wajah yang sangat serius.

Fenomena Alam yang terjadi itu dirasakan oleh semua penghuni Alam Langit. baik itu dari Ras Peri, Ras Naga, Ras Iblis dan Ras Phoenix pun merasakan Fenomena Alam yang sangat luar biasa disaat itu.

Sang Kaisar Dewa Langit terlihat berjalan keluar dari Singgasananya di ikuti oleh sosok Tua tersebut.

Di atas sana terlihat perubahan-perubahan Warna dari Bulan yang menggantung. secara tak terduga warnanya seketika kembali menjadi Hitam. tak lama kemudian sebuah titik Cahaya Putih membentuk ditengah-tengah dilingkaran Bulan itu.

Cahaya itu bergerak seperti alunan dari Nada Surgawi. terkesan melankolis seperti sebuah simponi. meski begitu, semua Mata yang melihat terasa perih dan mata semua orang pun terlihat menyipitkan kedua Mata mereka.

Tak lama setelah itu, Warna Bulan itu pun menciptakan sebuah Fenomena yang pertama kali terjadi, karena Dua Warna Hitam dan Putih seperti saling merangkul, menyatu,memeluk satu sama lainnya bak sepasang Kekasih yang sedang bermadu asmara atas sebuah Kerinduan yang sangat mendalam.

"Yin dan Yang... keseimbangan Alam Semesta bagi seluruh Alam yang ada."

Sosok Tua itu berkata dengan sangat serius seraya memperlihatkan raut Wajahnya yang semakin menua oleh hentakkan waktu yang sombong.

"Apa maksud Paman berkata seperti itu?"

Sang Kaisar Dewa Langit yang mendengar perkataan Orang Tua yang disebut dengan sebutan Paman itu ia masih merasa penasaran. ia pun langsung mempertanyakannya.

Dengan sedikit membungkuk hormat, Orang Tua itu pun berkata:

"Yang Mulia, ini masih tentang Ramalan Langit itu, ketika terjadi sebuah Gerhana Bulan tepat diatas kepala dengan semua warna, sebuah kelahiran dari calon seorang Penguasa adil dan bijaksana telah di lahirkan. tapi orang itu bukan dari golongan kita, tapi dia dari bangsa Manusia Fana."

Setelah mendengar penjelasan yang cukup jelas ia dengar itu, Sang Kaisar Dewa Langit pun merasa heran. Berbagai macam pertanyaan kini menghantui pikirannya.

'Manusia biasa... apakah Langit sudah tidak percaya pada para Dewa atau apkah Langit sedang bercanda.?' gumam Sang Kaisar dengan pelan. dan nyaris terdengar Seperti bisikan.

Sosok Tua yang melihat sebuah keraguan yang tersirat di wajah Yang Agung dihadapannya itu, ia pun melanjutkan perkataannya dengan lebih terlihat sangat serius.

"Ramalan Langit tidak pernah mengingkari Takdirnya dari semenjak Alam ini di ciptakan Yang mulia."

Disisi lain, di Alam Fana, tepatnya di titik pusat kedalaman Hutan Terlarang, sesosok Bayi mungil yang masih suci tak berdosa terlihat sedang menangis, di dalam dekapan sesosok pria tampan nan rupawan.

Entah apa yang sedang ditangisinya. apakah dia menyesal telah dilahirkan ke Dunia yang Fana ini atau justru dia merasa bangga atas kelahirannya yang baru saja terjadi...? hanya Langit yang tahu.

Disisi yang berbeda lagi, di Alam atas, Heilong mengedarkan pandangannya, ia menatap satu persatu sosok-sosok yang sedang berada di hadapannya itu.

"Cepat kerahkan semua Pasukan, cari dia dan hancurkan tanpa sisa... hingga berinkarnasi pun tidak dapat lagi menyentuhnya...!"

Heilong berkata dengan penuh emosi yang membara, sorot dari kedua matanya seperti terbakar oleh Bara Api Neraka.

-BERSAMBUNG-

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
mulai tertarik
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • KULTIVATOR TITISAN IBLIS SURGAWI   BAB 54 : MISTERI GUNUNG NAGA KUNO

    Gunung Naga Kuno, sebuah cerita Rakyat, lebihnya adalah sebuah dongeng yang sudah melegenda turun temurun yang dikisahkan oleh masyarakat setempat.Ini adalah sejenis Naga kuno dalam sebuah mitologi. makhluk legendaris yang kuat dan sering dianggap sebagai simbol keberuntungan dan kekuasaan."Hmph...Bukannya ini hanyalah Gunung berbatu yang tandus... Aku rasa dari kejauhan Gunung ini memang terlihat berbentuk seperti seekor Naga, gak lebih dari itu. dan gak ada energi Spritual yang kurasakan setibaku ditempat ini."Swwwuuussshhh..." Slaasshhh"Terdengar sebuah suara dari kejauhan. Itu adalah suara dari injakan kaki pada daun-daun kering serta ranting-ranting yang patah. Qin Shan pun melesat ke arah suara tersebut dan dia pun langsung melakukan sesuatu.Simbol keberuntungan itu Pada umumnya digambarkan mirip ular dengan empat kaki, bersurai singa, dan memiliki cakar.Naga-naga ini diyakini menguasai fenomena alam seperti hujan, angin, dan air, dan memiliki berbagai peran dan jenis.

  • KULTIVATOR TITISAN IBLIS SURGAWI   BAB 53 : PERTARUNGAN 1 VS 10

    Kesepuluh sosok itu terhempas secara terpencar bak segenggam Pasir yang dilemparkan ke permukaan, lalu masing-masing dari jenisnya pun terpisah. "Hmph, siapa sebenarnya anak itu? mengapa dia begitu kuat?Salah satu dari kesepuluh sosok tersebut berkata-kata dengan rasa kagum sekaligus dengan rasa penuh kebencian pada saat yang sama."Huuu, kakak ketiga, kita belum mengeluarkan kekuatan kita secara penuh. jadi jangan merasa putus asa seperti itu...!"Tak jauh dari sesosok itu, ada suara lain yang mendengar perkataannya. dia adalah salah satu dari rekannya juga. sesosok itu pun bangkit berdiri dan menoleh ke arah sesosok yang lainnya."Hmph... jika itu benar, maka mari kita satukan kekuatan sesegera mungkin. jangan biarkan anak itu memiliki kesempatan untuk menyerang lagi... buat Formasi 10 Lingkaran Gravitasi...!"Sementara itu disisi yang berbeda, Qin Shan hanya menyunggingkan setengah senyum terbukanya setelah mendengar perkataan dari salah satu sosok itu.Kesepuluh sosok itu pun me

  • KULTIVATOR TITISAN IBLIS SURGAWI   BAB 52 : ILUSI YANG NGERI

    Itu adalah jurus Kerinduan yang mendalam tahap pertama. jurus tersebut memiliki 3 tingkatan didalamnya. tingkat yang pertama saja cukup dahsyat, membuat kesepuluh sosok itu tak mampu untuk mengelak."Hmph, biar aku yang mencobanya lagi. maksudku, kita akan menyerang bocah itu dengan cara satu lawan satu terlebih dahulu. selanjutnya kita akan merubah trik kita...!"Salah satu dari kesepuluh sosok itu menyarankan pendapatnya. semua rekan-rekannya mendengar dan mengangguk tanda setuju. sosok itu pun langsung melesatkan sebuah pukulan tangan kosong. lagi-lagi memakai teknik pukulan jarak jauh.Sebuah tangan raksasa yang hampir menutup Langit melesat ke arah Qin Shan..."WWWWUUUSSSHHH"Udara membeku, burung-burung yang terlihat melintasi area pertarungan itu berbalik arah karena merasa ketakutan dengan apa yang sedang terjadi.Ruang Hampa terdistorsi. tangan raksasa itu seperti bayangan dari masalalu menghampiri Qin Shan dengan kecepatan yang tak terkira. akan tetapi disisi yang berbeda, k

  • KULTIVATOR TITISAN IBLIS SURGAWI   BAB 51 : PERTARUNGAN TINGKAT TINGGI

    "Maaf Paman-paman semuanya, aku tidak bermaksud untuk menjadi seorang pengganggu disini, apa lagi untuk menyombongkan diri. aku rasa Paman semuanya telah salah paham" Ssswwwuuussshhh BBBOOOMMM Akan tetapi sebelum Qin Shan menyelesaikan perkataannya itu, secara tiba-tiba salah satu dari kesepuluh sosok yang berdiri di atas Langit itu menyerangnya. padahal Qin Shan ingin menjelaskan kesalahpahaman yang di anggap bahwa dirinya itu adalah seorang pengacau. Namun serangan itu terlalu mudah untuk di hindari oleh Qin Shan. itu adalah serangan jarak jauh. sebuah manifestasi cahaya yang terbalut petir dilesatkan begitu saja oleh sesosok itu. "Hmph... Aku terlalu menganggap remeh bocah itu. Kali ini aku tidak akan main-main lagi. Terimalah ini Badai mengamuk menembus Cakrawala...!" Qin shan masih berdiri santai seperti biasanya. Seolah-olah tidak ada yang terlalu serius dari ucapan sesosok yang mengambang berdiri di atas udara itu. Tetapi disaat ini, sesuatu sedang terjadi. Tiba-t

  • KULTIVATOR TITISAN IBLIS SURGAWI   BAB 50 : ANCAMAN KECIL DIMEDAN PERANG

    "Benarkah Seperti itu... meski aku tahu kau adalah Siluman Rubah yang sangat licik, tetapi kali ini aku akan menaruh rasa percayaku sepenuhnya terhadapmu."Setelah mendengar pengakuan yang cukup singkat dari Siluman Rubah itu, Qin Shan pun bertekad untuk tetap bertahan, dikarenakan rasa penasaran telah menyelimuti dinding hatinya."Kau, kau terlalu percaya diri Anak Muda, lucu nya lagi, kau seorang diri, meski ada perwakilan dari Kerajaan Zhang, apakah kau yakin mereka akan membantumu dalam masalah ini...?""SSSWWWUUUSSSHHH"CCCRRRAAACCCKKK"BBBOOOMMM"Selesai melontarkan ucapannya itu, sosok itu pun melambaikan tangan kanannya. seketika itu juga Teknik dari Jaring Laba-laba dari dasar Neraka milik Qin Shan itu pun pecah dan hancur berkeping-keping.Keempat Makhluk Mitologi itu pun menjadi terbebas dari belenggu yang menekan mereka. keempat Makhluk perusak itu melesat menuju ke kehadapan sosok yang kehadirannya cukup misterius itu."Aku tak menyangka ada orang yang sekuat ini ditempat

  • KULTIVATOR TITISAN IBLIS SURGAWI   BAB 49 : NAGA KUNO SURGAWI

    Qin Shan tidak terlalu memikirkan akan kehadiran pria tua kurus itu. dengan mantap, dia semakin memberi tekanan kepada keempat Makhluk mitologi tersebut."Hmph...Aku kira kalian itu benar-benar sekumpulan yang mengerikan yang sangat kuat seperti yang diceritakan didalam Buku Kuno itu. nyatanya kalian tidak lebih lemah dari sekumpulan anak-anak kecil yang selalu bersembunyi dibalik ketiak orang tuanya."Mendengar perkataan seorang remaja yang mencemoohkan mereka, hati mereka jelas terasa perih. mereka ingin menangis namun Teknik Jaring Laba-laba dari dasar Neraka itu semakin menekan mereka.Jangankan untuk menangis, bahkan untuk bernapas pun terasa sangat sesak didada. satu kali tarikan napas, dua kali tarikan napas, tiga kali tarikan napas...? "Kami menyerah... ampuni kami Tuan muda, kami buta, tuli dan bisu karena tidak bisa mengetahui betapa tinggi nya Langit dan betapa luasnya Bumi... ampuni kami. kami... kami berjanji tidak akan muncul lagi di bumi ini.""Hmph... sungguh lucu sek

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status