Share

Bab 3 - Pembicaraan Dengan Ipar

Author: Rahmani Rima
last update Huling Na-update: 2024-08-11 12:45:12

“Aku lagi gak pengen, mas. Perutku sedikit kenceng.”

tentu saja, permintaan Alfi Rania tolak mentah-mentah. Melihat wajah suaminya saja sudah membuat pikirannya tertekan, apalagi jika ia harus melayani Alfi berhubungan badan?

Bisa-bisa, pikirannya akan terus membayangi kala Alfi dan Roland bermesraan.

Meski terlihat kecewa karena permintaannya ditolak Rania, Alfi tak lagi memaksa, “Hmmm gitu ya. Ya udah gak papa, aku gak mungkin membahayakan adek Satria apalagi ganggu kamu yang lagi kurang nyaman.”

“Makasih ya, mas, kamu udah ngerti. Aku mandi dulu.”

“Oke, sayang.”

Setelahnya, mereka kompak pulang menuju Jakarta, usai Satria berhasil dibujuk.

Begitu mobil sampai depan rumah yang pagarnya sudah terbuka. Kebetulan, ada kakak lelaki Alfi dan keluarganya yang sengaja menginap di sini untuk menjaga rumah mereka.

Alfi langsung membuka pintu belakang mobil dan menggendong Satria yang sudah tidur sejak dari Villa. Ia menepuk lengan lelaki yang tubuhnya lebih kekar darinya, “Makasih ya, kak.”

“Kalian kok udah pulang lagi? Baru dua hari satu malam loh?” tanya Arbi, kakak Alfi.

“Rania tiba-tiba minta pulang. Mungkin janinnya kurang betah di sana. Aku masuk dulu, kak.”

Arbi mengangguk. Ia menatap Rania yang baru keluar dari mobil, “Ran, semuanya oke ‘kan?”

Rania mengangguk tersenyum, “Mbak Sani sama Agil udah tidur, kak?”

“Udah. Kebetulan kita baru pulang dari Kebun Binatang tadi sore. Mungkin mereka kecapean.”

“Oh iya. Ya udah aku masuk duluan ya, kak.”

“Iya, masuk, Ran, angin malemnya lagi gak enak.”

“Iya, kak.”

Arbi tak henti menatap kepergian Rania meskipun tubuhnya sudah menghilang di balik pintu. Ia membuang nafas pelan saat mendapati wajah adik iparnya begitu pucat. Dengan segera Arbi menutup pintu gerbang dan lekas masuk.

Saat hendak menaiki tangga, Arbi yang tadinya akan langsung tidur melihat Rania duduk sendirian. Ia mengurungkan niatnya untuk langsung ke lantai dua dan mendekati Rania.

“Mau kakak bikinin minuman Jahe Madu?” Arbi tahu dengan baik minuman andalan Rania ketika mabok hamil.

Rania menggeleng, “Enggak, kak, makasih.”

Arbi duduk disebelah Rania. Ia melirik adik iparnya, “Kamu sama Alfi... berantem?”

Rania melirik Arbi, “Enggak.”

“Terus kenapa pulang dari puncaknya lebih cepet? Kakak yakin kalian betah di sana. Kamu suka banget ‘kan sama viewnya?”

“Iya, aku suka di sana, cuma... ada hal yang harus aku pastiin di Jakarta, kak, jadi aku cepet-cepet pulang. Lagian mas Alfi juga pasti dibutuhin di resto. Ini ‘kan awal tahun, pengunjung hotel pasti naik pesat.”

“Hm gitu.”

“Kakak kenapa belum tidur? Udah malem loh. Besok kakak mulai masuk kantor ‘kan?”

“Iya, besok kakak udah masuk kantor.”

“Ya udah gih, tidur. Nanti mbak Sani nyariin lagi.”

Arbi tertawa, “Enggak lah. Kakak nemenin kamu dulu aja di sini. Alfi pasti langsung tidur nemenin Satria.”

Rania hanya mengangguk. Ia sudah tak memiliki lagi sisa energi untuk menajalani hari ini. Semuanya langsung habis sejak membaca ulang chat dari Roland sore tadi.

“Ran, kamu lagi ada masalah ya?” Rania tak menjawab. Arbi menyentung lengan Rania, “Ran?”

Rania terperanjat kaget. Ia merasakan tubuhnya bagai tersetrum saat Arbi menyentuhnya, “Ke-kenapa, kak?”

“Kamu kenapa bengong? Kamu lagi ada masalah ya?”

Rania membuang nafasnya pelan. Ia diam sejenak memikirkan kemungkinan Arbi tahu mengenai masalah Alfi yang katanya adalah seorang Homoseksual. Mereka menjalin hubungan saudara yang dekat. Umur mereka pun hanya terpaut usia dua tahun.

Dengan pelan Rania mengubah posisi duduknya menatap Arbi, “Kak, aku boleh tanya sesuatu gak soal mas Alfi?”

Arbi mengangguk, “Boleh, kenapa, Ran?”

“Kak Arbi deket banget ‘kan sama mas Alfi?”

Arbi mengangguk lagi, “Iya, deket banget. Kenapa, Ran? Kakak jadi deg-degan. Kamu mau tanya apa?”

“Apa kakak pernah denger, atau pernah curiga kalo mas Alfi adalah seorang... penyuka sesama jenis?”

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 89 - Kehidupan Impian

    “Kamu kuat gak jalannya? Mau aku pinjemin kursi roda aja?” Rania menggeleng, “Aku kuat ko, mas. Aku ‘kan kuat kayak Satria.” Arbi tertawa, “Satria paling kuat sedunia, disusul kamu, disusul sama calon adik Satria.” Ia mengelus perut yang sudah mulai membesar itu. Rania tersenyum, “Satria mana ya, mas? Kok lama banget.” “Aku susul deh, kamu duduk dulu.” “Ya udah, aku tunggu disini.” Sesaat sebelum Arbi membantu Rania duduk dikursi tunggu lobi rumah sakit, sepasang kaki yang berhenti didepan mereka. Rania dan Arbi sontak mendongak menatap siapa pemilik sepatu yang mereka kenal baik. Senyuman itu tidak berubah. Rania melihatnya senang. Kedua matanya mendadak panas, “Mas Alfi?” “Rania, apa kabar?” Bukan jawaban yang Rania berikan, tapi sebuah tangisan yang sudah lama ia pendam. Seluruh hatinya dipenuhi rindu untuk kekasih lamanya yang baru terlihat lagi. Arbi menelisik wajah istrinya. Ia takut sekali hatinya kembali memihak Alfi seperti dulu. “Mama, papa, maaf ya ak

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 88 - Kembali Kehilangan

    Enam bulan kemudian... PRANG! “Rania?” Fira yang baru sampai dan berniat akan mengantarkan Rania ke kampus karena ia juga ada urusan disana, menutup pintu mobil dengan kencang dan berlari menerobos rumah yang pintunya tertutup rapat. Ia berlari mencari sumber suara dimana mungkin Rania sedang membutuhkan bantuannya, “Ran? Ran, lo dimana?” “Fir, tolong.” Fira mendengar suara itu dibelakang rumah. Ia menemukan setumpuk piring pecah dan aliran darah dari bagian bawah sahabatnya, “Ran?” “Fir, aku—aku gak kuat. Ini sakit banget.” “Ya ampun, Ran, sini kita ke mobil pelan-pelan ya.” Di depan ruang Ponek, nafas Fira naik turun menunggu hasil pemeriksaan dokter. Wajahnya pucat, tubuhnya bergetar. Ia mengingat dengan jelas rumah sangat berantakkan tadi. Barang berterbangan, dan ada noda merah dibeberapa bagian sofa. Rania juga hanya sendiri di rumah. Seharusnya ada Arbi disana. Kemana ya dia? Satria jelas sedang sekolah. Tunggu, apakah Satria baik-baik saja? “Dengan wa

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 87 - Menikah

    Rania dan Arbi berkeliling mendatangi tamu. Acara akad dan resepsi berjalan lancar tanpa kendala. Acara yang disiapkan Fira begitu sempurna. Ia berharap sahabatnya itu akan segera menyusul menikah. Rania tak menemukan orang yang sedari tadi dicarinya. Dari pihak keluarga suaminya, ia tidak melihat Alfi. “Sayang, kamu capek ya?” “Hm?” “Kamu agak pucet. Kamu gak enak badan ya?” “Enggak kok, mas.” “Kamu duduk aja, nanti aku nyusul.” “Gak papa, mas.” Arbi mencolek hidung Rania, “Nanti malem kamu harus bugar loh. Jadi sekarang jangan terlalu capek. Gih, duduk dulu. Aku keliling sebentar. Ada beberapa temen yang baru dateng.” Rania mengangguk, “Aku duduk ya, mas.” Rania berjalan dengan langkah pelan menuju pelaminan. Ia berharap Alfi datang agar bisa melihat kondisi terbarunya. Ia ingin tahu apakah mantan suaminya itu sehat. Fira yang sedang berbincang dengan teman-teman kuliah melihat Rania duduk lemas. Ia menghampirinya, “Ran, lo haus? Gue ambilin minum ya?” Ra

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 86 - Menerima Cinta Arbi

    Papa dan mama sedang bicara santai di ayunan belakang rumah. Rania yang haus tengah malam, tidak sengaja diam lebih lama mendengar obrolan mereka di dapur. “Tabungan papa semakin tipis, ma. Kita harus bayar kuliah profesi Rian. Kita juga harus bayar uang pangkal SD nya Satria.” “Mama bisa kok jual semua perhiasan mama, pa.” “Jangan, ma. Kehidupan kita masih panjang.” “Ya terus papa mau apa? Papa gak mungkin kerja lagi.” “Kita jual aja mobil pertama kita.” “Papa yakin? Papa sayang banget loh sama mobil itu.” “Demi Satria. Mana Rania juga mau kuliah profesi. Kemarin biayanya lumayan ‘kan pas disebutin? Kasian kalau dia harus mengubur mimpinya lagi.” Mama membuang nafas pelan, “Andai aja Rania mau terima Arbi langsung, dia pasti bahagia. Arbi bilang dia bersedia menanggung semua biaya kuliah Rania, bayar uang pangkal SD Satria juga. Sayang, Rania masih mikirin si Alfi.” “Ma, kasih aja Rania waktu.” “Mama cuma takut dia gak mau nikah lagi, pa. Apalagi dia gak mencintai

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 85 - Kehidupan Setelah Bercerai

    Empat bulan kemudian... Rania menyirami bunga di halaman rumah mama. Ia tertawa melihat Satria bermain lempar bola dengan Agil. Sudah empat bulan ia dan Satria tinggal disini. Kehidupannya setelah bercerai terjadi baik dan lancar. Mama memintanya bergabung mengikuti organisasi pemberdayaan perempuan yang baru bercerai. Disana terdapat banyak kegiatan sehingga hal tersebut cocok sekali untuknya. “Mama, aku capek.” “Aku juga capek, tante.” “Ya udah kita istirahat dulu ya. Kalian tunggu aja di teras, mama bawain dulu minuman seger buat kalian.” “Yeee!” Satria dan Agil berteriak kegirangan. Rania menaruh poci siram dipinggir dan berjalan menaiki tangga. “Mau kemana? Minumannya udah mbak bikinin.” “Makasih ya, mbak.” “Iya. Minuman dataaaang.” Satria dan Agil berlari untuk mengambil jus tomat itu. “Abisin jusnya, biar mainnya makin semangat.” “Makasih ya, tante.” “Sama-sama, Satria.” Mereka duduk bersama di teras rumah mama yang asri. Mama dan papa ikut keluar

  • KUMINTA CERAI KETIKA RAHASIA SUAMIKU TERBONGKAR    Bab 84 - Kehadiran Roland di Persidangan

    Rania melirik ke belakang untuk melihat ekspresi semua keluarganya. Mama dan Fira mengangguk untuk ia mengatakan ada alasan selain KDRT itu sehingga ia menggugat cerai suaminya. “Saya ulangi, di berkas perkara gugatan saudari pada suami adalah karena adanya hal lain. Kami ingin mendengar langsung apa yang terjadi selain KDRT itu? Silakan.” Rania menutup matanya. Ia memegangi mikrofon dengan tangan bergetar. Di belakang, mama dan Fira saling berpegangan tangan, berharap Rania tak bodoh seperti biasanya demi menjaga harkat dan martabat calon mantan suaminya. “Alasan saya meminta cerai dari suami saya selain KDRT itu, karena rahasia suami saya yang terbongkar, yang mulia.” “Rahasia apa itu?” “Suami saya—” Roland yang sedari pagi sibuk mengelilingi semua tempat untuk menemukan Alfi, akhirnya menemukan tempat ini setelah berpikir keras buah dari informasi singkat dari petugas resepsionis rumah sakit. Kini ia berdiri sejajar dengan tempat duduk mama dan yang lain, “Mohon izin

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status