BAB 17PERMINTAAN BU ANA"Kontrakan jelek begini, apa harganya gak bisa dikurangi?" tanya Bu Ana nyinyir."Gak bisa, Bu. Harganya segitu itu sudah murah. Yang lain saja gak ada yang protes," ujar Bu Markonah."Tapi itu terlalu mahal," Bu Ana masih mencoba untuk bernegosiasi."Kalau menurut Ibu kemahalan , cari saja kontrakan lain. Beres," ujar Bu Markonah sewot."Gak gitu juga Bu. Saya mu disini saja, tapi kurangi ya harganya?""Maaf, tidak bisa. Saya tidak mau kena komplain sama yang lain. Sudah, jadi apa gak ini? Kalau gak jadi gak papa, saya bisa nyari orang lain buat ngontrak.""Jangan dong, Bu! Jadi, kok. Ini uangnya," ujar Bu Ana lalu menyerahkan uang untuk kontrak sebulan."Nah, gitu dong dari tadi! Nih, kuncinya! Ingat, kalau bayar kontrakan jangan sampai telat," ujar Bu Markonah, lalu pergi. Bu Ana menghembuskan napas perlahan."Ra, kamu beneran mau pindah kesini?" tanya Cindy memastikan."Iya, tapi … aku bisa minta tolong lagi, gak?" tanya Aira lirih."Tentu. Apa?" tanya Ci
BAB 18SUGAR BABY"Sudah, Sayang. Semuanya sudah beres. Setelah ini, kita akan tinggal dimana? Aku gak mau ketemu mereka lagi," sahut Rachel."Bagaimana kalau sementara kita tinggal di tempat ibumu saja?""Apa? Gak mau. Ibu tinggal di desa, Sayang. Malas ah, pulang kesana. Tetangganya suka julid.""Biarin aja, gak usah didengerin," ujar Gerry."Gaklah! Aku mau kita pindah ke kota sebelah saja! Aku mau mendirikan butik, mumpung masih ada duitnya!""Ya sudah kalau itu mau kamu! Gini aja! Sementara kita di sini dulu aja. Di kota sebelah aku punya teman, nanti aku minta tolong dia untuk mencarikan ruko yang bagus. Bagaimana?" usul Gerry."Nah, kalau itu aku setuju. Terimakasih, Sayang!""Sama-sama!" sahut Gerry sembari memeluk kekasihnya."Sayang … mau minum gak?" tawar Rachel. "Boleh, biar aku yang ambil, kamu disini saja!" sahut Gerry.Gerry segera beranjak mengambil botol minuman keras dan dua buah gelas."Ini untuk kamu, Sayang!" ujar Gerry mengulurkan gelas berisi minuman."Terimaka
BAB 19HARI PERTAMA"Kalau kamu kerja, trus kuliah kamu gimana?""Kuliah tetap jalan kok, Bu! Aku kerja ambil shift malam.""Apa kamu gak kecapekan?" tanya Ibunya sanksi."Gak papa, Bu. Yang penting, aku bisa bantu Ibu. Boleh ya, Bu?" rayu Aira."Terserah, asal tidak mengganggu jadwal kuliah kamu.""Terimakasih, Bu. Ya sudah, Bu, aku berangkat dulu!"Aira segera meninggalkan kontrakannya menuju kontrakan Cindy. "Bagaimana? Sudah siap?" tanya Cindy saat keluar."Sudah, ayo!" sahut Aira.Mereka segera berangkat menuju lokasi yang ditentukan menggunakan taksi online. Selang satu jam kemudian,mereka sudah sampai di tujuan."Kita duduk disana saja!" ujar Cindy menunjuk pojok ruangan."Mau pesan apa, Ra?" tanya Cindy setelah memanggil pelayan.Aira menelan ludah memandang daftar menu. Cafe yang mereka tuju merupakan cafe yang cukup terkenal."Jangan khawatir! Nanti mereka yang bayar! Kita pesan saja!" ujar Cindy memahami kegundahan Aira."Beneran? Okelah! Kalau begitu, aku kamu beef steak,
BAB 20KEINGINAN KIENAN"Gerry brengsek!" teriak Rachel frustasi saat telah kembali ke apartemennya."Aku sudah mengorbankan segalanya untuk kamu! Mas Hendra menceraikan aku karena ketahuan selingkuh sama kamu! Bahkan kini aku tidak boleh menemui putraku! Sekarang, berani-beraninya kamu menghianati aku! Aku akan membalasmu, Ger! Ingat itu!" umpat Rachel. Rachel mengacak rambutnya frustasi. Dia merasa kebingungan. Semua uangnya ada di kartu tersebut. Bahkan, seluruh koleksi perhiasannya pun raib. Kini, dia hanya memiliki uang yang tersisa di dompetnya. Setelah menimbang-nimbang, Rachel memutuskan pulang ke rumah Ibunya. Dia tidak mungkin tetap tinggal di apartemen, karena dia pasti membutuhkan biaya untuk makan. Uangnya yang tersisa tidak akan cukup. Rachel segera berkemas. Setelah selesai, dia segera berangkat menaiki kendaraan umum.*******************************Sudah dua bulan Aira menjalani profesinya sebagai sugar baby. "Aira, dari mana kamu punya uang untuk membeli makanan
BAB 21PENANGKAPAN GERRY"Jangan panggil Pak lah, kita diluar kantor. Panggil nama saja. Lagian, saya belum setua itu," ujar Pak Nizam."Ha … maaf, Pak! Kelepasan!" ujar Kienan sembari menahan tawanya."Apanya yang lucu? Apa menurut kamu aku setua itu?" protes Pak Nizam. "Tidak, Pak! Hanya lucu saja!" "Kok masih panggil Pak, sih?""Trus, saya harus panggil apa?" tanya Kienan."Baiklah! Saya panggil Mas saja, ya? Gak enak kalau langsung nama," ujar Kienan."Boleh juga. Saya panggil kamu Kienan saja, ya? Toh, usia kamu di bawahku!" ujar Nizam dengan pedenya."Kok tahu?" "Tahu dong! Kan, saya sudah ngubek-ngubek data perusahaan kamu!""Sampai data pribadi saya?" tanya Kienan penasaran."Sebenarnya gak. Itu hanya bonus saja!" sahut Nizam sambil nyengir.Kienan hanya tertawa melihat sisi lain seorang Nizam. Ternyata, dia orangnya menyenangkan juga. Tidak sekaku seperti saat di kantor, pikirnya."Halo!" ujar Nizam sembari menggerakkan tangannya di depan Kienan. Kienan tergeragap karena k
BAB 22PENANGKAPAN RACHELDor … dor ….Polisi mengeluarkan beberapa tembakan peringatan. Sebagian anak buah Gerry telah tertangkap. Beberapa anggota kepolisian terlibat aksi kejar-mengejar. Mereka terus berlari memasuki kawasan hutan. Dor … dor ….Polisi terpaksa menembak kaki para buronan itu, dan akhirnya semua tertangkap, termasuk Gerry yang berjalan terpincang-pincang karena kaki kirinya terkena tembakan.************************Hari ini Kienan menjalani rutinitas seperti biasa. Jenuh, itu pasti. Apalagi, selama ini dia terbiasa hanya mengurus rumah dan yayasan,kegiatan yang tidak terikat oleh jadwal. Setelah selesai dengan setumpuk dokumen dan beberapa meeting, sore ini Kienan ingin memanjakan matanya di pusat perbelanjaan. Dia ingin melihat pernik-pernik untuk bayi kembarnya. Kemarin, dia sudah melakukan USG. Hasilnya, kedua anaknya berjenis kelamin perempuan.Sesampainya di pusat perbelanjaan, Kienan segera menuju pusat kebutuhan bayi. Disana, banyak sekali pernik-pernik lucu
BAB 23MAKAN SIANG"Apakah benar anda Ibu Rachel Puspitasari?" tanya petugas kepolisian tersebut."Iya, Pak! Ada apa, ya?" "Kami kesini membawa surat penangkapan Anda atas tuduhan percobaan pembunuhan terhadap Ibu Kienan.”"Apa?" teriak Rachel dan Ibunya bersamaan. "Benar itu, Chel?" tanya Ibunya tak percaya."Tidak, Bu! Itu tidak benar! Pak Polisi, ini pasti hanya salah paham!" ujar Rachel membela diri. "Mohon maaf, silahkan jelaskan di kantor polisi! Sekarang, Anda ikut kami!" "Tidak, Pak! Saya tidak mau! Saya tidak bersalah!" ujar Rachel masih berusaha membela diri. "Pak, tolong jangan bawa anak saya. Saya mohon, Pak! Dia tidak bersalah!""Tolong jangan mempersulit kami! Ayo, Bu!" ujar polisi tersebut sembari memborgol Rachel dan menariknya paksa ke dalam mobil polisi. Aksi tarik menarik tersebut menjadi tontonan para warga. Mereka berbisik-bisik berusaha mencari tahu yang terjadi."Rachel kenapa dibawa polisi, Bu?" tanya salah satu warga yang super kepo kepada Ibu Rachel yang
BAB 24MENEMUI RACHEL DI LAPAS"Tante, Papa tadi mengumpat, ya? Bulan denger, kok! Kata Bu Guru, kita gak boleh mengumpat. Bener, kan?" ujar Bulan polos."Betul. Jangan ditirukan, ya!""Siap,Tante!""Ya sudah, yuk, balik!" Kienan segera menurunkan Bulan dari kursinya dan menggandengnya menuju pelataran parkir. "Hari ini kalian benar-benar menjadikan aku sopir, ya?" protes Ardhan saat mereka sudah di mobil.Kienan dan Bulan terkikik geli. Bulan menyandarkan tubuhnya ke tubuh Kienan, tak lama kemudian dia terlelap."Bulan tidur, ya?" tanya Ardhan."Iya, Mas!""Kamu ikut aku bentar, ya? Habis itu aku antar ke kantor.""Kemana?""Ngantar Bulan pulang. Kasihan, dia pasti capek. Biasanya, sepulang sekolah dia langsung tidur.""Boleh, kasihan dia. Pasti tidak nyaman tidur di mobil."Ardhan segera melajukan mobilnya ke arah rumahnya. Selang setengah jam, mereka sudah sampai. Ardhan segera membopong tubuh Bulan dan membawanya ke dalam kamar. Sementara Kienan menunggu di ruang tamu."Kamu tema