Home / Rumah Tangga / KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT / Aisyah mengetahui selingkuhan Abimana dan berhasil kabur dari sekapan Abimana

Share

Aisyah mengetahui selingkuhan Abimana dan berhasil kabur dari sekapan Abimana

last update Huling Na-update: 2023-12-29 17:42:31

"Aku berada dimana?" Aisyah bergumam memandang ke sekeliling ruangan.

Kamar sederhana ukuran 3x4 dengan satu lemari kecil dan kasur yang hanya muat satu orang.

"Apa yang sudah terjadi? dimana aku?" Aisyah bicara sendiri. Ia pun berusaha bangun dari tidurnya. Namun sakit di kepalanya seakan memaksa ia merebahkan kembali badannya diatas kasur kecil itu.

Samar samar terdengar orang yang berbicara.

"Siapa sebenarnya mereka?" Aisyah berusaha mencari jawaban. "Bagaimana aku bisa berada disini ?" Aisyah bergumam. Ia berusaha mengingat apa yang terjadi.

"Ya Allah, aku pingsan rupanya, tapi siapa yang membawaku kesini?"

Belum sempat Aisyah berkata lagi, tampak seseorang membuka pintu kamar dari luar.

"Kamu sudah siuman rupanya, baguslah, seenggaknya aku nggak perlu repot repot nungguin kamu!" ujar seorang wanita cantik masuk menghampiri Aisyah.

"Karin...!" seru Aisyah tertahan. Matanya kembali berkaca kaca tatkala mengingat dengan jelas perlakuan Abimana kepada dirinya. Ia masih tidak percaya, wanita yang selama ini menjadi selingkuhan Abimana adalah sepupu yang sangat ia kasihi. Sepupu yang ia bantu dari kecil ternyata tega bersekongkol dengan Abimana untuk menghancurkannya.

"Tolong aku, Karin, aku berada dimana? badanku terasa lemas dan sakit sekali," ucap Aisyah memelas.

"Apaa...? menolong kamu? beruntung kamu tidak dibiarkan mati di jalanan juga oleh kami, cepat makan! kalau tambah sakit aku juga yang repot ngurusin kamu! denger ya, kalau bukan karena harta kamu yang belum kami miliki semuanya, mana mau aku berbaik hati memberi makan kamu!" bentak Karin.

"Apa Aisyah sudah bangun? cepat beri makan wanita itu sekarang! kalau sampai dia kenapa napa kita juga yang repot mencari informasi mengenai surat surat berharga lainnya!" terdengar suara seseorang yang tidak asing lagi bagi Aisyah.

"Mas, Abi..." lirih Aisyah. "Ternyata dia belum puas hanya dengan menguasai perusahaan dan rumahku saja, dia menginginkan semua asetku!" gumam Aisyah kesal.

Dalam hati ia sangat menyesal karena telah mempercayai Abimana dengan sepenuh hati.

"Aku harus makan makanan ini, aku butuh tenaga untuk melawan mereka" ucap Aisyah dalam hati. Ia pun segera melahap makanan yang diberikan Karin sampai habis tak bersisa.

"Sudah berapa hari kamu nggak makan, Aisyah?" cibir Karin yang melihat Aisyah makan dengan lahap. Tak ingin membuang tenaga berdebat dengan Karin, Aisyah terdiam. Ia berfikir bagaimana caranya bisa keluar dari sekapan dua manusia jahat ini.

"Aduhh... Karin, tolong aku! kepalaku sangat pusing sekali, tolong bawa aku berobat!" Aisyah berucap dengan wajah memohon kepada Karin.

"Jangan pura-pura kamu, Aisyah!" bentak Abimana yang tiba-tiba muncul dihadapannya.

Aisyah membuang muka sejenak karena merasa jijik melihat wajah Abimana.

"I...iya, Mas! aku sangat lemas sekali, tolonglah aku,Mas! kali ini saja," Aisyah kembali memohon.

"Sayang, bawa saja dia ke berobat, kalau dia mati kita belum mendapatkan semua harta dia, kita juga yang rugi dong, Sayang," ucap Karin bergelayut manja kepada Abimana.

"Ishhh...merepotkan aku saja kau ini, Aisyah! ayo, Sayang, kita siapkan mobil untuk membawa perempuan ini berobat," ujarnya penuh kekesalan.

Aisyah yang mendengar langsung pembicaraan itu seketika seakan mendapatkan kekuatannya kembali. Ia mengepalkan tangannya, tubuhnya bergetar menahan amarah.

Sepeninggal mereka, Aisyah berjalan mengendap-endap ke dapur, ia mencari sesuatu yang bisa dijadikan alat membela diri nantinya. Mata cantiknya tertuju kepada pisau dapur yang tergeletak sembarang. Tanpa pikir panjang ia pun segera mengambil pisau tersebut dan menyembunyikannya dibalik baju.

"Mas, mobilnya sudah siap, aku jemput Aisyah dulu di kamar, ya!" seru Karin kepada Abimana.

Tak berapa lama, Aisyah mendengar derap langkah kaki Karin dan Abimana menuju kamarnya. Ia pun berpura pura tidur menahan sakit agar Karin dan Abimana tidak curiga.

Mereka pun dengan sigap menggotong tubuh kecil Aisyah, sehingga dengan sekejap tubuh Aisyah sudah berpindah ke dalam mobil.

Ia di dudukkan di jok depan. Abimana lantas memasangkan safe belt kepada Aisyah. Ia merunduk mendekati Aisyah sehingga Aisyah menghirup bau alkohol yang menusuk hidungnya dari mulut Abimana, membuat Aisyah seketika merasa ingin muntah. Namun, Aisyah berusaha menahannya agar tidak ada yang curiga kalau ia sebenarnya tidak sakit.

"Cepat masuk ke dalam mobil sekarang! temani Aisyah ke dokter! seru Abimana kepada Karin.

"Masa aku duduk di belakang sih, Sayang" bibir Karin mengerucut merajuk.

"Apa nggak sebaiknya kita membawa anak buahmu ikut serta, Sayang?" tanya Karin.

"Nggak perlu, wanita ini sakit, mana mungkin dia punya kekuatan untuk kabur!" ucap Abimana angkuh.

Tak lama terdengar suara mobil dihidupkan.

Mobil pun melaju pelan keluar dari area villa yang dijadikan tempat di sekapnya Aisyah.

Di tengah perjalanan, tak jauh dari kompleks villa, Aisyah yang pura-pura sakit berusaha membuka safebelt dengan tangan kirinya, supaya Abimana tidak curiga.

"Jangan banyak bergerak, Aisyah! atau aku berubah pikiran membiarkanmu mati tanpa pengobatan! hardik Abimana melirik ke arah Aisyah, tetapi kembali fokus ke jalanan.

"Kenapa tidak menjawab hah! apa Kamu tuli ya! aku makin muak melihatmu seperti ini, Aisyah! kamu tak lebih dari perempuan mandul dan miskin yang tidak..." belum selesai kalimat hinaan itu dilontarkan Abimana, dengan gerakan yang sangat cepat Aisyah menancapkan pisau dapur yang dibawanya ke paha lelaki itu, lalu mencabutnya lagi, dan menusukkannya lagi dengan cepat.

"Arghhhhhhh...sakit...kurang ajar kau, Perempuan sialan!" umpat Abimana sambil meringis memegang pahanya yang berlumuran darah segar.

"Mas, Abi...! " jerit Karin melihat Abimana berlumuran darah.

Mobil pun tanpa arah melaju pelan.

Tanpa menghiraukan ucapan Karin dan Abimana, Aisyah segera memegang stir mobil dan menginjak rem sehingga mobilpun berhenti tiba-tiba. Beruntung jalanan sepi dan tidak ada satu kendaraan pun yang melewati mereka.

"Kurang ajar kau, Wanita sialan," hardik Karin kepada Aisyah. Ia pun segera turun dari mobil dan membuka pintu mobil depan untuk menolong Abimana yang masih kesakitan.

Melihat pintu mobil terbuka, dengan sekuat tenaga Aisyah mendorong tubuh Abimana sehingga terjatuh ke pinggir jalan raya.

Karin yang tidak siap akan kejadian itu pun ikut tertimpa bobot tubuh Abimana.

"Aisyah...!"

Pekik Karin tertahan, ia sadar harus segera menghentikan pendarahan pada paha Abimana dan membawa Abimana ke rumah sakit terdekat.

Melihat pemandangan tersebut, Aisyah hanya tersenyum geli, jijik bercampur dengan dendam menjadi satu. Ia tak menghiraukan makian yang dilontarkan Karin kepadanya.

Dengan cekatan Aisyah segera menutup pintu mobil dan membersihkan semua darah yang membasahi jok mobil dengan lap yang sudah disediakan. Ia pun segera tancap gas membawa mobil kesayangannya menjauh dari area tersebut.

Tanpa bisa berbuat banyak, Karin dan Abimana hanya bisa berteriak menyaksikan kepergian Aisyah membawa kabur mobilnya.

Abimana meringis menahan sakit, penglihatannya mulai kabur, kepalanya berdenyut hebat, sekuat tenaga ia merobekkan bajunya dan mengikat luka tusuk yang dibuat Aisyah kepadanya.

"Mas, bagaimana ini? kan aku sudah peringatkan kamu untuk mengajak anak buahmu, Mas!" sentak Karin gusar.

"Tolong mas sekarang, Karin! bawa mas ke rumah sakit segera," tutur Abimana dengan suara melemah. Ia merasakan sakit dan perih yang luar biasa.

"I...iya..Mas, sebentar, aku panggilkan taksi online dulu ya, aku minta pertolongan warga dulu," ucap Karin lembut sambil berteriak meminta pertolongan warga.

Namun sayang, jalanan ini sepi sekali, karena berada di area perkebunan teh, dan hari sudah mulai sore.

"Bertahan ya, Mas, tunggu taksi online nya " bisik Karin.

Abimana yang merasa sudah tak bertenaga hanya bisa mengangguk pasrah. Ia merasakan lemas pada seluruh persendian nya.

"Kurang ajar! berani beraninya kamu melawan saya, Aisyah!" umpat Abimana geram dalam hati. Ia masih tidak percaya, Aisyah yang kelihatan tidak berdaya mampu melukainya seperti ini.

"Akan ku temukan kau nanti, Aisyah! akan ku seret kau dari tempat persembunyianmu," hatinya sesumbar.

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Louisa Janis
kamu harus kuat Aisyah lawan si DAJJAL dan JALANG itu tapi aku menyesal thor kenapa bukan burungnya Abimana yang di tikam
goodnovel comment avatar
Dina0505
nah loh belum tau Lo kan Abimana nekatnya perempuan yang teraniaya
goodnovel comment avatar
Dila putri
aisyah yang berperan gw yg deg"n jirrr
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Mengikuti Abimana

    "Turuti kemauan dia!" Narendra memberi perintah kepada anak buahnya sambil mengangkat kedua tangan ke atas. Tubuhnya gemetar menahan takut. Ya, Narendra yang seorang penjahat pun merasa ketakutan saat pistol menempel tepat di pelipisnya. "Bagus! Cepat antar sahabatku ke dalam mobil!" Mahesa kembali memberi perintah. Dengan cepat, anak buah Narendra memapah Rendra masuk ke dalam mobil milik Mahesa. "Lepaskan bos kami!" anak buah Narendra berteriak. Mereka mencoba merangsek ke arah Mahesa. Namun, dengan sigap Mahesa menarik pelatuk pistol mainan yang dipegangnya, membuat anak buah Narendra urung mendekat. "Berani mendekat, bos kalian tinggal nama!" Seringai Mahesa licik. Membuat anak buah Narendra kembali mundur beberapa langkah. Terdengar deru mobil Mahesa mendekat, secepat kilat Mahesa menyeret Narendra masuk ke dalam mobil miliknya dan meninggalkan anak buah Narendra yang seolah terhipnotis. Dan pada akhirnya, kejar kejaran antara dua mobil terjadi. Dengan kecepatan penuh,

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Penyelamatan Rendra

    Mobil yang dikendarai Mahesa melesat membelah jalanan yang mulai sepi. Wajahnya menegang tiap kali ia dengar suara jeritan Rendra yang terdengar tak berdaya. Bisa dipastikan, Rendra di keroyok lebih dari dua orang."Brengsek! Siapa yang berani main-main dengan Mahesa Bagaskara?" Mahesa mengepalkan tangannya geram.Ia bersumpah akan memberi pelajaran setimpal terhadap siapapun yang berani menyentuh sahabatnya.***"Ternyata anak buah Mahesa Bagaskara tak seperti yang terdengar! Lembek!" suara cibiran dan cemoohan terdengar memenuhi taman yang sepi itu. Suasana taman itu memang tak seperti taman kota yang lainnya. Karena letaknya kurang strategis, sehingga penerangan pun tak memadai. Hanya ada di tiap ujung taman dengan cahaya temaram."Berani satu lawan satu, jangan keroyokan?" Rendra berusaha bangun, meskipun seluruh tubuhnya merasakan sakit."Besar juga nyalinya! Hajar dia!" pria berkacamata hitam itu turun dari mobil mendekati Rendra. Dengan cengkraman kuat, ia memaksa Rendra meneng

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Rendra Dalam Bahaya

    "Mam, sorry aku harus pergi sekarang!" Mahesa yang merasa tak nyaman di rumahnya sendiri turun menghampiri kedua orangtuanya di meja makan."Lah kok pergi? Temenin Cassandra dong!" Nyonya Rini merenggut. "Mami aja yang temenin, kan dia tamunya Mami!" Mahesa memalingkan wajahnya dari Cassandra."Cassandra itu calon kamu, Nak! Coba kenalan lebih dekat! Pasti kamu suka," Nyonya Rini tersenyum kepada Mahesa."Udah berapa kali aku bilang, Mam! Aku sudah punya calon sendiri, pilihan sendiri!" Mahesa menjawab ketus ucapan ibunya."Memangnya siapa calon mu itu hah? Pasti cuma akal-akalan kamu aja!" gerutu Nyonya Rini."Serius, Mam! Dia seorang pemilik perusahaan," Mahesa mencoba meyakinkan ibunya."Sudahlah, Mam! Nggak enak juga berdebat di depan tamu! Biarkan anakmu dengan pilihannya!" Tuan Adam mengedipkan matanya kepada Mahesa."Nggak bisa gitu, Pah!" Nyonya Rini menatap tak suka suaminya.Sementara Cassandra pura-pura tenang meskipun hatinya marah besar dengan ucapan Mahesa."Dengar Cass

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Sikap Dingin Mahesa

    "Mimpi? Apa aku bermimpi? Kenapa rasanya sangat nyata?" gumam Cassandra pelan. Ia bergidik ngeri kala mengingat kejadian menyeramkan barusan di dalam kamar."Tante, boleh aku istirahat di ruang tamu aja?" Cassandra melihat ke arah nyonya Rini. Berharap beliau mau mengabulkan permintaannya."Baik, ayok Tante bantu bawakan barang-barang mu!" Nyonya Rini mengangguk setuju. Meskipun beliau tak percaya dengan cerita hantu Cassandra, tetapi rasa ibanya menyeruak dalam dada kala melihat Cassandra yang histeris." Mami, aku makan duluan ya! Udah lapar nih!" Mahesa yang keluar dari kamar berpapasan langsung dengan Cassandra.Meskipun terkejut, Mahesa bersikap seperti dingin mungkin di depan Cassandra."Tunggu Cassandra sebentar, Mahesa!" Nyonya Rini menuntun wanita muda itu turun menuju ruang tamu."Kelamaan, Mi! Aku tunggu di meja makan aja sekalian makan duluan!" Mahesa tak menggubris ucapan ibunya."Kita tunggu Cassandra dulu, Nak! Sebentar aja," Nyonya Rini melirik Mahesa tajam.'Oh My God

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Cassandra Ketakutan

    "Suara apaan itu?" Cassandra yang tengah selonjoran setelah dipijit pelayan Mahesa terperanjat kaget.Hihihihi,Suara menakutkan itu kembali terdengar semakin nyaring. Cassandra mulai turun dari ranjangnya. Dengan tubuh sedikit gemetar ia terlihat mencari asal suara."Pergi sana! Jangan ganggu aku!" teriak Cassandra dengan tubuh merapat di tembok.Sayangnya, suara aneh dan menakutkan kembali terdengar. Bahkan sekarang terdengar langkah kaki yang diseret mendekati kamarnya."Ya, Tuhan! Apa mungkin kamar ini ada penghuninya?" Cassandra terlihat panik.Srek-srek,Suara langkah berat itu semakin mendekat, membuat bulu kuduk Cassandra berdiri tegak. Dalam keadaan panik seperti itu, tiba-tiba lampu kamar padam dengan sendirinya. Sontak saja Cassandra berteriak histeris,"Aaaaaaaaa!" dengan kedua tangan menutupi wajahnya."Tolong, jangan ganggu aku!" Isak Cassandra mulai terdengar, membuat Mahesa yang memantau dari layar komputer tertawa puas."Syukurlah," bisik Cassandra saat lampu kembali

  • KUMISKINKAN SUAMI PENGKHIANAT    Mengerjai Cassandra

    "Akhirnya kamu pulang juga, Mahesa!" Nyonya Rini menatap kesal puteranya.Mahesa hanya mengangkat bahunya lalu mencium punggung tangan maminya sopan."Maaf, Mi! Jalanan macet parah," Mahesa mencoba memberi alasan. Tubuh lelahnya ia hempaskan di sofa empuk."Maaf, maaf! Kasihan Cassandra nunggu kamu lama!" Nyonya Rini mendelik kesal."Udah dong, Mami cantik! Ketemu anak tuh disayang, dielus apa gimana! Bukannya dimarahin!" Mahesa mulai terlihat kesal."Lagian ngapain Mami pake acara ngenalin aku ke anak teman Mami segala!" sungut Mahesa kesal."Ngapain katamu? Dengar ya! Mami tuh udah kepingin banget nimang cucu! Kalau nungguin kamu bawa menantu sampai Mami tua pun kayaknya nggak akan!" Nyonya Rini nyerocos tak mau kalah dari Mahesa."Tapi nggak perlu pake acara gini juga kali, Mam! Aku udah punya calon yang super istimewa!" elak Mahesa."Halah, kelamaan! Pokoknya kamu pasti langsung jatuh cinta pada Cassandra. Udah cantik, keluarganya juga pebisnis sama dengan kita! Cocok sama kamu!"

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status