Beranda / Horor / KUNTILANAK MERAH / Pengajian Sesat dan Speaker Gaib yang Berdakwah ke Neraka

Share

Pengajian Sesat dan Speaker Gaib yang Berdakwah ke Neraka

Penulis: West star
last update Terakhir Diperbarui: 2025-06-04 14:50:01

Bab 7: Pengajian Sesat dan Speaker Gaib yang Berdakwah ke Neraka

---

Hari Minggu pagi biasanya menjadi momen tenang di Kalibungkus. Orang-orang masih malas bangun, ayam berkokok pun seolah melakukannya setengah hati. Tapi pagi itu, gang kecil di belakang Masjid Jami’ Baitul Khusyu dipenuhi oleh satu suara:

> “INNAZ ZUBUR ZUBUR ZUBUR… WADZ DZALIKA HAAQQQ!!”

Suara itu menggelegar dari speaker masjid, tapi tak ada satu pun orang yang sedang mengaji. Lebih aneh lagi, suara itu terdengar seperti perpaduan antara Ustaz yang kerasukan dan tape rusak yang diputar mundur.

Raka, Desi, dan Ucup sedang sarapan di warung pecel Mbah Inem saat suara itu menggelegar untuk keempat kalinya. Raka yang sedang mengunyah tempe bacem, menoleh pelan.

“Bro, itu… siapa yang ceramah barusan?” tanyanya.

Mbah Inem mendesah sambil melanjutkan ngulek sambal. “Itu lagi. Masjid udah seminggu suaranya begitu tiap pagi.”

“Udah dilaporin ke takmir?” tanya Desi.

“Takmirnya malah kabur. Katanya, tiap malam speaker masjid menyala sendiri dan nyetel ceramah dalam bahasa yang gak dikenal manusia.”

Ucup terdiam. “Jangan-jangan… itu bahasa dari bawah?”

“Bawah apaan?” sahut Desi.

“Ya bawah… maksud gua neraka!”

Raka berdiri, menepuk sisa nasi dari tangannya. “Kayaknya ini kerjaan kita lagi.”

Masjid Baitul Khusyu berdiri anggun di tengah permukiman, dengan menara kecil yang dulunya menjadi tempat anak-anak ngumpet saat main petak umpet. Tapi kali ini, menara itu tampak… gelap. Sangat gelap, bahkan di siang bolong. Cahaya matahari seolah enggan menyentuh bangunannya.

Mereka bertiga masuk perlahan.

Di dalam masjid kosong. Karpet hijau lusuh terhampar, sajadah tergulung rapi. Tapi suara dari speaker—yang tergantung di atas mimbar—masih terus terdengar.

> “WA HAAQQQLAA ZURR... YAA SAARRRRR...”

Desi berbisik, “Gua pernah denger irama kayak gini di film The Conjuring.”

Raka mendekati mimbar dan menatap speaker. “Coba gua naik.”

Baru saja dia menginjak anak tangga pertama mimbar, tiba-tiba… suara dari speaker berhenti.

Sunyi.

“Eh, bener juga. Berhenti!” kata Ucup senang.

Tapi hanya beberapa detik kemudian, pengeras suara di langit-langit langsung menyala sendiri, dan menyemburkan ceramah berbahasa aneh dengan suara yang jauh lebih keras—dan sekarang, memakai dua suara sekaligus. Satu berat, satu melengking seperti anak kecil.

> “KAAARRIIIMMM… WAAADDAAAHH… ZZZZAAAA!”

“INI KAYAK BOOMBOX NERAKA WOI!” jerit Ucup sambil menutup telinga.

Karpet masjid mulai bergetar. Dari balik mimbarnya, asap kehitaman merayap pelan. Bau gosong menyeruak, bukan seperti kayu terbakar, tapi seperti… kabel speaker meleleh karena overload spiritual.

Tiba-tiba, muncul sosok bayangan dari speaker utama. Ia melayang di udara, mengenakan jubah robek, dan wajahnya... tidak punya wajah. Hanya sepasang lubang hitam tempat mata seharusnya berada.

“SIAPA YANG BERANI MEMBUNGKAM DAKWAHKU?” teriaknya.

Ucup langsung jongkok. “Saya cuma mau ikut pengajian yang normal!”

Raka menarik kerah bajunya, menahan tawa dan panik secara bersamaan. “Lu siapa?”

“Saya dulunya... Ustaz Hanan Bin Majnun! Pendakwah yang tersesat karena terlalu banyak buka forum diskusi gelap!”

“Forum gelap?” tanya Desi.

“Iya! Di masa hidupku, aku ingin membuat majelis ilmu yang terbuka untuk semua makhluk—termasuk arwah penasaran, jin buangan, dan tuyul-tuyul kecewa.”

Raka menelan ludah. “Dan?”

“Semuanya datang. Tapi sayangnya… ilmu mereka lebih pintar dari aku. Akhirnya aku dibully. Dipojokin. Dan saat aku mati, rohnya nyangkut di speaker masjid ini…”

Ucup bisik ke Desi, “Gua gak nyangka dunia spiritual juga ada bullying…”

Desi mengangguk. “Ternyata dunia gaib juga nggak bebas drama.”

Sang bayangan melayang turun. “Aku harus berdakwah. Aku harus didengar. Biarpun bahasa yang kupakai udah dilupakan semua bangsa!”

“Terus kenapa suara lo kayak kaset kebakar?” tanya Raka.

Sang bayangan mengangkat tangan. “Karena isi dakwahku sekarang hanya suara dari kaset lama… yang sudah dicampur dengan sinyal dari dimensi lain.”

“Bro, ini lebih ribet dari sinetron Indosiar,” gumam Ucup.

Untuk menenangkan sosok itu, Raka punya ide: “Gimana kalau lo bikin podcast aja?”

“Apa itu… podcast?” tanya sang arwah.

Desi cepat menyambung, “Itu kayak ceramah, tapi bisa lo rekam, edit, dan orang-orang bisa denger kapan aja tanpa lo ganggu mereka secara langsung.”

“Apakah aku bisa menyisipkan pesan-pesan kematian dalam ceramah itu?”

“Terserah,” sahut Raka. “Asal lo nggak ngagetin orang tiap pagi.”

Sang arwah berpikir sejenak. “Baiklah… tapi aku butuh host.”

Mereka bertiga serempak menoleh ke Ucup.

Ucup berdiri kaku. “Kenapa selalu gua?!”

Karena, seperti biasa, hanya Ucup yang suaranya cukup ‘membumi’ dan bisa menjembatani antara makhluk hidup dan makhluk yang… sudah enggak ngisi KTP.

Seminggu kemudian, podcast “Ceramah Gaib: Antara Surga dan Sumur Tua” resmi tayang di kanal YouTube dan Spotify. Dipandu oleh Ucup dan Ustaz Hanan Bin Majnun dari dimensi suara.

Episode pertamanya: “Jangan Salat di Makam Kuno, Nanti Disuruh Azan Sama Kuntilanak” sukses jadi trending #3 di Kalibungkus.

Warga kampung senang karena masjid kembali sunyi.

Bu Sri bahkan memasang speaker tambahan di warteg-nya agar pelanggan bisa denger podcast sambil makan nasi goreng arwah.

Dan di akhir bab ini, Ucup membuka podcast dengan suara lantang:

> “Selamat datang kembali di Ceramah Gaib. Episode hari ini: Bagaimana Bedakan Jin Muslim dan Jin Ngekost.”

> “Saya Ucup.”

> “Dan saya Hanan Bin Majnun, si dai dari dunia sepi.”

> “Kita akan bahas: apakah benar jin bisa jadi mak comblang?”

> “Dan kenapa tuyul sekarang banyak yang resign dan pindah ke Shopee.”

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • KUNTILANAK MERAH   Bab 14: Sekolah Dasar Angker – Kapur Terbang dan Penghapus Berdarah

    Sekolah Dasar Angker – Kapur Terbang dan Penghapus Berdarah.......Sekolah Dasar Negeri Kalibungkus 02 punya reputasi aneh. Murid-muridnya rajin, guru-gurunya sopan, tapi semua orang kampung sepakat: jangan main ke sekolah itu setelah jam lima sore.Bangunannya berdiri sejak zaman Belanda. Plang nama sekolah sudah pudar, papan pengumuman miring, dan lonceng tua di tiang besi hanya dibunyikan manual dengan tali tambang. Dindingnya lembab, dan di salah satu kelas ada tulisan kapur yang tak pernah bisa dihapus: "Saya belum selesai ujian..."Semua berawal dari ruang kelas 4B. Ruangan itu lebih gelap dari yang lain, walau jendelanya besar. Lampu sering berkedip, dan kipas langit-langitnya menimbulkan suara mendengung seperti nyamuk raksasa. Guru-guru menyebutnya 'kelas keramat'.Suatu hari, Bu Kartini, guru Matematika senior yang terkenal disiplin dan anti-mitos, memutuskan mengajar les tambahan sepulang sekolah. Ia menolak semua peringatan murid dan g

  • KUNTILANAK MERAH   Bab 13: Arisan Emak-emak dan Undangan dari Alam Lain

    Arisan Emak-emak dan Undangan dari Alam Lain.....Hari Sabtu siang di Kalibungkus biasanya hanya diisi suara ayam berkokok telat, anak-anak main layangan, dan suara ibu-ibu menyapu halaman. Tapi hari itu, suara gaduh, tawa cekikikan, dan denting gelas sirup menggema dari rumah Bu Rumi, Ketua RT sekaligus tuan rumah arisan bulanan emak-emak Blok C.“Eh Bu Yayah, masa kamu belum setor bulan kemarin? Mau jadi peserta arisan arwah kayak Lastri?”“Eh jangan asal nuduh! Aku tuh udah setor, cuma belum sempat ditulis. Tanya aja Bu Iis!”Bu Iis yang lagi ngunyah pastel isi bihun keasinan cuma manggut-manggut sambil meletakkan kotak makan plastiknya di atas meja. Kursi plastik oranye berjejer di ruang tamu, sebagian mulai melengkung karena beban emak-emak plus bonus gorengan. Satu kursi di pojok ruangan sengaja dikosongkan, katanya buat 'tamu tidak diundang'.Tradisi arisan Kalibungkus memang aneh. Setiap bulan, selalu ada kejadian ganjil sejak tah

  • KUNTILANAK MERAH   Bab 12: Salon Wiwin – Sisir Hantu, Kursi Panas

    Bab 12: Salon Wiwin – Sisir Hantu, Kursi PanasSalon Wiwin berdiri di pojok Jalan Anggrek, sebuah gang kecil yang penuh tanaman pot dan kabel listrik menggantung seperti akar dari langit. Wiwin, seorang janda muda berusia tiga puluh lima tahun, memutuskan membuka salon setelah frustasi bekerja sebagai kasir toko elektronik yang setiap hari disuruh ganti baterai remote rusak.Salon itu kecil. Hanya dua kursi salon yang catnya sudah mulai mengelupas, satu cermin besar retak di ujung kiri dinding, kipas angin tua yang suaranya seperti orang mendengkur, dan lemari kayu tempat menyimpan semua alat perawatan rambut. Tapi, ada sesuatu yang istimewa: pelanggan selalu ramai. Mungkin karena Wiwin ramah, murah, atau karena dia sering memutar lagu dangdut remix sambil mencatok rambut.Namun sejak malam Jumat Kliwon bulan lalu, salon itu tak pernah sama lagi.Semuanya dimulai saat Wiwin merapikan lemari tua di pojok salon. Ia menemukan sebuah sisir kayu antik

  • KUNTILANAK MERAH   Penunggu Lapangan Voli – Bola Nyasar, Kepala Terbang

    Bab 11: Penunggu Lapangan Voli – Bola Nyasar, Kepala TerbangKalibungkus adalah desa kecil yang punya cara aneh menjaga kekompakan warganya: pertandingan voli antar RT tiap Jumat sore. Meski kelihatannya biasa, pertandingan ini terkenal tidak pernah selesai. Alasannya? Entah karena debat skor, bola nyangkut ke kandang ayam, atau tiba-tiba hujan padahal langit cerah. Tapi Jumat sore itu, pertandingan berhenti bukan karena hal-hal konyol seperti biasanya. Kali ini, pertandingan berhenti karena kepala orang terbang.Sore itu, langit cerah tanpa awan. Angin bertiup pelan, membawa bau tahu goreng dan keringat bapak-bapak yang sudah pemanasan sejak pukul tiga. Anak-anak duduk berderet di pinggir lapangan tanah merah, duduk di atas ban bekas yang disusun seperti tribun. Emak-emak membawa bekal—ada yang bawa singkong goreng, ada yang bawa kerupuk, ada juga yang bawa kipas tradisional dari lidi yang lebih sering dipakai buat ngusir nyamuk daripada buat angin.Pak L

  • KUNTILANAK MERAH   Kuntilanak Penjual Cilok – Dagangan Pedas, Tatapan Sadis

    Bab 10: Kuntilanak Penjual Cilok – Dagangan Pedas, Tatapan Sadis---Pukul empat sore di Kalibungkus biasanya adalah waktu sakral bagi anak-anak SD dan SMP. Itu adalah waktu jajan, ketika warung-warung pinggir jalan mulai ramai, dan suara gerobak dorong berdentang lebih nyaring dari azan magrib.Di situlah pertama kali warga melihatnya.Seseorang—orang?—menjual cilok dari balik kabut sore yang menggantung rendah. Gerobaknya tua, terbuat dari kayu cokelat kusam, dengan tulisan “CILOK PEDAS SETAN” yang tampak ditulis dengan darah (atau saus tomat basi).Tapi yang membuat geger bukan gerobaknya, melainkan... penjualnya.Dia tinggi, rambut panjang menjuntai sampai lutut, kulitnya pucat seperti mayat yang kelamaan di kulkas, dan matanya... merah menyala.---“Lu yakin itu orang?” tanya Ucup ke Desi saat mereka ngintip dari balik tembok sekolah.Desi melotot. “Lu kira setan bisa dagang cil

  • KUNTILANAK MERAH   Teror Tisu Toilet yang Bisa Menjerat Jiwa – Misteri Kamar Mandi Sekolah Dasar

    Bab 9: Teror Tisu Toilet yang Bisa Menjerat Jiwa – Misteri Kamar Mandi Sekolah Dasar---Sekolah Dasar Negeri Kalibungkus 1 adalah bangunan peninggalan zaman Belanda yang direnovasi terakhir kali… saat Presiden masih sering tampil di televisi dengan pita leher. Plafon lapuk, meja bolong, dan cat dinding yang mengelupas seperti kulit ular habis ganti musim adalah pemandangan biasa. Tapi yang paling jadi legenda adalah kamar mandi belakang.Letaknya di pojok sekolah, dekat pohon asam tua yang akarnya menjulur seperti jemari monster tua. Ada dua bilik: satu untuk murid laki-laki, satu lagi untuk perempuan. Tapi… sejak tahun 2007, tidak ada yang berani masuk bilik nomor dua.Kenapa?Karena tisu toilet di dalamnya bisa bergerak sendiri.—Desas-desus ini sudah lama terdengar. Tapi tak pernah ada bukti nyata. Sampai suatu hari, Iqbal, murid kelas 5 yang dikenal paling berani dan paling doyan makan lem, memutuskan unt

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status