Home / Romansa / KURUNGAN CINTA CEO KEJAM / Bab 02: Xavier Alexander

Share

Bab 02: Xavier Alexander

Author: Ra_ca
last update Last Updated: 2021-08-04 19:16:36

Aurora dan petugas penyelidik, membawa ayahnya ke rumah sakit terdekat.

Mereka akhirnya sampai di sebuah rumah sakit di mana ibunya Aurora berada. Ayahnya langsung mendapat penanganan dari dokter.

"Tolong semua menunggu di luar!" ucap salah satu dokter yang akan menangani ayahnya.

"Tolong lakukan yang terbaik dokter." Ucap Aurora memohon.

"Tentu saja Nona." Sahut dokter tersebut dan menutup pintu ruangan perawatan.

...........................................................................................................................

Aurora menunggu dengan cemas, ia mondar mandir tidak bisa menenangkan dirinya.

"Nona, apa yang harus kita lakukan?" ucap sekretaris Susan yang menemaninya bertanya.

"Aku tidak tahu, aku tidak tahu apa yang harus aku lakukan sekarang." Ia memeluk Susan dengan erat dan penuh ketakutan.

Susan mengelus kepala Aurora dengan lembut, berusaha untuk menenangkannya.

"Tuan pasti baik-baik saja Nona." Ujar Susan meski ragu.

Petugas penyelidik berjalan dan menghampiri mereka.

"Nona, saya telah menempatkan beberapa petugas penyelidik, saya akan pergi untuk melaporkan masalah ini kepada penuntut!" ujar salah satu penyelidik tersebut.

"Baik Pak, silahkan." Sahut Susan, yang saat itu Aurora tidak berkata apapun, ia hanya menangis di pelukan Susan. Penyelidik itupun meninggalkan mereka berdua, dan melangkah pergi menjauh dari tempat tersebut.

Ia melakukan sebuah panggilan telpon kepada salah seorang asisten pribadi dari penuntut kasus tersebut.

"Halo, apa ini asisten tuan Xavier?" ujarnya bertanya.

"Ya, ada yang bisa saya bantu?" ujar Lucas yang sebagai asisten pribadi Xavier.

"Tuan, saya ingin memberitahukan, kalau tuan Jordy telah masuk rumah sakit, sepertinya ia mengalami masalah jantung." Ucap petugas tersebut dalam panggilan teleponnya.

"Apa yang terjadi padanya?" ucap Lucas seraya menatap Xavier yang tengah berada di dekatnya.

"Tuan Jordy tengah mendapatkan penanganan dari dokter tuan," sahut petugas tersebut.

"Berikan padaku teleponnya!" Sahut Xavier meminta telepon genggam milik asistennya.

"Apa yang terjadi?" ucap Xavier bertanya kepada petugas tersebut.

"Putri, putri dari tuan Jordy menemuinya di ruangan penyelidikan tuan, dia... dia memberitahukan kalau istrinya tuan Jordy telah meninggal dunia, akibat serangan jantung," jawab penyelidik itu dengan suara terbata-bata.

Xavier yang mendengar hal tersebut mendengus kesal.

"Cih... merepotkan sekali," Ucap Xavier jengkel.

"Tetap awasi mereka! Aku tidak suka seorang tikus lepas dari tanganku." Ucap Xavier dengan tegas.

"Baik tuan." Sahut petugas itu, melihat panggilan teleponnya telah terputus, ia menghela napas panjang.

"Benar-benar membuatku berasa hampir mati." Ujarnya seraya meninggalkan tempat itu, ia segera menuju arah di mana Aurora menunggu ayahnya.

"Tuan, haruskah saya menyelidiki masalah ini lebih dalam?" Ujar Lucas bertanya kepada Xavier ditempat yang jauh di sana.

"Tidak perlu repot-repot, walaupun dia bukan dalangnya, tetap saja dia sebagai pemilik perusahaan, harus bertanggung jawab dengan kerugian dan kebodohannya sendiri." Tegasnya.

Xavier Alexander.

Dia adalah seorang pengusaha ternama, dari sebuah pemilik perusahaan besar yang bernama X.A technologi. Berusia 28 tahun, dan terlahir di Negara Rusia.

Diusianya yang masih terbilang cukup muda, dengan kekuatan dan kemampuannya, ia mampu mengobrak-abrik suatu negara tanpa kesulitan.

Ketika semua orang mendengar namanya saja, sudah cukup membuat mereka mengigil ketakutan. Sikapnya yang kejam, dingin, bahkan tidak ragu untuk menghilangkan sebuah nyawa seseorang dengan mudah, membuat ia ditakuti dalam dunia bisnis.

Akan tetapi tidak sedikit orang yang ingin mempererat dan menjalin kontrak kerjasama dengan perusahaannya, keuntungan bisnis, dan perlindungan dari Xavier yang membuat semua orang buta, dan berlomba-lomba menarik dan menjilat agar dapat menjalin kerja sama dengannya.

Kadang kala, mereka tidak memikirkan konsekuensi yang akan mereka terima, ketika salah satu dari mereka menyinggungnya, nyawalah yang menjadi taruhannya.

Dengan kekayaan yang berlimpah, kekuasaan yang sangat besar, bahkan banyak dari para wanita yang rela hanya untuk menjadi teman tidurnya, dan sebagai penghangat ranjang semata.

Hal apapun yang diinginkan oleh Xavier, tidak ada yang berani untuk menolaknya. Beberapa dari perusahaan yang bekerja sama dengannya, bahkan tidak ragu untuk memberikan putri mereka, walau hanya sebagai untuk penghangat ranjangnya saja. Karena Xavier selalu memberikan kemewahan yang melimpah kepada orang-orang yang mampu menyenangkan dirinya dan memuaskan keinginannya.

"Lucas, bersiaplah! Kita akan mengunjungi pemakaman Nyonya dari tuan Jordy," ucap Xavier dingin.

"Apa anda yakin tuan?" Ia tahu kalau selama ini tuannya tidak pernah tertarik dengan masalah sepele.

"Bagaimanapun orang tua bodoh itu, telah menjalin kerjasama yang baik selama beberapa tahun terakhir ini." Sahut Xavier tegas.

"Baik tuan." sahut Lucas sedikit menghela napas.

...........................................................................................................................

Disisi lain, Aurora yang masih menunggu dengan cemas keadaan ayahnya, ia takut setelah kehilangan ibunya, ia juga harus kehilangan ayahnya.

"Nona, kita harus menyiapkan pemakaman terlebih dahulu untuk Nyonya," ucap Susan mengingatkan Aurora.

Aurora menyadari semua itu, jasad ibunya tidak baik jika dibiarkan lebih lama lagi.

"Baiklah, Susan tolong suruh seseorang yang dapat dipercaya untuk menjaga ayah di sini!" seru Aurora kepada Susan.

"Baik Nona, saya akan menyuruhnya agar datang kemari."

Susan pergi menelepon salah satu kepercayaannya untuk berjaga-jaga, bilamana keadaan ayahnya Aurora telah siuman dan membaik.

"Pak, tolong kabari saya secepatnya apapun yang terjadi kepada ayah saya." Ujar Aurora kepada petugas penyelidik yang menjaga ayahnya di rumah sakit.

Pria itu menganggukkan kepalanya.

"Baik Nona, saya ikut prihatin dengan ibu Nona." Ucap pria itu.

"Terimakasih pak." Aurora segera meninggalkan tempat tersebut dan melangkah pergi menuju kamar mayat di mana ibunya berada.

"Nona?" Ucap bibi pengurus rumahnya sedikit bertanya, ketika melihat Aurora menghampirinya.

Ia menghampiri jasad ibunya yang tertutup kain putih.

"Bibi, tolong telepon dan suruh orang kita agar datang menjemput, dan segera menyiapkan pemakaman untuk ibu!" ucap Aurora.

"Baik Nona." sahut Bibi.

Aurora yang tengah ditemani Susan sekretaris ayahnya, ia terdiam memandangi wajah ibunya, semua perasaan dan hatinya saat itu sangat kacau, ia merasa dunia tengah menghukumnya, pikirannya kosong, tidak tahu harus berbuat apa, ibu yang meninggal secara mendadak, ayah yang tengah kritis tidak sadarkan diri, perusahaan yang diambang kebangkrutan. Semua masalah menimpa keluarganya secara bersamaan.

Susan yang melihat Aurora begitu terpukul, ia mengelus pundak Aurora dengan lembut.

"Nona pasti bisa melewati semua ini." Ucapnya pelan.

"Terimakasih Susan," sahutnya tersenyum pahit,

"Susan, bantu aku untuk urus pemakaman ibu terlebih dahulu, setelah it, baru kita bahas masalah perusahaan, maukah kamu membantu?" Ucap Aurora yang tidak tahu harus meminta saran kepada siapa lagi.

"Tentu saja Nona, Saya akan selalu berada disisi Tuan, dan disisi Nona." Tegas Susan menjawab.

"Terimakasih banyak, Susan, terimakasih." ujar Aurora lirih, dengan suara beratnya.

Continue to read this book for free
Scan code to download App

Latest chapter

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 29- Memprovokasi Xavier

    Aurora menarik napas panjangnya yang dalam dan berat. Dia menggelengkan kepalanya seraya merubah ekspresi yang semula datat. Raut wajah Aurora kini berubah ramah kembali, dengan senyuman tipis yang menghiasi ujung bibirnya. "Nona Lusi, apakah pria seperti Xavier ... bisa menjadi milik anda seorang?" ujar Aurora bertanya dengan santai. Lusi mengerutkan dahinya, jelas dia tahu dengan pasti. Pria seperti Xavier yang selalu menjadi incaran para wanita, tidak akan cukup dengan satu wanita. Namum rasa ingin menguasai itu tidak bisa dia kendalikan. Xavier hanya boleh menjadi miliknya seorang. Aurora menyunggingkan kembali senyum tipisnya. "Sepertinya anda sadar akan hal itu. Kalau begitu jangan terlalu rakus, Nona." Aurora kembali mengingatkan. "Dasar jalang gila, berani sekali kau mengatakan aku rakus. Kau tidak tahu seberapa istimewa hubungan kami," ujarnya seraya mendelikkan bola matanya. "Ouw, lalu apakah Nona Lusi tahu seberapa istimewa hubungan kami?" jawab Aurora dengan melempark

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 28 - Perdebatan Aurora dan Lusi part 2

    Aurora sejenak terdiam, dia menarik napas panjang dan kembali menghembuskannya berat. Dia setidaknya memang berhutang budi kepada Xavier, tapi bukan berarti dia bisa di tindas begitu saja oleh orang lain, bahkan tidak dia kenali. "Nona, ketika anda memanggilnya dengan sebutan namanya, apakah itu tandanya oramg lain tidak boleh memanggilnya seperti itu?" tanya Aurora masih dengan ekspresi, dan nada bicaranya yang tenang. Semua orang yang melihat, dan tengah memperhatikan kejadian saat ini, mereka semua tercengang heran, tak menyangka. "Siapa wanita yang baru saja ke luar dari ruangan presdir itu?" tanya seorang karyawan di ujung sana, yang sedari awal sudah memperhatikan kejadiannya seperti apa. "Entahlah, tadi saya melihat. Asisten pribadi Luxas, bahkan menjemputnya hingga lobi," jawab seorang karyawan di sampingnya. "Benarkah? Itu artinya, status wanita cantik itu bukan orang biasa. Atau mungkin dia adalah wanita baru presdir?" salah satu karyawan lain menimpali perbincangan dua

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 27 - Perdebatan Aurora dan Lusi part 1

    Xavier terdiam menatap wajah Aurora bingung, sebenarnya apa yang telah terjadi, kenapa dia melupakan banyak hal, tentang cerita dan kisah lalu kehidupan dirinya."Baiklah. Aku masih ada pekerjaan. Kamu bisa menungguku di sini terlebih dahulu," ujar Xavier setelah selesai makan siang, buatan Aurora. "Apa tidak apa-apa, jika aku menunggu di sini?" tanya Aurora sedikit ragu. "Memangnya kenapa?" tanya balik Xavier seraya sedikit mengerutkan dahinya. "T-tidak apa-apa," jawab Aurora sedikit canggung."Baiklah, lakukan apapun yang kau mau, tunggu aku selesai bekerja!" tegas Xavier seraya bangkit dari tempat duduknya. Dia berdiri merapihkan jas dan dahinya, berlalu pergi meninggalkan ruangan kantornya, diikuti oleh Luxas dari belakang. Sementara Aurora yang sedikit bosan, dia memutuskan untuk membaca buku yang ada di ruangan kerja Xavier. ***Lusi yang sudah sedari pagi menunggu balasan dari Xavier, namun tidak juga kunjung datang, dia memutuskan untuk menemui Xavier kembali di kantorny

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 26 : Ke kantor xavier.

    Aurora sedikit tercengang, ia sungguh tidak mengerti dengan apa yang saat ini Xavier pikirkan. Bukankah pernikahan ini hanya sebuah kontrak semata, dia juga semula yang menegaskan jangan pernah muncul di halayak ramai. Lalu apa yang saat ini pria itu pikirkan. 'Menyuruhku mengantar makan siang ke kantor? yang benar saja' pikirnya bingung. 'Sudahlah. Pria itu memang tuannya, raja segala keputusan. Terserah dia ingin apa' Seraya menunggu sup itu matang dengan benar, Aurora sedikit larut dalam pikirannya sendiri. "Kamu mendengarku tidak?" tanya Xavier, karena sepertinya Aurora tidak mendengarkan dengan baik. "Ah ... saya mendengarnya. Sebentar saya tengah mencicipi masakannya terlebih dahulu." Ujarnya beralasan. "Baiklah, minta pak Nan untuk mengantar. berpakaian yang bagus!" walau ucapannya tegas, namun nada bicaranya saat ini sedikit lebih lembut. "Saya mengerti, saya tutup teleponnya, ya?" Walau dengan p

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 25: Pertaruhan. Suamiku

    "Hoam ...." Aurora yang masih menguap merasakan ngantuk, seketika ia menutup mulutnya. Ketika ia sadari Xavier tengah duduk di sampingnya, menatap dirinya dengan tajam. "Kenapa kamu ada di sini?" spontan Aurora bertanya, dengan keadaannya yang masih sedikit linglung. "Ini tempat tidurku." Jawab Xavier dingin.Aurora memperhatikan sekelilingnya, benar saja, ruangan ini adalah kamar pribadi Xavier. Kenapa dia bisa berbaring di atas ranjang pria ini. Matanya terbelalak, ketika dia mengingat hal apa saja yang terjadi malam tadi. Aurora melirik Xavier dengan ujung matanya, dia ingin bertanya mengenai ucapan yang selalu Xavier gumamkan, ketika pria itu berada dalam keadaan mabuk."Sudahlah, tidak perlu di pikirkan." Ujarnya dalam hati. "Kenapa, apa ada yang ingin kamu tanyakan?" tanya Xavier menelisik ke dalam matanya. "T-tidak," sahutnya gelagapan. Mendengar jawaban Aurora, Xavier hanya mengerutk

  • KURUNGAN CINTA CEO KEJAM    Bab 24: Tabir masa lalu

    Suara cicitan burung di pagi hari, rasa dahaga di tenggorokannya, membuat Xavier tersadar. Mau tidak mau, walau kepalanya sungguh terasa berat, dia memaksakan diri untuk bergerak. "Uh ... ini kamarku?" Xavier memeriksa sekitarnya. ia melirik jam di atas nakas. "Sudah siang." Gumamnya.Dia mencoba beranjak dari atas ranjangnya, disibakan selimbutnya ke sebelah dirinya. Namun betapa terjetunya, ketika dia melihat Aurora yang tengah tertidur di samping ranjangnya.Wanita itu terlelap dalam keadaan duduk di kursi, dan separuh bagian atas tubuhnya terlengkup di atas ranjang samping Xavier"Apakah wanita ini, semalaman tidur dalam posisi seperti ini?" ujar Xavier menatap dalam wanita tersebut. Matanya melihat, dan memastikan baju yang saat ini dia kenakan, tentunya sudah berbeda dengan pakaiannya semalam, batinnya bertanya-tanya, sejak kapan wanita jahat ini perhatian terhadap dirinya. Xavier hanya terdiam dengan posisi tubuhn

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status