"Sinta! Kamu baru bangun?" sapa sebuah suara saat Sinta melangkahkan kakinya menuju dapur rumah yang luas itu.Seorang wanita berparas dan berpakaian sederhana, kalau tidak bisa disebut lusuh, terlihat sedang jongkok di lantai, mengepel lantai yang mengkilat dengan kain basah menggunakan tangan.Sinta memaksakan senyum."M--mbak siapa? Pembantu di rumah ini?" tanya Sinta ragu-ragu.Penampilan wanita itu memang lebih mirip pembantu dari pada menantu. Tapi, kalau di rumah ini sudah ada pembantu, kenapa ibu mertuanya memintanya menyelesaikan pekerjaan sehari-hari rumah ini dengan tangannya sendiri tadi?Perempuan di depannya menggeleng lemah."Bukan ... aku istri Mas Vino, kakak suami kamu," sahutnya sembari kembali memaksakan senyum. Miris.Deg!!!Jantung Sinta seolah hendak tanggal dari tempatnya. Menantu? Jadi seperti ini penampilan menantu di keluarga ini? Keluarga kaya yang tadinya membuat Sinta ngiler ingin jadi bagian dan tinggal di rumah mewah ini? Ya, Tuhan ... ."Istri Mas Vino
Setelah setengah jam perjalanan, mereka pun sampai di kediaman Bu Indah yang sekaligus juga kosan Rika.Bu Indah menyambut dengan gembira saat Mia datang, sementara Rika langsung menuju kosannya."Ayo masuk. Ibu udah nungguin dari tadi lho," ujar Bu Indah sembari tersenyum semringah saat Mia mengetuk pintu.Siang tadi, Bu Indah memang memintanya datang ke rumah. Selain urusan bisnis putranya dan kangen ingin bincang-bincang setelah lama tak bersua, Bu Indah juga ingin membicarakan sesuatu dengannya. Entah apa itu, Mia tak bisa mengira-ngira. "Iya, Bu. Maaf toko baru saja bisa ditutup, jadi baru bisa ke sini. Hari ini pembeli ramai sekali. Mungkin karena sebentar lagi bulan puasa, Bu jadi mereka sudah mulai berburu baju lebaran dari sekarang sebelum harga-harga naik," sahut Mia sembari balas tersenyum.Mendengar jawabannya, Bu Indah ikut tersenyum."Oh iya ya, bulan puasa sebentar lagi. Orang-orang biasanya memang sudah mulai berburu baju lebaran di bulan-bulan ini. Hmm ... berarti ca
Sementara itu di sudut lain di kota ini.Azmi tampak tercenung menatap foto-foto pernikahan yang digelar di sebuah hotel bintang lima dengan sangat meriah itu meski tak meninggalkan protokol kesehatan sebab wabah pandemi yang belum berakhir juga melanda negeri ini.Barusan Mila menunjukkan foto-foto yang menghiasi instagram mantan istrinya itu padanya, membuat sudut hati Azmi yang sudah terluka, kini tersayat semakin perih.Harapannya jelas sudah punah. Digantikan dengan rasa kehilangan dan penyesalan yang bertubi-tubi yang membuatnya makin lemah tak berdaya. Ya, andai dulu ia tak memperlakukan mantan istrinya itu dengan buruk, tentu hari ini wanita itu masih ada di sisinya dan tidak akan pernah bersanding dengan pria lain seperti terjadi hari ini.Senada dengan putranya, Bu Rina juga tampak tercenung menatap foto-foto yang sedang dilihat Azmi itu. Foto perempuan yang dulu semasa masih menjadi menantunya selalu diperlakukannya dengan tak manusiawi dan dihinanya habis-habisan, hingga a
"Sinta? Kamu kenapa?" tanya Maya sesaat sebelum tubuh Sinta ambruk ke atas lantai tempat mencuci pakaian."Nggak tahu, Mbak. Perutku sakit banget," sahut Sinta sembari bernafas terengah engah."Ya, udah tunggu sebentar ya. Aku telpon Tony dulu minta bawa kamu ke rumah sakit. Soalnya kamu pendarahan. Apa kamu hamil, Sin? Mbak takut kamu keguguran kalau beneran hamil?" sahut Maya dengan wajah panik.Mendengar pertanyaan Maya, Sinta hanya mengigit bibirnya. Sudah dua minggu ini memang ia terlambat haid. Mungkinkah sebenarnya ia sedang hamil dan sekarang mengalami keguguran akibat terlalu banyak bekerja?"Sinta, kamu kenapa?" Tony muncul beberapa saat setelah Maya menelepon lelaki itu agar segera pulang ke rumah.Tubuh Sinta sudah terkulai lemah tak berdaya, tetapi kesadarannya belum hilang sama sekali.Namun, mendengar pertanyaan suaminya, wanita itu tak mampu menjawab. Maka, Maya yang kemudian menjelaskan."Mungkin kecapekan, Ton. Dari tadi dia nyuci baju sendirian karena mbak sibuk ber
Tiba di rumah sakit, Azmi langsung meminta dokter mengambil tindakan. Apapun yang perlu dilakukan dokter untuk menyelamatkan Sinta, ia tak keberatan. Tubuh adiknya yang sudah lemah tidak berdaya langsung dibawa ke ruang UGD untuk dilakukan tindakan penyelamatan.Kurang lebih satu jam kemudian, dokter keluar dari pintu ruangan dan mengabarkan jika Sinta sudah siuman tetapi kondisinya masih sangat lemah. Pendarahan sudah berhenti hanya saja perlu dilakukan kuret untuk mengeluarkan janin yang masih tertinggal di dalam rahim adiknya. Dan Azmi langsung meminta dokter melakukan tindakan tersebut jika memang itu tindakan terbaik demi keselamatan jiwa adiknya yang sangat ia khawatirkan itu.Bu Rina dan Mila sendiri sudah datang tak lama setelah Azmi memberi kabar tentang kondisi Sinta yang sakit, tepatnya pendarahan karena keguguran.Dan mendapati kenyataan itu, mereka pun buru-buru ke rumah sakit. Bu Rina tampak sedih dan berkali-kali mengutuk perbuatan Tony dan ibunya yang tega membuat putr
Sepeninggal Sinta dibawa paksa oleh kakaknya ke rumah sakit, Bu Tony tampak mondar-mandir di ruang belakang.Dilihatnya cucian baju dari para pelanggan laundry yang baru dibuka miliknya masih menggunung di tempat pakaian kotor dan membuatnya pusing sendiri. Kalau begini bisa-bisa bisnis yang sedang ia rintis ini akan macet karena kekurangan tenaga.Maya sendirian saja tidak akan bisa menyelesaikan pekerjaan itu. Sementara kalau harus menyewa jasa pekerja lain, sudah barang tentu keuntungan usaha harus dibagi dua untuk membayar upah mereka. Dan ini tentu saja tidak sejalan dengan rencananya semula.Niat awalnya semula merestui pernikahan Tony dan Sinta adalah demi bisa memanfaatkan tenaga menantunya itu secara gratis. Sayang, Sinta malah keguguran dan sekarang tinggal Maya sendirian di rumah ini. Itu tentu saja sangat tidak menguntungkan baginya.Sementara, setelah peristiwa tadi terjadi, mungkin keluarga Sinta tidak akan membiarkan lagi putrinya itu kembali ke rumah ini. Kecuali jika
Vino menatap tubuh adiknya yang tampak dipenuhi darah yang merembes dari luka di bagian kepala dan beberapa bagian tubuh lainnya yang mengalami cidera.Tubuh itu tampak tak bergerak dan dipenuhi selang. Ada selang infus, darah juga selang oksigen untuk membantu jalan pernafasannya.Tubuhnya juga dipenuhi luka dan darah di sana sini akibat cidera berat usai mengalami kecelakaan beberapa saat lalu.Vino merasa kacau. Pada saat yang bersamaan, ibu dan adiknya tiba-tiba mengalami insiden yang tidak ia sangka-sangka dan ia harapkan seperti ini. Tentu saja ia merasa semakin panik.Tak jauh beda dari sang adik, ibunya saat ini pun tengah dirawat di ruang ICU karena serangan stroke yang mendadak menimpanya.Entah apa yang baru saja terjadi pada diri ibunya itu tapi menurut Maya, sang ibu barusan jatuh di tempat mencuci pakaian sebab tak hati hati saat membantunya mengoperasikan mesin cuci guna menyelesaikan pekerjaan mencuci pakaian kotor dari para pelanggan laundry miliknya."Mas, sabar ya.
"Den, istri itu wanita yang kebetulan tinggal di rumahmu, numpang hidup! Makanya nggak usah terlalu baik. Nggak usah gaji pake diserahkan semua sama si Zahra. Enak sekali dia, kerja nggak, tiap bulan gajian!" seru ibu sembari mengambil amplop gaji bulanan dari tanganku dan menghitungnya.Setelah mengambil sebagain besar uang itu dan menyisakan hanya lima lembar uang kertas berwarna merah di dalamnya, akhirnya amplop itu pun diserahkan kembali padaku."Ini buat istrimu!" ujar ibu sambil menjejalkan amplop itu ke tanganku.Aku hanya bengong, tapi tak urung kuambil juga uluran tangan dari ibu itu."Istri itu orang lain yang kebetulan mendampingi kamu, Den! Kalau cocok dipertahankan. Kalau sudah nggak cocok, ya dibuang aja, cari yang baru! Nggak usah ribet. Perempuan banyak, mending uangmu kasih ke ibu aja. Ibu ini ibu kamu. Orang yang merawat kamu dari kecil. Ada bekas istri tapi nggak akan ada yang namanya bekas ibu. Ngerti kamu?" sambung beliau lagi dengan nada sinis yang sama.Mendeng