Share

KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN
KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN
Author: NawankWulan

Bab 1

Author: NawankWulan
last update Huling Na-update: 2023-04-01 12:20:17

"Mungkin memang benar kata Ibu. Weton kita nggak cocok. Makanya, hampir sebelas tahun berumah tangga, kita belum juga dikaruniai momongan. Aku ingin membahagiakan ibu di usia senjanya, Lin. Dia hanya ingin seorang cucu dariku. Pilihanmu sekarang hanya ada dua, cerai atau kamu mau dimadu."

Kalimat Mas Gilang detik ini, sungguh bagai petir yang menyambar tiba-tiba, tanpa adanya mendung ataupun hujan. Hatiku berdebar tak karuan. Ada perasaan sedih, kesal dan terluka yang tak bisa kugambarkan. Air mata luruh seketika. Aku tak mampu menjawab sepatah kata pun. Suara seolah tercekat di tenggorokan. 

 

Selama sebelas tahun bersama, hampir tak ada pertengkaran hebat terjadi dalam rumah tanggaku. Hanya pertengkaran-pertengkaran kecil yang wajar terjadi, sebagai bumbu dalam rumah tangga.

 

Jika dia marah, aku segera minta maaf. Begitu sebaliknya, bila aku mulai menunjukkan wajah tak enak, Mas Gilang selalu berusaha merayuku dengan caranya. Membuatku kembali tersenyum dan tertawa. Minta maaf atas kekhilafannya. Hingga pertengkaran itu tak pernah lebih dari satu hari. 

 

Tapi semenjak kehadiran ibu mertuaku dua minggu yang lalu di rumah ini, perangai Mas Gilang memang sedikit berbeda. 

 

Dia seringkali marah-marah tak jelas. Tiap kali kutanya kenapa? Dia hanya mendengkus kesal. Terkadang bilang capek, pusing atau ngantuk. Selalu itu jawabannya. Membuat hubungan kami menjadi tak seharmonis dulu. 

 

Puncaknya hari ini. Entah kenapa tiba-tiba dia bicara seperti itu padaku. Membuat mataku panas. Napasku sesak menahan isak. Mencoba sekuat tenaga untuk menahan linangan air bening itu, namun tak mampu. Kubiarkan ia mengalir sesukanya. Aku tak peduli lagi.

 

Kutatap nanar foto pernikahan kami yang terpajang di ruang tamu. Hatiku remuk. Puing-puing kehancuran itu seolah mulai tampak di pelupuk mata. Cerai atau dimadu? Sungguh bukan pilihan yang menguntungkan. Kedua pilihan itu tak ada yang berpihak kepadaku. 

 

Bagaimana mungkin aku bercerai dengannya? Sebelas tahun bukan waktu yang singkat untukku dan dia menjalin sebuah ikatan suci, saling melengkapi, saling mencintai dan saling menghargai. 

 

Selama ini, seberat apapun masalah yang kami pikul, berusaha untuk menyelesaikan semuanya dengan kepala dingin, dengan penuh kehati-hatian agar tak saling menyakiti. 

 

Sebelas tahun lamanya, meski tangis bayi belum pernah hadir di rumah ini, tapi kami tak pernah kehilangan cara untuk menjadi orang tua. Kami santuni anak yatim dan dhuafa setiap dua bulan sekali. Berbagi kasih, cerita dan harta yang mungkin tak seberapa. 

 

Sebelas tahun sudah kami lewati, susah senang kami lalui bersama. 

 

Mungkinkah semua itu akan berakhir di meja perpisahan? Ataukah aku harus ikhlas membiarkannya menikah lagi hanya untuk mendapatkan keturunan? Benarkah hanya demi itu? 

 

Aku mendecis perih membayangkan semuanya. Berbagi suami untuk adik madu? Atau aku memilih berpisah? Membuka kisah dan lembaran yang baru?

 

"Sudah ibu bilang dari dulu toh Lang, neptu weton kalian nggak cocok. Jangan dicocok-cocokin, jadinya ya gini ini. Sudah bertahun-tahun nggak dikasih momongan. Coba kamu dari dulu nikah sama Dewi, pasti ibu sudah momong banyak cucu."

 

Ibu mertuaku kembali mengompori Mas Gilang. Entah sudah berapa kali dia melakukan itu, tiap kali aku dan Mas Gilang ribut. Sejak ibuku meninggal enam bulan yang lalu, ibu mertua memang kerap datang. Menginap berminggu-minggu, namun kedatangannya hanya menyulut keributan demi keributan dalam rumah tanggaku. 

 

"Dewi itu keturunan subur, lihat kakaknya yang pertama, sudah punya anak tiga padahal baru nikah tujuh tahun. Kalau nggak KB mungkin bisa lebih banyak anaknya. Kakak keduanya juga sudah punya dua anak padahal baru nikah tiga tahun yang lalu, iya to?"

 

Aku diam saja mendengar komentar ibu mertua. Tertunduk lesu di sofa ruang tamu. Memikirkan apa yang akan terjadi padaku esok atau lusa atas pernikahanku dengan suamiku. 

 

Mas Gilang duduk tak jauh dariku, bersandar di sofa dengan mata terpejam. Tapi aku yakin dia tidak tidur. Sesekali mengerjap pelan kemudian kembali berusaha memejamkan matanya. 

 

"Percuma kamu cek sana-sini, Lin. Cuma ngabisin duit tapi nggak ada hasil apa-apa" Ibu kembali dengan nyinyirannya. 

 

"Kita ambil hikmahnya saja, Bu. Kalau Gusti Allah memang belum ngasih kepercayaan, ya terima dengan lapang dada. Kuncinya cuma sabar, InsyaAllah kalau Allah sudah menghendaki tanpa berobat ke sana-sini pun Lina akan hamil. Yang penting kita sudah ikhtiar, untuk hasilnya bagaimana pasrah sama Gusti Allah saja." 

 

Aku berusaha meyakinkan ibu, tapi ibu justru tak terima dengan ucapanku.

 

"Halah kamu ini, kalau dikasih tahu selalu begitu. Ngeyel. Protes terus. Nggak mau dengerin omongan orang tua. Menantu durhaka." 

 

Ibu melengos. Hatiku sakit mendengar ucapannya yang terakhir. Menantu durhaka, katanya? Padahal aku sudah berusaha sebaik mungkin untuk menjadi menantunya. Meski dari awal aku tahu tak diterima, tapi aku yakin sekeras-kerasnya hati seorang ibu, akan luluh kalau kita benar-benar ikhlas berbakti padanya. 

 

Tiap bulan kukirimkan sebagian gajiku sebagai guru sekolah dasar untuknya. Karena aku tahu pendapatan Mas Gilang dari usaha bengkel mobilnya belum terlalu banyak, mungkin baru cukup membayar para karyawan saja. Karena memang usaha itu masih tergolong baru jadi belum banyak mendapatkan pelanggan. 

 

Usaha sebelumnya sebagai produsen gamis, ludes terbakar api setahun yang lalu. Hanya menyisakan berapa puluh gamis yang tak seberapa harganya. 

 

Mas Gilang hampir putus asa saat itu, sampai akhirnya ibu rela menjual perhiasan dan tabungannya untuk modal usahanya. 

 

"Gimana, Lin? Kamu pilih pisah atau mau dimadu?" Pertanyaan ibu mertua kembali mengagetkanku. 

 

***

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Mga Comments (3)
goodnovel comment avatar
Rania Humaira
klu pns biasanya g boleh dimadu
goodnovel comment avatar
Dyah Astri Andriyani
byuuuuh....anak laki2 nggak tajir mlintir kok emaknya berani2nya nyuruh poligami,mau dikasih makan angin apa gimana yak???! nggk masuk akal bingit hahaha...kirain orang kaya,ternyata cuman mantan orang kaya hehehe...
goodnovel comment avatar
Hersa Hersa
ada mertua bangsatt kayak ginii ???? untung mertuaku tidak seperti ini
Tignan lahat ng Komento

Pinakabagong kabanata

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 61 (End)

    Althaf Radhika Alfahri.Anak laki-laki pertamaku yang rupawan. Dia adalah pelita yang menyinariku di saat gelap dan rapuh. Dia yang membuatku semakin kuat dan semangat di setiap keadaan dan dia yang membuatku semakin menyadari jika tak akan pernah ada kata sia-sia dari sebuah perjuangan dan kesabaran. Ada harapan dan doa yang kutanamkan dalam nama itu. Aku dan Mas Gilang sangat berharap kelak dia akan tumbuh menjadi anak laki-laki yang berhati lembut, sukses dan memiliki semangat untuk berbagi kebaikan hingga bisa bermanfaat untuk banyak orang.Detik ini, kulihat Mas Gilang yang sedang mengazani anak sulungnya dengan hati berbunga. Senyumnya mengembang. Wajahnya yang tampan memancarkan aura kebahagiaan. Ibu yang dulu seolah tak pernah memberi restu untukku, sekarang justru berbalik 180 derajat.Dia begitu menyayangiku setelah rencana buruk dan sandiwara menantu kesayangannya itu terbongkar semuanya. Cinta dan perhatian ibu padaku semakin bertambah saat anak pertamaku lahir. Ibu terli

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 60

    Pov : Maya"May, kamu di mana? Aku mau ketemu," ucap Mbak Dewi tiba-tiba setelah sekian minggu tak ada kabar."Mau ngapain sih, Mbak?" tanyaku cepat.Hatiku berdebar-debar, jangan sampai Mbak Dewi merencanakan sesuatu untuk mencelakakan Mbak Lina lagi. Aku nggak mau ikut campur. Mereka bisa benar-benar menjebloskanku ke sel."Rumah tanggaku hancur, May. Mas Indra menceraikanku. Istri tua dan keriputnya itu mengambil semua yang kupunya. Rumah dan mobil itu. Sekarang, aku di rumah ibu," ucap Mbak Dewi panjang.Mulutku ternganga seketika mendengar ceritanya. Aku yakin, Mbak Dewi pasti tak akan rela dan diam begitu saja. Dia pasti akan membalas perlakuan Mbak Lina. Karena masih menganggap Mbak Lina dalang semuanya."Sudahlah, Mbak. Jangan ganggu keluarga Mas Gilang lagi. Bahaya, Mbak. Mbak bisa benar-benar dimasukkan penjara nanti."Aku masih terus berusaha menasehati. Walaupun bagaimana, dia tetap kakakku. Aku sangat menyayanginya, meski kelakuannya seperti itu dan sering membuatku pusin

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 59

    Pov : Dimas Maya. Aku ingin sekali membencinya karena dia sudah tega menghianati cinta yang kupunya. Dia diam-diam berhubungan dengan lelaki lain yang jauh lebih mapan dan tampan. Saat tahu kabar itu, rasanya benar-benar sulit digambarkan.Banyak hal yang kami lakukan bersama, teganya dia pergi begitu saja. Namun, aku cukup heran kenapa sampai detik ini belum bisa melupakannya. Berulang kali mencoba untuk move on, berulang kali pula selalu gagal. Aku benci dengan perasaanku sendiri. Aku tak tahu mengapa harus mencintai perempuan yang sudah terang-terangan menghianatiku. Bahkan secara sengaja menikah dengan laki-laki lain yang lebih mapan, meski hanya menjadi istri kedua. Entah siapa yang bodoh dalam hal ini. Aku yang dibutakan oleh cinta dan nafsu atau dia yang hanya mengejar harta, tanpa peduli adanya cinta. Entah.Seperti kata pepatah, sepandai-pandainya tupai melompat suatu saat akan jatuh juga. Begitu pula dengan sandiwara Maya. Aku mengetahui gerak-gerik pengkhianatannya sebelu

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 58

    Sebelum maghrib, kami sudah sampai di rumah. Maya dan Bi Minah turun dari mobil Mas Adam. Perempuan itu masih saja menunduk dalam diam."Lang, aku pamit pulang, ya?" ucap Mas Adam tiba-tiba. Mas Gilang yang baru saja menutup pintu mobil, menoleh seketika."Nggak mampir dulu, Dam? Btw Makasih banyak atas bantuannya ya? Maaf selalu ngrepotin kamu," jawab Mas Gilang kemudian."Santai aja, Lang. Aku balik dulu deh, habis maghrib mau ada perlu soalnya," lanjut Mas Adam lagi."Oh, okey. Hati-hati kalau begitu," jawab Mas Gilang pelan sembari tersenyum.Mas Adam menatapku sekilas sebagai tanda pamit pulang. Dia kembali masuk ke mobilnya dan berlalu dari halaman.Tak berselang lama, muncul mobil hitam dop dari arah kanan, berhenti tepat di depan gerbang.Mas Gilang melangkah pelan menghampirinya. Bercakap sebentar dengan sang supir lalu menyuruhnya untuk masuk ke dalam rumah."Pak Roby dan Pak Emon. Dia datang membawa laki-laki itu. Ayah si Haikal," ucap Mas Gilang lirih di sampingku. Aku men

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 57

    Perempuan itu keluar kamar juga setelah sekian menit menunggu. Geram, kesal dan benci kembali menyergapku. Kutatap matanya yang menyiratkan ketakutan.Rasanya ingin sekali kumaki dan kutampar dia berulang kali, agar dia sadar. Kelakuannya selama ini bukanlah sesuatu yang lucu.Bagaimana mungkin dia berhubungan dengan orang lain tapi justru meminta suamiku untuk bertanggung jawab! Benar-benar keterlaluan. Tak punya adab.Apakah seperti itu yang diajarkan Dewi padanya? Merusak rumah tangga orang bagaimana pun caranya. Seperti syaitan yang begitu riang ketika sebuah keluarga di ambang perceraian."Maya!" Bentakku tiba-tiba. Dia terlonjak kaget. Mas Gilang memegang lenganku pelan. Membisikkan istighfar berulang kali.Mataku memanas menahan amarah yang memuncak namun aku tak kuasa mengungkapkannya. Kupendam sedemikian rupa, namun kali ini rasanya aku ingin membuat sedikit pelajaran padanya. Biar dia kapok, tak mengulangi kesalahannya lagi.Kucengkeram lengannya sekuat mungkin dengan tangan

  • KUSINGKIRKAN MADUKU DENGAN ELEGAN   Bab 56

    Pov : Maya Mas Gilang masih saja mencecarku dengan berbagai pertanyaan tentang Denis dan anak itu. Tak bisa mengelak dan begitu tersudut, akhirnya kuceritakan saja semuanya. Beragam bukti dia genggam membuatku tak bisa berkelit lagi. Kini aku mulai pasrah. Mungkin memang sudah waktunya aku menyerah dan kalah. "Kenapa kamu berbuat seperti ini, May? Apa kamu kira, aku akan membuangmu begitu saja saat aku tahu anak itu bukan darah dagingku?" tanyanya dengan penuh penekanan dan ketegasan.Aku tetap menunduk. Rasanya tak mampu membalas apapun yang akan dikatakan dan dituduhkannya nanti. Sesekali menyeka kedua pipiku yang makin lama makin basah. Ibu mertua ikut mengomel tak karuan. Membuat makin banyak polusi telinga. "Aku sudah menyuruh orang untuk memata-mataimu sejak lama. Aku juga tahu, kalau selama ini kamu tak kuliah. Uang kuliah dan jatah bulananmu sengaja kamu tabung untuk membangun rumah ini, kan?" tanyanya lagi. Bukan bertanya, namun dia memang sudah mengantongi kuncinya. Membu

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status