Bab 9: Pedang di Atas Papan Catur

Beberapa bulan berlalu di bawah tanah Veridian. Kael, yang kini semakin stabil dalam Ranah Sage yang langka, tidak lagi hanya memetakan gerakan musuh; ia mulai meramalkan gerakan tersebut. Varthas membawa pelatihan taktik ke level tertinggi: Permainan Perang Spiritual.

​Varthas menciptakan sebuah ruang di ujung terowongan, dindingnya diukir dengan pola-pola rumit. Ruangan itu berfungsi sebagai papan catur raksasa. Bidak yang mereka gunakan adalah gambaran spiritual dari Pasukan Tentara Kerajaan dan Serikat Pedagang—dua faksi yang diam-diam bersaing di Veridian.

​Varthas memberi Kael skenario: "Kerajaan telah mengetahui adanya jalur penyelundupan di bawah Gerbang Timur. Kerajaan mengirimkan lima unit ksatria elit untuk menutupinya. Serikat Pedagang hanya memiliki tiga unit penjaga, tetapi mereka memiliki kontrol terowongan."

​Kael harus menggerakkan bidak spiritualnya, menggunakan Perabaan Spiritual untuk merasakan dampak dari setiap gerakan. Setiap gerakan Kael, baik menyerang maupun bertahan, harus didasarkan pada perhitungan mental. Pendengaran Spiritual-nya kini tidak hanya menangkap suara, tetapi juga perhitungan kemungkinan—seperti menghitung probabilitas langkah dalam permainan catur.

​Pada awalnya, Kael sering gagal. Setiap kegagalan mental menyebabkan Pengecapan Rasa Sakit yang tajam di lidahnya, seperti meminum racun yang murni. "Lagi-lagi kau mengandalkan pedang, Kael!" Varthas menegur. "Ranah Sage tidak bertarung. Ia mengatur. Kau harus mengorbankan bidak kecil untuk memenangkan papan."

​Kael mulai mengubah strateginya. Ia membiarkan satu unit penjaga Serikat Pedagang tertangkap di Gerbang Utara, menciptakan gangguan yang disengaja. Saat perhatian Kerajaan terfokus di sana, Kael menggunakan dua unit tersisa untuk memutus jalur komunikasi Ksatria elit di Selatan, memaksa mereka kembali ke basis.

​Kael menyadari bahwa taktiknya juga melibatkan waktu. Ia menggunakan Perabaan Spiritual untuk mengukur detak jantung emosional di balik bidak-bidak itu: kepanikan, ketidakpastian, kelelahan.

​Setelah berminggu-minggu latihan, Kael akhirnya berhasil. Ia menggunakan jejak palsu dari latihan sebelumnya, menipu Ksatria elit agar mengejar Bayangan Veridian yang tidak ada. Ksatria itu terjebak dalam jebakan logistik, dan jalur penyelundupan Serikat Pedagang terbuka lebar.

​Kael menyelesaikan gerakannya. Ruangan itu hening. Penciuman Kael hanya menangkap bau debu, bukan lagi bau sihir frustrasi.

​Varthas mengangguk. "Ranah Sage, Tahap Puncak. Kau tidak hanya melihat musuhmu, Kael. Kau melihat langkah musuhmu sebelum mereka sendiri tahu ke mana mereka akan pergi. Kau sekarang adalah Sword Sage."

​Varthas berjalan ke tengah ruangan dan meletakkan tangannya di dada Kael, tepat di tempat kristal ungu ENS berdenyut. "Selama delapan tahun, Darah Emas dan Api Abadimu telah ditempa. Kini ia menjadi satu. Pedang Besi adalah disiplinmu, tetapi Cahaya Perunggu adalah wujud barumu. Kau telah mencapai Puncak Ranah. Darah Emasmu telah memenuhi syarat untuk Keabadian Fisik."

​Kael merasakan energi Varthas mengalir masuk, menguatkan kristal di jantungnya. Ia merasakan tubuhnya, yang berusia delapan tahun, kini diikat pada masa depan. Ia akan mencapai kematangan fisik dan kemudian berhenti di sana—abadi secara visual.

​Varthas menunjuk kembali ke atas, ke Veridian yang ramai. "Waktunya telah tiba, Kael. Orang tuamu masih di sana. Tugas pertamamu sebagai Sword Sage adalah memastikan keselamatan mereka. Ini adalah tugas pribadi pertamamu. Pergi dan lihatlah, tetapi jangan biarkan mereka melihatmu."

​Kael mengambil Pedang Cahaya Perunggu, memasukkannya ke sarung yang tersembunyi di punggungnya. Ia mendaki tangga spiral, meninggalkan kegelapan Ranah Sage di belakangnya. Ia keluar ke jalanan Veridian, ke keramaian manusia yang tidak tahu bahwa di antara mereka kini berjalan Rey, Darah Emas, Sword Sage yang abadi, berusia delapan tahun, yang niatnya kini terfokus pada keselamatan dua jiwa di tengah kota.