Apakah seperti ini rasanya menjadi spesial bagi orang lain? Rasanya nikmat dan bahagia tiap detik seperti hujan yang turun di padang gurun. Hanya bersenggol tangan, berpapasan di jalan, atau mata mereka yang saling bertemu. Kyrena sudah tidak bisa membedakan yang mana dunia nyata dan imajinasi, kepalanya di penuhi oleh sosok Aron saja.
Mungkin bumi akan terpecah bila Aron menghilang dari pandangannya, cinta memang sangat ironis. Gadis ini masih mengingat betul bagaimana teman-teman perempuan di akademik nya saat membicarakan pria idaman mereka. Penuh dengan tatapan binar, dan cinta mereka terasa sangat tulus juga naif. Kyrena tidak pernah menyangka kalau dia juga akan mengalami fase yang sama, akan sangat menyakitkan jika pria itu lebih dulu meninggalkan nya. Sejujurnya Aron tidak pernah secara gamblang mengajak dia untuk menjalin hubungan, tapi sikap putra mahkota Alvah men
"Gagak Hitam." Langkah Kyrena terhenti saat mendengar suara kecil Asteria. Alis nya bertaut untuk memastikan indera pendengaran nya, sebutan itu sangat familiar. Kyrena mencoba berpikir keras tapi kepalanya terasa sakit saat mencoba mengingat panggilan itu, kemudian Asteria menepuk bahunya. Gadis itu terserap kedalam netra biru langit indah milik Asteria, mata itu selalu berhasil membuat dia tertegun."Hei? Apa kau baik-baik saja?" tanya Asteria terdengar khawatir. Pria itu melihat Kyrena yang memegang erat kepalanya, tangan gadis itu mengepal di pinggir gaunnya. Kyrena seperti menahan rasa sakit."Aku baik-baik saja""Begitu kah? Baiklah aku akan mengantarmu ke sana," tawar Asteria, tapi ditolak oleh Kyrena."Tidak
Hari ini seluruh keluarga kerajaan Alvah lengkap berkumpul di ruang makan dengan Kyrena. Allerick duduk di kursi kebersarannya dengan Kyrena yang berada di seberang meja panjang. Kyrena adalah tamu spesial, dan tentu saja dia akan terus di perlakukan spesial sampai purtri itu keluar meninggalkan kerajaannya."Bagaimana hidangannya putri? apa kamu menyukainya?" tanya Allerick selaku pemilik rumah. "Tentu saja sangat lezat Yang Mulia, para koki kerajaan menyiapkan hidangan yang luar biasa setiap harinya,"jawab Kyrena tulus."Syukurlah kalau kamu menyukainya. Ini pertama kalinya kita menyantap makanan dimeja yang sama, saya beraharap kamu merasa nyaman dengan kehadian saya.""Tentu saja Yang Mulia, ini suatu kehormatan bagi saya bisa makan semeja dengan Yang Mulia raja. Mohon anda untuk tidak sungkan kepada saya," ujar Kyrena dengan senyuman tipis. Tanpa disadari oleh siapapun Aron memperhatikan Kyrena dengan seksama, tatapannya sangat lembut dan
Kata orang iri hati adalah penyakit yang tidak akan pernah bisa sembuh. Kalau dipikirkan sebenarnya Alice tidak punya alasan yang jelas mengapa dia tidak suka melihat kehadiran Kyrena, tapi saat ini dia sudah punya alasan yang jelas mengapa dia sangat membenci Kyrena. Gadis itu selalu melampaui nya. Bagi Alice, kakaknya yang kedua adalah orang yang paling sulit untuk dia curi hatinya, meskipun Asteria tidak secara gambling menunjukkan nya tapi Alice masih bisa merasakan kalau kakaknya itu tidak begitu senang dengan kehadirannya. Asteria terkadang selalu menjauhinya bahkan disaat pria itu hanya memiliki sedikit waktu di istana, pria itu hanya selalu memberikan hadiah-hadiah kecil dari perjalanannya tapi dia tidak pernah menunjukkan kasih sayang yang didambakan Alice darinya.Tapi melihat interaksi Asteria saat di meja makan bersama dengan Kyrena membuat rasa sakit dihatinya seperti ditaburi garam. Pedih melihat kakaknya yang selalu melempar raut wajah dingin bisa dengan mudah
Saat ini Kyrena duduk di pojok perpustakaan kerajaan Alvah, dengan kacamata yang sudah lama bertengger di hidungnya. Ini sudah tengah hari, entah berapa lama gadis itu menghabiskan waktu hanya dengan tumpukkan buku-buku tebal yang lusuh. Yang pasti Kyrena selalu menikmati waktu seperti ini dengan santai, apalagi belakangan ini dia selalu di ganggu oleh kehadiran Asteria. Kyrena cukup yakin saat ini perpustakaan adalah tempat pelarian yang tepat, walaupun pria itu berhasil menemukannya, dia tidak akan bisa berisik dan riburt di perpustakaan. Ibarat kata sekali dayung dua-tiga pulau terlewati, perpustakaan memang tempat terbaik untuk bebas.“Putri?” suara Alice mengintrupsi Kyrena. Awalnya Alice memang berniat ingin menghabiskan waktunya bersama Aron di perpustakaan seperti yang biasanya mereka lakukan, siapa sangka ternyata dia malah harus bertemu Kyrena. Orang yang paling dia benci saat ini.“Ah putri Alice, maafkan saya karena bersikap kurang sopan,&
Asteria hanya bisa selalu tersenyum saat melihat wajah lucu Kyrena, bahkan selera humornya bisa sebatas gadis itu saja bila bersamanya. Persetanan dengan rencana Aron, dia bahkan sudah tidak perduli apakah Kyrena menyukai Aron atau tidak, yang pasti dia ingin mengejar gadis ini.Kyrena melahap pai apelnya dengan semangat, tapi dia sedikit risih dengan tatapan Asteria yang melekat. Bahkan saat ini Kyrena bisa merasakan bola mata pria itu seakan ingin melompat keluar, sebenarnya apa yang sedang dia pikirkan? Dia tidak sedang berpikiran senonoh kan? Tanpa sadar Kyrena segera menutup mata Asteria dengan telapak tanganya setelah menerka hal tersebut.“Hei, apa yang kau lakukan?” ucap Asteria bingung, tapi dia tidak keberatan kalau tangan Kyrena menutup matanya, lama pun tidak apa-apa. “Kau tidak sedang berpikir yang lain-lain kan?” Asteria mengerutkan alisnya, dia tidak mengerti apa yang dimaksud Kyrena.“Sebenarnya aku tidak mengerti ap
Kyrena mencabik-cabik bantal kepalanya dengan kesal. Barusan itu kejadian macam apa? “Seharusnya kau saja yang mati,” ucap Kyrena menirukan gaya Asteria yang tadi berbicara di taman. Setelah pria itu berkata kasar, dia pergi meninggalkan Kyrena seorang diri. Andai saja ada batu, pasti sudah dia lempar batu itu ke kepala Asteria hingga berdarah. Mengingatnya saja kembali membuat dia kesal setengah mati. “Lain kali akan kupastikan untuk membalas semua perlakuan dia padaku,” sumpah Kyrena pada dirinya sendiri.Tapi sekarang dia harus berpikir dengan kepala dingin, entah apa maksud dari semua perkataan Asteria padanya. “Bahkan dipikirkan dengan kepala dinginpun aku masih tidak tahu kesalahanku ada dimana,” gumamnya. Kyrena yakin betul ini pertama kalinya dia datang ke Alvah, lalu bagaimana bisa Asteria berbicara seolah olah dia sudah pernah kesini sebelumnya?“Luna, kapan kematian Ratu Alvah?” tanya Kyrena pada Luna yang seda
Kyrena duduk termenung di dalam rumah kaca tempat dia biasanya menghabiskan waktu jika sudah bosan. Saat ini kepalanya di penuhi dengan pikiran rumit layaknya benang kusut, ingatannya terbang saat terbagun pagi tadi. Kyrena memimpikan hal yang aneh, tapi dia tidak bisa mengingat dengan jelas gambaran mimpi itu seperti apa meskipun dia terasa nyata. Satu-satunya yang bisa dia ingat hanyalah mata biru safir yang menyala, lainnya tampak buram tidak peduli sekeras apapun dia memaksa.Setelah dia tersadar dari mimpi, kepalanya serasa dilempar batu besar. Pandangannya hingga berkunang-kunang dan badannya terasa sangat sakit. Apakah ada seseorang yang membacakan mantra mimpi untuknya? Tapi dipikirkan pun tidak mungkin karena penggunaan sihir di istana sangat dibatasi, dan hanya orang tertentu yang boleh menggunakan sihir di lingkungan istana. Kyrena juga sudah memeriksa apakah memang ada, tapi hasilnya nihil. Dibandingkan sihir mimpi Kyrena merasa ini seperti memori lama yang terkun
"Bagaimana persiapannya?" Aron bertanya kepada Jason."Semuanya sudah berjalan dengan baik Yang Mulia, Besok panggung yang telah anda siapkan akan membuka tirainya," jawab Jason dengan tenang. Aron meminum sampanye yang sejak tadi dia pegang di bawah sinar rembulan. Ada perasaan senang, setelah bertahun-tahun akhirnya dia bisa membuka tirai panggung yang selama ini di buat dengan susah payah."Bagaimana dengan kabar petinggi klan monster itu? bagaimanapun kita memerluka mereka untuk di jadikan kambing hitam." Jason melirik ke arah majikkannya. Entah sudah berapa lama Jason terbiasa dengan ucapan Aron yang menyeramkan, tapi ini tetap saja tidak manusiawi. "Mereka siap berada di pihak kita, Yang Mulia," tegas Jason. Bagaimana pun Dark Elf merupakan makhluk hidup bukan? Pada dasarnya mereka juga monster, hanya saja bentuk fisik mereka jauh berbeda dengan saudara mereka White Elf. Padahal kalau dipikirkan lagi, Aron dan Asteria memiliki darah Elf juga meskipun