Kyrena melangkah mendekati Luna yang tampak khawatir, saat gadis berambut ungu itu menangkap siluet Kyrena dengan cepat dia berlari mendekat. Luna memegang bahu Kyrena kemudian membulatkan matanya untuk melihat keadaan Kyrena, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki terus seperti itu sebanyak 3 kali.
Luna menghela nafas saat mendapati Kyrena tidak terluka sedikitpun dan mengelus dadanya, ia seketika merasa lega dan jantungnya kembali berdetak normal. Kyrena melebarkan pandangannya dan mencari Lucien, yang sepertinya belum muncul sedari tadi. "Dia belum kembali?""Belum. Dibandingkan itu, kamu harus segera memberitahukan ku kemana saja kamu!? Aku takut terjadi sesuatu padamu!" tegas Luna."Aku hanya memetik bunga, aku ingin membuat mahkota saat dijalan nanti," jawab Kyrena dengan bahagia. Luna tidak bisa memarahinya, selama di perjalanan Kyrena cenderung menunjukkan raut wajah yang suram, kalau seperti ini Luna sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimanapun prioritasnya adalah membuat Kyrena bahagia dan tidak stress, kali ini Luna akan berbesar hati untuk memaklumi tindakan Kyrena demi kebaikan gadis itu juga.Batang pohon di atas mereka berdua bergoyang, Lucien muncul dengan sihir tepat di atas mereka. Pria itu melepaskan masker yang dia gunakan dan turun dari batang pohon tersebut. Kyrena melambai dengan senyuman lebar sambil menunjukkan kantong yang berisikan bunga hasil petikan nya. Lucien menatap mereka berdua cukup lama hingga memberitahukan sesuatu."Kita akan segera berangkat. Mulai dari sini, sihir kalian tidak akan berguna secara baik karena matahari," lapor nya sambil merapikan tenda yang digunakan oleh mereka.***Di sepanjang perjalanan Kyrena tengah sibuk dengan bunga-bunga berwarna merah muda yang dipetik nya tadi. Luna hanya menatap tanpa ada niatan untuk mengganggu Kyrena dari kesibukan nya, terkadang Kyrena memang kekanak-kanakan.Kereta kuda mereka sampai di gerbang perbatasan Alvah. Para petugas disana menghentikan kereta tersebut dan melakukan pemeriksaan yang ketat pada barang bawaan mereka, tidak lupa memeriksa surat izin untuk memasuki area kerajaan Alvah. Setelah berhasil melewati berbagai pemeriksaan, akhirnya kereta kuda mereka lolos dan melanjutkan perjalanan menuju Istana.Cahaya matahari menyambut ketiganya dengan terang, barang barang disekitar sana memantulkan sinar matahari dan sejauh mata memandang air sangat melimpah di kerajaan ini. Kyrena tak bisa berbohong, ia takjub akan keindahan Alvah. Matanya bersinar-sinar memandangi kerajaan itu dari jendela. Burung merpati terbang berkelompok di atas langit yang biru, pepohonan tumbuh rindang dan subur, serta para penjala ikan dan petani yang melakukan kegiatan mereka. Semuanya tampak seperti dunia yang baru baginya. Kyrena cukup bahagia menikmati pemandangan yang baru itu, meskipun di satu sisi Dia memiliki perasaan sedih dan bersalah.Drystan tidak mempunyai sesuatu seperti Alvah, yang bisa menikmati berbagai jenis makanan dan berwarna seperti yang dilihat olehnya saat ini. Meskipun begitu Kyrena tetap tersenyum, setidaknya pilihan dia untuk datang ke Alvah tidak akan mengecewakan, dia mengelus jubah di sebelah duduknya yang di berikan oleh ratu Erzulie saat berangkat ke Alvah dan mengingat momen itu dengan baik.***Kyrena melangkahkan kakinya keluar dari ruangan, mendapati Erzulie tengah berdiri sendiri di lorong dengan sebuah jubah di bahunya. "Tuan Maeve, bisakah kamu meninggalkan aku dan putriku berdua?""Dengan senang hati Yang Mulia. Tuan putri, saya akan menunggu anda di kereta kuda." Lucien pergi meninggalkan Kyrena dan Erzulie di lorong."Bagaimana kabarmu?" tanya Erzulie dengan senyuman getir. Kyrena tidak bersuara sedikit pun, dia tidak bisa berbohong tentang keadaan, tetapi disisi lain ini sudah menjadi tugas baginya selaku bagian dari keluarga kerajaan.Erzulie tetap tersenyum, kemudian memasangkan jubah yang di pegangnya pada bahu Kyrena. Ia menggenggam kedua tangan Kyrena dengan lembut dan berlutut di hadapan putri semata wayangnya. "Ibu, apa yang hendak kamu lakukan?" ucap Kyrena."Anakku, ketahuilah seberapa penting kamu di hidupku. Jika aku bisa memilih, aku sungguh ingin kamu tumbuh seperti anak-anak yang lainnya. Bahumu terlalu kecil untuk menanggung semua ini," ucap Erzulie dengan sendu.Itu adalah mimpi yang sangat ingin di wujudkan oleh Erzulie untuk putrinya, sejak kecil ratu itu sudah melihat anaknya yang berumur 5 tahun harus memegang pedang tajam serta panah dan busur. Apalagi saat mendapati bahwa penerus kerajaan adalah seorang putri, banyak petinggi dari Drystan yang tidak menerima kehadiran Kyrena dan membuat gadis itu semakin keras pada dirinya sendiri. Bahkan di saat-saat seperti ini Erzulie merasa gagal menjadi orang tua dan terlalu keras mendidik Kyrena. Andai saja putri itu tidak lahir dari rahimnya, Erzulie adalah orang yang paling bahagia karena anaknya tidak perlu tumbuh dengan banyak luka dan konflik.Kyrena mengangkat ibunya untuk berdiri, dia masih tidak bisa berkata-kata sedikit pun. Akan tetapi dia sangat menyayangi Ibunya, dia tidak ingin melihat Erzulie berlutut di depannya seperti itu. "Aku menyayangimu Ibu." Hanya itu kalimat yang bisa dia keluarkan dari bibirnya.Bagaimanapun Erzulie adalah ibu dan ratu di negeri ini, Kyrena tetap menyayangi dan mencintai ibunya. Hatinya akan sangat terluka bila Erzulie bersikap seperti itu di depan Kyrena, karena dia sangat menghormatinya.Hati seorang ibu tidak bisa berbohong, Erzulie memeluk putri semata wayang nya dan mengelus rambut hitam milik Kyrena. Dengan suara yang serat, dia menyanyikan sebuah alunan lagu yang indah untuk Kyrena.Alunan lagu yang merupakan doa ibu untuk seorang anak yang akan pergi jauh dari pengawasan nya, seperti lullaby yang akan membuat anak merasa nyaman dimanapun dia berada seperti pelukan ibu yang hangat.***Kyrena merasakan hal yang aneh pada tubuhnya, dia merasa seperti akan mengeluarkan seluruh isi perutnya dan kepala dia terasa berputar-putar sangat pusing. Dia tidak sedang mabuk perjalanan, kemudian penglihatan nya mulai tak jelas, dan dia berkeringat banyak. Tingkah Kyrena yang tiba-tiba lemas dan lesu membuat Luna khawatir dan menanyakan keadaannya. Kyrena hanya menjawab kalau dia baik-baik saja, mungkin tubuh dia yang tidak terbiasa menerima banyak sinar matahari. Semakin lama penglihatannya semakin buram dan kepalanya semakin sakit, akhirnya Kyrena memutuskan untuk memejamkan mata dan beristirahat sejenak selama perjalanan."Kamu yakin kamu baik-baik saja?" tanya Luna untuk memastikan lagi."Yah aku baik-baik saja, bangunkan aku saat kita sudah mendekati kastil."Luna melihat Kyrena yang tertidur pulas dengan cepat, dia sama sekali tidak mencurigai keadaan Kyrena karena dia pun merasakan perasaan yang tidak enak pada tubuhnya. Kulit Luna serasa dibakar dan kepalanya seakan ingin meledak, badan mereka tidak terbiasa untuk menerima banyak paparan sinar matahari. Mereka besar di tempat yang gelap dan minim pencahayaan, tentunya tidak mudah bagi mereka untuk beradaptasi.***Asteria memacu kudanya lebih cepat lagi, membuat Rafael kesulitan untuk mengimbangi nya. "Sebenarnya siapa gadis bodoh yang memetik bunga beracun itu?" tanya Rafael dengan suara yang lantang. Sialnya Asteria tidak yakin dengan nama gadis tersebut, tapi dia yakin gadis yang di temui nya di hutan tadi adalah orang penting dari Drystan."Mungkin, putri dari kerajaan Drystan."Cahaya Matahari menyadarkan Kyrena dari tidurnya. Saat terbangun dari tidurnya, dia sudah berlumuran dengan keringat dingin sebesar biji jagung, kulitnya tampak semakin pucat dan dia sulit mengendalikan tubuhnya. "Kyrena, lihat itu!" tunjuk Luna pada jendela dengan heboh. Kyrena melirik dengan ujung mata, Istana Alvah tampak sangat megah dan berkilau ditengah-tengah air. Di depan gerbang utama terdapat patung manusia yang menyiramkan air mencerminkan kesuburan.Seekor burung dengan bulu emas terbang mengitari kereta kuda mereka, mengeluarkan suara merdu nya yang gagah seakan menyambut kedatangan gerombolan Kyrena. Ditengah jalan menuju kastil, sebuah sungai buatan mengalir dengan tenang dan terdapat ikan-ikan hias yang melompat lompat memamerkan sirip nya yang berwarna-warni. Kyrena merasa sangat takjub dengan pemandangan luar biasa dari kastil bersinar itu. Puncak ujung kastil itu tepat di tengah matahari yang bersinar terang menunjukkan kemegahan yang
Langkah kaki Erzulie bergema di sepanjang lorong menuju ruangan raja. Ketika para prajurit melihat Ratu yang muncul dengan ekspresi marah, mereka tidak berani melakukan apapun. Iyan bahkan tidak sempat membukakan pintu untuk Erzulie, wanita itu langsung saja menerobos pintu dan membanting nya. "Beritahukan aku alasan yang bagus. Mengapa harus Kyrena?" tuntut Erzulie dengan keras. Wajah raja yang duduk di kursi kebesarannya itu tertutup oleh sejumlah dokumen dan kertas dimana-mana. Dia adalah sosok pemimpin Drystan, Yang Mulia Raja Khrysaor Yvaine. Erzulie masih berdiri di hadapan pria itu dengan posisi yang sama, sementara Khrysaor sama sekali tidak memperdulikan keberadaan ratu itu. Erzulie mengetuk meja pria itu, tetapi yang di dapati hanyalah lirikan dari sudut kacamatanya. "Yang Mulia Raja, Yang Mulia Ratu sedang berbicara pada anda," ucap Iyan yang berusaha menengahi keduanya. Khrysaor melepaskan kacamata yang sedari t
Disepanjang jalan menuju Istana, Kyrena mengutuk dirinya sendir. Kenapa sama sekali tidak terpikirkan olehnya bahwa Asteria itu adalah pangeran? Maksudnya, pria itu bahkan berkata kalau mereka pasti akan bertemu lagi bukan?Gadis bersurai hitam itu juga masih kesal dengan tawa mengejek Aron dibelakangnya. Kyrena tidak bisa menyembunyikan wajah yang menahan malu, sepertinya ia harus segera bertemu dengan Asteria dan berterimakasih. Tetapi Aron memberitahukan padanya bahwa Asteria adalah pangeran yang paling jarang berada di istana, dia bisa pergi berbulan-bulan dari istana dan kembali hanya untuk mengambil barang penting saja. Sungguh pangeran yang tidak berbakti pada negara."Sudahlah, kamu sudah lebih dari cukup tertawa," ucap Kyrena dengan suara kecil. Aron menggeleng, sebelum matahari terbenam akhirnya mereka sudah sampai di pintu gerbang sebelah timur. Kedua prajurit yang bertugas saat itu tampak sedikit kaget melihat Aron berjalan bersama tuan putri
Alice tersenyum ceria saat Kyrena menerima tawarannya. Dia memerintahkan beberapa pelayan untuk membawakan makan-makanan yang akan dihidangkan kepada para bangsawan dan mengajak Kyrena bersamanya untuk menghadiri acara minum teh itu. Mereka berdua melewati taman mawar yang indah, di sebelah kirinya terdapat sungai buatan kecil dan air pancur. Di meja bundar sudah ada beberapa putri yang duduk dengan manis sambil memegang kipas, mereka semua memakai topi untuk menghindari cahaya matahari yang akan merusak riasan dan menggunakan gaun mewah. Saat Kyrena dan Alice datang bergabung, Serempak para wanita bangsawan tersebut berdiri dari duduknya dan mengucapkan salam kepada Alice, " Salam kepada Matahari yang Agung, Tuan Putri Alice." ucap mereka sambil mengangkat gaunnya sedikit ke atas sebagai bentuk kehormatan mereka pada keluarga kerajaan. Beberapa dari mereka melirik Kyrena yang merupakan wajah baru di Istana, dengan perasaan yang canggung Kyrena membungk
Setelah bergumul dengan beberapa masalah pertemanan dan rumor-rumor aneh tentang Kyrena, akhirnya orang-orang di dalam istana mulai membuka hati mereka untuk mengenal orang-orang dari Drystan. Rumor-rumor yang salah tentang Drystan pun mulai berkurang, meskipun tidak sepenuhnya tetapi ini merupakan perkembangan yang baik dalam hubungan antara kedua negara tersebut. Pagi ini Aron memanggil Kyrena ke ruang kerja nya. Dan pagi ini juga Kyrena merasa sedikit aneh dengan tingkah Lucien, tiba-tiba saja dia mengenakan pakaian formal selayaknya ajudan. Diperjalanan menuju ruang kerja Aron, Kyrena berjumpa lagi dengan Asteria setelah pesta minum teh beberapa hari yang lalu. Kali ini hanya mereka berdua dan tidak ada orang lain, karena itu Kyrena memutuskan untuk segera berbicara dan berterima kasih pada Asteria kali ini. Dia tidak tahu kapan pria itu akan muncul lagi di istana."Anu, terimakasih pangeran Asteria! Berkat ketulusan hati anda saya masih be
Suara langkah kaki Aron dan Jason terdengar di sepanjang lorong menuju kamar tidurnya. Di perjalanan Aron memerintahkan Jason agar menyediakan alat pemburu monster. "Tuan Aron, apakah menurut anda ini terlalu berlebihan?" "Tidak, kita harus menangkap monster itu, Ayahku menyetujuinya dan aku tidak bisa berbuat banyak.""Tetapi jika kita keberatan, kita bisa meminta bantuan pada nona Kyrena,""Ikuti saja perintahku." Langkah Aron berhenti, di hadang oleh Asteria yang bersama dengan Rafael. Aron tersenyum miring menatap adiknya, setelah sekian lama dia tidak menampakkan wajahnya di hadapan Aron. Aron bertanya-tanya apa yang membuat Asteria dengan begitu percaya diri tampil dan menghadang langkahnya, tetapi Asteria dengan santai memberikan hormat tanpa rasa bersalah sedikitpun. "Ada keperluan apa hingga seorang Asteria yang menolak melakukan tugas negaranya muncul di hadapanku?" Asteria mengangkat kedua tangannya dengan ekspresi
Kyrena berjalan bersama Aron mengelilingi hutan, tentu saja diikuti dengan beberapa prajurit bersama mereka. Jason dan Lucien sebagai tangan kanan mereka berdua kembali bertemu lagi. Berbeda dengan Aron dan Kyrena yang tampak mesra, sebagai prajurit yang di percaya pengawasan mereka sangat ketat, mereka berdua saling merasa terancam dan berwaspada satu dengan yang lainnya.Jason punya insting yang tinggi dalam mengenal seseorang, baginya Lucien cukup misterius dan seseorang yang sulit untuk di tebak. Sebaliknya, Lucien sangat waspada terhadap apapun yang ada di Alvah mengingat kalau Kyrena dan dirinya berada di kandang musuh kurang lebih selama 6 bulan.Aron menggenggam tangan Kyrena dengan erat saat melewati bebatuan licin, beberapa kali mereka juga tampak seperti kekasih yang sedang bertamasya ke hutan.
Kyrena masih tertidur dengan cantik diatas ranjang, sepertinya dia enggan membuka mata setelah kejadian Troll itu. Luna duduk di pinggir kasur sambil membersihkan tangan Kyrena dengan kain basah, dia merasa sedih melihat keadaan Kyrena saat ini tapi dia tidak bisa menunjukkannya.Kenyataannya insiden ini terjadi karena kerajaan mereka yang mengusulkan untuk melakukan tradisi debutante Drystan di Alvah, para warga justru menyalahkan Kyrena atas terlukanya pangeran Aron akibat permintaan itu. Setelah rombongan yang tersisa sampai di istana, Luna cukup terkejut mendapati Kyrena yang sudah tak sadarkan diri pangku oleh Aron. Sesampainya di istana Aron pun pingsan karena kehabisan tenaga, meskipun tidak lama setelahnya dia tersadar. Satu-satunya keadaan yang baik adalah Lucien, dia hanya mengalami luka ringan. Hal tersebut justru membuat Lucien marah pada dirinya sendiri karena t