Share

4 | Alvah

Kyrena melangkah mendekati Luna yang tampak khawatir, saat gadis berambut ungu itu menangkap siluet Kyrena dengan cepat dia berlari mendekat. Luna memegang bahu Kyrena kemudian membulatkan matanya untuk melihat keadaan Kyrena, dari ujung rambut hingga ke ujung kaki terus seperti itu sebanyak 3 kali.

Luna menghela nafas saat mendapati Kyrena tidak terluka sedikitpun dan mengelus dadanya, ia seketika merasa lega dan jantungnya kembali berdetak normal. Kyrena melebarkan pandangannya dan mencari Lucien, yang sepertinya belum muncul sedari tadi. "Dia belum kembali?"

"Belum. Dibandingkan itu, kamu harus segera memberitahukan ku kemana saja kamu!? Aku takut terjadi sesuatu padamu!" tegas Luna.

"Aku hanya memetik bunga, aku ingin membuat mahkota saat dijalan nanti," jawab Kyrena dengan bahagia. Luna tidak bisa memarahinya, selama di perjalanan Kyrena cenderung menunjukkan raut wajah yang suram, kalau seperti ini Luna sudah tidak bisa berbuat apa-apa. Bagaimanapun prioritasnya adalah membuat Kyrena bahagia dan tidak stress, kali ini Luna akan berbesar hati untuk memaklumi tindakan Kyrena demi kebaikan gadis itu juga.

Batang pohon di atas mereka berdua bergoyang, Lucien muncul dengan sihir tepat di atas mereka. Pria itu melepaskan masker yang dia gunakan dan turun dari batang pohon tersebut. Kyrena melambai dengan senyuman lebar sambil menunjukkan kantong yang berisikan bunga hasil petikan nya. Lucien menatap mereka berdua cukup lama hingga memberitahukan sesuatu.

"Kita akan segera berangkat. Mulai dari sini, sihir kalian tidak akan berguna secara baik karena matahari," lapor nya sambil merapikan tenda yang digunakan oleh mereka.

***

Di sepanjang perjalanan Kyrena tengah sibuk dengan bunga-bunga berwarna merah muda yang dipetik nya tadi. Luna hanya menatap tanpa ada niatan untuk mengganggu Kyrena dari kesibukan nya, terkadang Kyrena memang kekanak-kanakan.

Kereta kuda mereka sampai di gerbang perbatasan Alvah. Para petugas disana menghentikan kereta tersebut dan melakukan pemeriksaan yang ketat pada barang bawaan mereka, tidak lupa memeriksa surat izin untuk memasuki area kerajaan Alvah. Setelah berhasil melewati berbagai pemeriksaan, akhirnya kereta kuda mereka lolos dan melanjutkan perjalanan menuju Istana.

Cahaya matahari menyambut ketiganya dengan terang, barang barang disekitar sana memantulkan sinar matahari dan sejauh mata memandang air sangat melimpah di kerajaan ini. Kyrena tak bisa berbohong, ia takjub akan keindahan Alvah. Matanya bersinar-sinar memandangi kerajaan itu dari jendela. Burung merpati terbang berkelompok di atas langit yang biru, pepohonan tumbuh rindang dan subur, serta para penjala ikan dan petani yang melakukan kegiatan mereka. Semuanya tampak seperti dunia yang baru baginya. Kyrena cukup bahagia menikmati pemandangan yang baru itu, meskipun di satu sisi Dia memiliki perasaan sedih dan bersalah.

Drystan tidak mempunyai sesuatu seperti Alvah, yang bisa menikmati berbagai jenis makanan dan berwarna seperti yang dilihat olehnya saat ini. Meskipun begitu Kyrena tetap tersenyum, setidaknya pilihan dia untuk datang ke Alvah tidak akan mengecewakan, dia mengelus jubah di sebelah duduknya yang di berikan oleh ratu Erzulie saat berangkat ke Alvah dan mengingat momen itu dengan baik.

***

Kyrena melangkahkan kakinya keluar dari ruangan, mendapati Erzulie tengah berdiri sendiri di lorong dengan sebuah jubah di bahunya. "Tuan Maeve, bisakah kamu meninggalkan aku dan putriku berdua?"

"Dengan senang hati Yang Mulia. Tuan putri, saya akan menunggu anda di kereta kuda." Lucien pergi meninggalkan Kyrena dan Erzulie di lorong.

"Bagaimana kabarmu?" tanya Erzulie dengan senyuman getir. Kyrena tidak bersuara sedikit pun, dia tidak bisa berbohong tentang keadaan, tetapi disisi lain ini sudah menjadi tugas baginya selaku bagian dari keluarga kerajaan.

Erzulie tetap tersenyum, kemudian memasangkan jubah yang di pegangnya pada bahu Kyrena. Ia menggenggam kedua tangan Kyrena dengan lembut dan berlutut di hadapan putri semata wayangnya. "Ibu, apa yang hendak kamu lakukan?" ucap Kyrena.

"Anakku, ketahuilah seberapa penting kamu di hidupku. Jika aku bisa memilih, aku sungguh ingin kamu tumbuh seperti anak-anak yang lainnya. Bahumu terlalu kecil untuk menanggung semua ini," ucap Erzulie dengan sendu.

Itu adalah mimpi yang sangat ingin di wujudkan oleh Erzulie untuk putrinya, sejak kecil ratu itu sudah melihat anaknya yang berumur 5 tahun harus memegang pedang tajam serta panah dan busur. Apalagi saat mendapati bahwa penerus kerajaan adalah seorang putri, banyak petinggi dari Drystan yang tidak menerima kehadiran Kyrena dan membuat gadis itu semakin keras pada dirinya sendiri. Bahkan di saat-saat seperti ini Erzulie merasa gagal menjadi orang tua dan terlalu keras mendidik Kyrena. Andai saja putri itu tidak lahir dari rahimnya, Erzulie adalah orang yang paling bahagia karena anaknya tidak perlu tumbuh dengan banyak luka dan konflik.

Kyrena mengangkat ibunya untuk berdiri, dia masih tidak bisa berkata-kata sedikit pun. Akan tetapi dia sangat menyayangi Ibunya, dia tidak ingin melihat Erzulie berlutut di depannya seperti itu. "Aku menyayangimu Ibu." Hanya itu kalimat yang bisa dia keluarkan dari bibirnya.

Bagaimanapun Erzulie adalah ibu dan ratu di negeri ini, Kyrena tetap menyayangi dan mencintai ibunya. Hatinya akan sangat terluka bila Erzulie bersikap seperti itu di depan Kyrena, karena dia sangat menghormatinya.

Hati seorang ibu tidak bisa berbohong, Erzulie memeluk putri semata wayang nya dan mengelus rambut hitam milik Kyrena. Dengan suara yang serat, dia menyanyikan sebuah alunan lagu yang indah untuk Kyrena.

Alunan lagu yang merupakan doa ibu untuk seorang anak yang akan pergi jauh dari pengawasan nya, seperti lullaby yang akan membuat anak merasa nyaman dimanapun dia berada seperti pelukan ibu yang hangat.

***

Kyrena merasakan hal yang aneh pada tubuhnya, dia merasa seperti akan mengeluarkan seluruh isi perutnya dan kepala dia terasa berputar-putar sangat pusing. Dia tidak sedang mabuk perjalanan, kemudian penglihatan nya mulai tak jelas, dan dia berkeringat banyak. Tingkah Kyrena yang tiba-tiba lemas dan lesu membuat Luna khawatir dan menanyakan keadaannya. Kyrena hanya menjawab kalau dia baik-baik saja, mungkin tubuh dia yang tidak terbiasa menerima banyak sinar matahari. Semakin lama penglihatannya semakin buram dan kepalanya semakin sakit, akhirnya Kyrena memutuskan untuk memejamkan mata dan beristirahat sejenak selama perjalanan.

"Kamu yakin kamu baik-baik saja?" tanya Luna untuk memastikan lagi.

"Yah aku baik-baik saja, bangunkan aku saat kita sudah mendekati kastil."

Luna melihat Kyrena yang tertidur pulas dengan cepat, dia sama sekali tidak mencurigai keadaan Kyrena karena dia pun merasakan perasaan yang tidak enak pada tubuhnya. Kulit Luna serasa dibakar dan kepalanya seakan ingin meledak, badan mereka tidak terbiasa untuk menerima banyak paparan sinar matahari. Mereka besar di tempat yang gelap dan minim pencahayaan, tentunya tidak mudah bagi mereka untuk beradaptasi.

***

Asteria memacu kudanya lebih cepat lagi, membuat Rafael kesulitan untuk mengimbangi nya. "Sebenarnya siapa gadis bodoh yang memetik bunga beracun itu?" tanya Rafael dengan suara yang lantang. Sialnya Asteria tidak yakin dengan nama gadis tersebut, tapi dia yakin gadis yang di temui nya di hutan tadi adalah orang penting dari Drystan.

"Mungkin, putri dari kerajaan Drystan."

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status