Share

5 | Diandorra Savea

Cahaya Matahari menyadarkan Kyrena dari tidurnya. Saat terbangun dari tidurnya, dia sudah berlumuran dengan keringat dingin sebesar biji jagung, kulitnya tampak semakin pucat dan dia sulit mengendalikan tubuhnya.

"Kyrena, lihat itu!" tunjuk Luna pada jendela dengan heboh.

Kyrena melirik dengan ujung mata, Istana Alvah tampak sangat megah dan berkilau ditengah-tengah air. Di depan gerbang utama terdapat patung manusia yang menyiramkan air mencerminkan kesuburan.

Seekor burung dengan bulu emas terbang mengitari kereta kuda mereka, mengeluarkan suara merdu nya yang gagah seakan menyambut kedatangan gerombolan Kyrena. Ditengah jalan menuju kastil, sebuah sungai buatan mengalir dengan tenang dan terdapat ikan-ikan hias yang melompat lompat memamerkan sirip nya yang berwarna-warni. Kyrena merasa sangat takjub dengan pemandangan luar biasa dari kastil bersinar itu. Puncak ujung kastil itu tepat di tengah matahari yang bersinar terang menunjukkan kemegahan yang luar biasa.

Didepan sana tampak seorang pria berdiri dengan tegak bersama beberapa pelayan dan prajurit, akhirnya kereta mereka telah tiba di Istana Alvah.

Lucien turun dari tunggangan kudanya, memberi salam kepada sang pangeran dan membukakan pintu kereta untuk Kyrena. Luna keluar terlebih dahulu dengan menundukkan kepalanya, berikut Kyrena keluar dari kereta dengan menggunakan jubah dari sang ibu.

"Selamat datang tuan putri Kyrena Yvaine dari kerajaan Drystan. Perkenalkan nama saya Aron Calin Amrys, pangeran pertama dari Alvah. Sebuah kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan anda tuan putri." Aron memberikan hormat nya pada Kyrena dengan lugas dan elegan. Kyrena menarik gaun nya sedikit ke udara dan membalas hormat Aron dengan senyuman tipis yang terlihat sedikit menyakitkan.

"Putri Kyrena, apa anda baik-baik saja? Anda kelihatan kurang sehat," ucap Aron yang tampak sedikit khawatir dengan mereka. Jika diperhatikan Luna pun tampak lemah dan berkeringat, Lucien juga tampak berkeringat cukup banyak tetapi tidak selemah Kyrena dan Luna. Di mata Aron, mereka terlihat sangat tidak sehat karena kulit mereka yang tampak putih pucat.

Kyrena menggeleng pelan,"Tidak apa-apa pangeran Aron, kami hanya perlu beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dari tempat asal kami. Terimakasih atas kemurahan hati Anda."

Aron hanya tersenyum getir, para pelayan dari Alvah dan Luna mulai menurunkan barang-barang dan seserahan yang dibawa Kyrena dari Drystan. Sementara, dengan mulut yang tertutup rapat, Lucien mengikuti Kyrena dan Aron dari belakang bersamaan dengan Ajudan Aron yaitu Jason.

"Mari saya antarkan anda ke tempat yang sudah kami sediakan untuk Anda," ucap Aron melangkah di samping Kyrena.

Kyrena tidak menunjukkan ketertarikan nya pada Aron, bukan karena dia tidak memiliki rasa hormat tapi dia tidak bisa merasakan kedua tangannya dan bibirnya terasa kelu. Tanpa sadar Aron sudah melangkah semakin jauh di depan, sementara penglihatan Kyrena mulai kabur dan jalannya mulai sempoyongan.

Bruk~

Belum sampai di depan pintu masuk, Kyrena terjatuh meluncur ke tanah, seketika dia tak sadarkan diri.

***

Asteria tiba tepat di kastil saat Kyrena dengan lancar meluncur menyentuh tanah, dia turun dari kuda dengan tergesa-gesa. Sementara itu Lucien menangkap tubuh sang putri dan membaringkannya dengan baik di tanah, para prajurit mengeluarkan senjata mereka saat Lucien memegang gagang pedang yang ada di pinggangnya.

Keadaan menjadi semakin tegang saat Asteria berhasil menghampiri tubuh Kyrena yang terbaring lemah di permukaan tanah, Lucien mengeluarkan pedang dan mengarahkannya ke leher Asteria.

"Siapa kau!? Lepaskan tanganmu dari Yang Mulia putri Kyrena!" perintah Lucien dengan tegas.

"Asteria! Apa yang coba kamu lakukan!? Menjauh darinya sebelum semua orang menjadi salah paham." Aron memerintahnya, Tapi Asteria sama sekali tidak perduli tuntutan mereka. Dia sibuk memeriksa denyut nadi Kyrena, dan pernafasan gadis itu. Asteria menempelkan kedua jarinya pada leher Kyrena, membuat amarah Lucien mendidih.

Dengan segera Lucien menarik pedangnya, bersiap untuk menebas kepala Asteria. Akan tetapi tindakan tersebut segera di cegat oleh Rafael dengan pedang yang di tangan prajurit itu.

"Diandorra Savea!" Asteria membacakan mantra pada Kyrena dan seketika cahaya putih muncul di kening gadis tersebut. Dia kembali memeriksa keadaan Kyrena dan menghembuskan nafas lega saat mendapati dengut nadi gadis itu kembali normal.

Asteria berdiri dari duduknya, kemudian memegang pedang Lucien dan Rafael yang saling beradu.

Darah segar keluar dari genggamannya.

"Yang Mulia! Apa yang anda lakukan!?" teriak Rafael.

"Tenanglah, turunkan senjata kalian semua," titah Asteria dengan wajah yang datar.

Asteria mendekatkan dirinya pada Lucien, "Sebaiknya, sebagai ajudan kamu harus mengintropeksi dirimu sendiri. Dia terkena racun dari bunga yang di petik nya saat berada di perbatasan," bisik Aron dengan sindiran.

"Rafael, cari bunga itu dan singkirkan dengan benar," titah Asteria sebelum akhirnya dia menjauh dari Lucien yang berdiri mematung.

***

"Hahahahaha ayo tangkap lagi. Ayo!"

Dua anak kecil bermain dengan riang, mereka saling mengejar dan tertawa bersama. Kyrena melihat seorang anak berambut hitam legam dan satunya lagi berambut pirang, sebenarnya ada dimana dirinya sekarang ini? Mimpi?

Seingat nya dia terjatuh saat mencoba masuk ke kastil dan tidak sadarkan diri, namun kenapa tempat ini seakan tidak asing di ingatannya?

Waktu berputar dengan cepat dan semua tempat dipenuhi dengan kobaran api serta suara tangisan yang bersahutan.

"Ibunda! Ibundaaa!!!" Teriak anak berambut pirang itu dengan suara yang lantang.

"Kita tidak bisa membiarkannya!"

"Olvídate de los recuerdos del pasado, da un futuro brillante. Deshazte de todos los recuerdos que vienen junto con el dolor que viene en esta vida!"

"Aku berjanji tidak akan melupakan mu,"

"Ini bunga yang indah, aku pasti akan menjaganya." Anak berambut hitam itu tersenyum dengan tulus.

...

Kyrena tersadar dari mimpinya, matahari sudah terbenam saat dia bangun. Kepalanya terasa berputar dengan cepat, badannya sangat sakit dan mulutnya mati rasa. Luna datang menghampiri Kyrena yang sudah sadar, dia memeluk Kyrena dengan erat dalam tangis nya.

Kyrena tidak bisa berkutik, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi padanya atau mimpi aneh yang sangat abstrak yang baru saja didapatinya.

Luna menceritakan semua kejadian dengan perlahan pada Kyrena, dia juga menceritakan tentang pria misterius yang datang dengan tiba-tiba dan membacakan mantra penyembuh pada Kyrena.

"Asteria? kamu tidak salah dengar? Pria itu bernama Asteria?" tanya Kyrena untuk memastikan pendengaran nya.

"Iya! Pria itu bernama Asteria. Aku mendengarnya dengan cukup jelas, Pangeran Aron berteriak dengan keras menyebut nama pria itu."

Lucien melangkah masuk kedalam ruangan Kyrena, membawakan secangkir air hangat dan bubur panas untuk Kyrena. "Anda sudah merasa lebih baik, Yang Mulia?" tanya Lucien dengan wajah yang dingin. Kyrena tersenyum lemas dan mengangguk, sementara itu Luna berdiri dari tempat nya dan memutuskan untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari amukan Lucien.

Kyrena menunjukkan ekspresi meminta tolong pada Luna, tetapi kali ini Luna tidak bisa membantu apapun untuk dia. Kali ini, Kyrena akan benar-benar habis oleh beribu-ribu pertanyaan tajam Lucien.

"Dibandingkan itu, apakah anda mau berkata jujur kepada saya? Saat saya pergi untuk memeriksa jalur yang akan kita lewati, apakah Yang Mulia pergi meninggalkan tenda tanpa sepengetahuan saya?"

Kyrena berusaha memutar otaknya, salah kalimat sedikit saja maka pertanyaan yang akan dilontarkan pria ini akan semakin banyak dan tentu saja menjebak. "Yah secara teknis kamu memang tidak mengetahuinya, tapi aku sudah memberitahukan hal tersebut pada Luna."

Lucien menaikkan dagu nya, mata dia membara semerah rambut yang di miliki nya. "Untuk apa anda keluar dari pasir pelindung yang telah saya buat? Apakah untuk memetik bunga-bunga yang sempat anda mainkan selama di perjalan tadi?"

"iya..."

Lucien hanya bisa menghela nafas, dia tidak bisa marah karena kelalaian kali ini murni kesalahan dirinya sendiri.

"Seandainya saya lebih memperhatikan anda, saya berharap kejadian ini tidak akan terjadi. Saya meminta maaf kepada Yang Mulia karena telah lalai menjaga keamanan anda. Bunga yang anda petik di perbatasan adalah bunga jenis Oliender yang mengandung banyak racun didalamnya."

"Lucien? untuk apa kamu meminta maaf? Aku yang harus meminta maaf karena aku, kegaduhan tersebut terjadi."

Lucien mengerti, sepertinya Luna telah menceritakan seluruh kejadian yang terjadi saat sore tadi. "Yang terpenting sekarang adalah kesehatan anda, makanlah ini. Saya telah mencicipinya terlebih dahulu untuk Yang Mulia."

"Terimakasih," ucap Kyrena setelah menyadari perutnya sudah kosong sejak pagi tadi dan dia sudah merasa sangat lapar. Dengan lahap Kyrena memakan bubur tersebut, "Yang Mulia mengetahui bunga itu dari mana?" tanya Lucien yang duduk di kursi sebelah ranjang tempat Kyreana berbaring.

Kyrena menghentikan kunyah nya. Kalau di pikir-pikir dia pun secara spontan tahu tempat bunga itu berada. Seakan-akan dia mengenal betul letak bunga itu, seperti dia pernah ada disana.

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status