Cahaya Matahari menyadarkan Kyrena dari tidurnya. Saat terbangun dari tidurnya, dia sudah berlumuran dengan keringat dingin sebesar biji jagung, kulitnya tampak semakin pucat dan dia sulit mengendalikan tubuhnya.
"Kyrena, lihat itu!" tunjuk Luna pada jendela dengan heboh.Kyrena melirik dengan ujung mata, Istana Alvah tampak sangat megah dan berkilau ditengah-tengah air. Di depan gerbang utama terdapat patung manusia yang menyiramkan air mencerminkan kesuburan.Seekor burung dengan bulu emas terbang mengitari kereta kuda mereka, mengeluarkan suara merdu nya yang gagah seakan menyambut kedatangan gerombolan Kyrena. Ditengah jalan menuju kastil, sebuah sungai buatan mengalir dengan tenang dan terdapat ikan-ikan hias yang melompat lompat memamerkan sirip nya yang berwarna-warni. Kyrena merasa sangat takjub dengan pemandangan luar biasa dari kastil bersinar itu. Puncak ujung kastil itu tepat di tengah matahari yang bersinar terang menunjukkan kemegahan yang luar biasa.Didepan sana tampak seorang pria berdiri dengan tegak bersama beberapa pelayan dan prajurit, akhirnya kereta mereka telah tiba di Istana Alvah.Lucien turun dari tunggangan kudanya, memberi salam kepada sang pangeran dan membukakan pintu kereta untuk Kyrena. Luna keluar terlebih dahulu dengan menundukkan kepalanya, berikut Kyrena keluar dari kereta dengan menggunakan jubah dari sang ibu."Selamat datang tuan putri Kyrena Yvaine dari kerajaan Drystan. Perkenalkan nama saya Aron Calin Amrys, pangeran pertama dari Alvah. Sebuah kehormatan bagi saya bisa bertemu dengan anda tuan putri." Aron memberikan hormat nya pada Kyrena dengan lugas dan elegan. Kyrena menarik gaun nya sedikit ke udara dan membalas hormat Aron dengan senyuman tipis yang terlihat sedikit menyakitkan."Putri Kyrena, apa anda baik-baik saja? Anda kelihatan kurang sehat," ucap Aron yang tampak sedikit khawatir dengan mereka. Jika diperhatikan Luna pun tampak lemah dan berkeringat, Lucien juga tampak berkeringat cukup banyak tetapi tidak selemah Kyrena dan Luna. Di mata Aron, mereka terlihat sangat tidak sehat karena kulit mereka yang tampak putih pucat.Kyrena menggeleng pelan,"Tidak apa-apa pangeran Aron, kami hanya perlu beradaptasi dengan lingkungan yang berbeda dari tempat asal kami. Terimakasih atas kemurahan hati Anda."Aron hanya tersenyum getir, para pelayan dari Alvah dan Luna mulai menurunkan barang-barang dan seserahan yang dibawa Kyrena dari Drystan. Sementara, dengan mulut yang tertutup rapat, Lucien mengikuti Kyrena dan Aron dari belakang bersamaan dengan Ajudan Aron yaitu Jason."Mari saya antarkan anda ke tempat yang sudah kami sediakan untuk Anda," ucap Aron melangkah di samping Kyrena.Kyrena tidak menunjukkan ketertarikan nya pada Aron, bukan karena dia tidak memiliki rasa hormat tapi dia tidak bisa merasakan kedua tangannya dan bibirnya terasa kelu. Tanpa sadar Aron sudah melangkah semakin jauh di depan, sementara penglihatan Kyrena mulai kabur dan jalannya mulai sempoyongan.Bruk~Belum sampai di depan pintu masuk, Kyrena terjatuh meluncur ke tanah, seketika dia tak sadarkan diri.***Asteria tiba tepat di kastil saat Kyrena dengan lancar meluncur menyentuh tanah, dia turun dari kuda dengan tergesa-gesa. Sementara itu Lucien menangkap tubuh sang putri dan membaringkannya dengan baik di tanah, para prajurit mengeluarkan senjata mereka saat Lucien memegang gagang pedang yang ada di pinggangnya.Keadaan menjadi semakin tegang saat Asteria berhasil menghampiri tubuh Kyrena yang terbaring lemah di permukaan tanah, Lucien mengeluarkan pedang dan mengarahkannya ke leher Asteria."Siapa kau!? Lepaskan tanganmu dari Yang Mulia putri Kyrena!" perintah Lucien dengan tegas."Asteria! Apa yang coba kamu lakukan!? Menjauh darinya sebelum semua orang menjadi salah paham." Aron memerintahnya, Tapi Asteria sama sekali tidak perduli tuntutan mereka. Dia sibuk memeriksa denyut nadi Kyrena, dan pernafasan gadis itu. Asteria menempelkan kedua jarinya pada leher Kyrena, membuat amarah Lucien mendidih.Dengan segera Lucien menarik pedangnya, bersiap untuk menebas kepala Asteria. Akan tetapi tindakan tersebut segera di cegat oleh Rafael dengan pedang yang di tangan prajurit itu."Diandorra Savea!" Asteria membacakan mantra pada Kyrena dan seketika cahaya putih muncul di kening gadis tersebut. Dia kembali memeriksa keadaan Kyrena dan menghembuskan nafas lega saat mendapati dengut nadi gadis itu kembali normal.Asteria berdiri dari duduknya, kemudian memegang pedang Lucien dan Rafael yang saling beradu.Darah segar keluar dari genggamannya."Yang Mulia! Apa yang anda lakukan!?" teriak Rafael."Tenanglah, turunkan senjata kalian semua," titah Asteria dengan wajah yang datar.Asteria mendekatkan dirinya pada Lucien, "Sebaiknya, sebagai ajudan kamu harus mengintropeksi dirimu sendiri. Dia terkena racun dari bunga yang di petik nya saat berada di perbatasan," bisik Aron dengan sindiran."Rafael, cari bunga itu dan singkirkan dengan benar," titah Asteria sebelum akhirnya dia menjauh dari Lucien yang berdiri mematung.***"Hahahahaha ayo tangkap lagi. Ayo!"Dua anak kecil bermain dengan riang, mereka saling mengejar dan tertawa bersama. Kyrena melihat seorang anak berambut hitam legam dan satunya lagi berambut pirang, sebenarnya ada dimana dirinya sekarang ini? Mimpi?Seingat nya dia terjatuh saat mencoba masuk ke kastil dan tidak sadarkan diri, namun kenapa tempat ini seakan tidak asing di ingatannya?Waktu berputar dengan cepat dan semua tempat dipenuhi dengan kobaran api serta suara tangisan yang bersahutan."Ibunda! Ibundaaa!!!" Teriak anak berambut pirang itu dengan suara yang lantang."Kita tidak bisa membiarkannya!""Olvídate de los recuerdos del pasado, da un futuro brillante. Deshazte de todos los recuerdos que vienen junto con el dolor que viene en esta vida!""Aku berjanji tidak akan melupakan mu,""Ini bunga yang indah, aku pasti akan menjaganya." Anak berambut hitam itu tersenyum dengan tulus....Kyrena tersadar dari mimpinya, matahari sudah terbenam saat dia bangun. Kepalanya terasa berputar dengan cepat, badannya sangat sakit dan mulutnya mati rasa. Luna datang menghampiri Kyrena yang sudah sadar, dia memeluk Kyrena dengan erat dalam tangis nya.Kyrena tidak bisa berkutik, dia tidak mengerti apa yang sedang terjadi padanya atau mimpi aneh yang sangat abstrak yang baru saja didapatinya.Luna menceritakan semua kejadian dengan perlahan pada Kyrena, dia juga menceritakan tentang pria misterius yang datang dengan tiba-tiba dan membacakan mantra penyembuh pada Kyrena."Asteria? kamu tidak salah dengar? Pria itu bernama Asteria?" tanya Kyrena untuk memastikan pendengaran nya."Iya! Pria itu bernama Asteria. Aku mendengarnya dengan cukup jelas, Pangeran Aron berteriak dengan keras menyebut nama pria itu."Lucien melangkah masuk kedalam ruangan Kyrena, membawakan secangkir air hangat dan bubur panas untuk Kyrena. "Anda sudah merasa lebih baik, Yang Mulia?" tanya Lucien dengan wajah yang dingin. Kyrena tersenyum lemas dan mengangguk, sementara itu Luna berdiri dari tempat nya dan memutuskan untuk menyelamatkan dirinya sendiri dari amukan Lucien.Kyrena menunjukkan ekspresi meminta tolong pada Luna, tetapi kali ini Luna tidak bisa membantu apapun untuk dia. Kali ini, Kyrena akan benar-benar habis oleh beribu-ribu pertanyaan tajam Lucien."Dibandingkan itu, apakah anda mau berkata jujur kepada saya? Saat saya pergi untuk memeriksa jalur yang akan kita lewati, apakah Yang Mulia pergi meninggalkan tenda tanpa sepengetahuan saya?"Kyrena berusaha memutar otaknya, salah kalimat sedikit saja maka pertanyaan yang akan dilontarkan pria ini akan semakin banyak dan tentu saja menjebak. "Yah secara teknis kamu memang tidak mengetahuinya, tapi aku sudah memberitahukan hal tersebut pada Luna."Lucien menaikkan dagu nya, mata dia membara semerah rambut yang di miliki nya. "Untuk apa anda keluar dari pasir pelindung yang telah saya buat? Apakah untuk memetik bunga-bunga yang sempat anda mainkan selama di perjalan tadi?""iya..."Lucien hanya bisa menghela nafas, dia tidak bisa marah karena kelalaian kali ini murni kesalahan dirinya sendiri."Seandainya saya lebih memperhatikan anda, saya berharap kejadian ini tidak akan terjadi. Saya meminta maaf kepada Yang Mulia karena telah lalai menjaga keamanan anda. Bunga yang anda petik di perbatasan adalah bunga jenis Oliender yang mengandung banyak racun didalamnya.""Lucien? untuk apa kamu meminta maaf? Aku yang harus meminta maaf karena aku, kegaduhan tersebut terjadi."Lucien mengerti, sepertinya Luna telah menceritakan seluruh kejadian yang terjadi saat sore tadi. "Yang terpenting sekarang adalah kesehatan anda, makanlah ini. Saya telah mencicipinya terlebih dahulu untuk Yang Mulia.""Terimakasih," ucap Kyrena setelah menyadari perutnya sudah kosong sejak pagi tadi dan dia sudah merasa sangat lapar. Dengan lahap Kyrena memakan bubur tersebut, "Yang Mulia mengetahui bunga itu dari mana?" tanya Lucien yang duduk di kursi sebelah ranjang tempat Kyreana berbaring.Kyrena menghentikan kunyah nya. Kalau di pikir-pikir dia pun secara spontan tahu tempat bunga itu berada. Seakan-akan dia mengenal betul letak bunga itu, seperti dia pernah ada disana.Asteria melangkahkan kakinya di tanah licin yang ada di Drystan. Kepalanya menengadah ke atas langit, ribuan bintang-bintang ada disana bagaikan hujan berkelap-kelip. Asteria takjub dengan Drystan, negara ini bahkan lebih maju dari Alvah. Ada butiran cahaya yang melayang-layang di seluruh kota, bila disentuh mereka akan bertambah banyak. Kota yang saat ini di injak oleh Asteria berada di atas danau, orang-orang di sekitar Asteria juga tambak berbeda dan terlihat unik. Ada orang-orang yang berterbangan di atas jalan setapak dengan sapu terbang maupun karpet ajaib. Orang-orang yang menaiki benda-benda ajaib itu berjalan teratur layaknya lalu lintas. Kebanyakan yang mengunakan benda itu adalah para penyihir tingkat menengah hinga para bangsawan baru. Bangsawan lainnya menggunakan naga sebagai transportasi.Orang-orang yang masih berjalan juga tidak kalah menakjubkan. Anak-anak bermain dengan naga yang memang punya ukuran kecil, ada juga yang terlihat sedang belajar menggunakan sihir. Par
Aron adalah orang yang paling menyesal membuat rencana berbahaya seperti ini. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika Kyrena yang melawan Cerberus sendirian, entah apa yang akan terjadi padanya. Bahkan Aron sendiri mengalami luka yang dalam dari Cerberus itu. Yang lebih menyakitkan, dia merencanakan hal ini dengan kepalanya sendiri. Bagaimana bisa dia meletekkan Kyrena pad posisi yang mengerikan? Untung saja Aron ada disini. Meskipun samar, Aron masih sempat melihat wajah khawatir Kyrena. Sebenarnya tujuan Arom meletakkan Cerberus disitu untuk memastikan seberapa kuat sihir dari Kyrena. Seberapa pintarnya Kyrena dalam menyusun strategi, melakukan perlawanan, dan memimpin negaranya. Tapi dia tidak bisa. Apalagi mengingat Kyrena yang terluka saat di hutan, Aron tidak bisa lagi melihat Kyrena terluka secuilpun. Perasaan bersalah membuncah dari hatinya, ketika melihat gambaran Kyrena yang terbaring lemah di atas kasur hingga berhari-hari. Aron mengeluarkan seluruh tenagannya untuk bangki
"Aron berhenti disana, Cerberus bukan mosnter yang mudah untuk dibunuh," Tegas Kyrena. "Kita tidak punya pilihan selain bertahan, Kyrena." Kyrena menggertak gigi ketika matanya tidak sengaja bertemu dengan Cerberus di depan sana. Cerberus liar itu bergerak secara perlahan mendekati Aron dan prajurit yang lain. Kyrena segera melepas jubah yang dia pakai, kemudian bersiap dengan sihir yang dia punya. Aron jelas tidak akan bisa menahan serangan dari Cerberus liar, tidak ada harapan dengan alat tempur dan pedang laras panjang. Cerberus itu menegendus-ngendus, kemudian menggerakkan ketiga kepalanya secara bersamaan. "Arggh ... ," erang Cerberus, menunjukkan giginya yang tajam. Aron sama sekali tidak gentar dan tetap pada posisinya. Cerberus itu mulai merasa terancam dengan pedang para prajurit, dia berjalan memutari formasi bertahan itu. Berbeda dengan Aron, beberapa prajurit merasa takut bahkan beberapa dari mereka tampak bergetar ketakutan. Cerberus itu mendekat pada prajurit yang
"Apa? Kau bilang apa?" Tanya Kyrena sambil mendekatkan telinganya pada wajah Asteria. "Aku tidak bilang apa-apa nona? Apa anda sedang mabuk?" "Aku tidak mabuk!" sarkas Kyrena dengan kesal, kemudian menjauh dari Asteria. Kyrena jadi penasaran tentang siapa pria itu, mungkin saja mereka akan bertemu lagi di masa depan. Namun ketika Kyrena berbalik pria itu sudah menghilang lenyap di makan bumi. "Kyrena? Apa yang kau lakukan sendiri disini?" Aron menepuk bahu Kyrena hingga membuat gadis itu tesadar. Kyrena menggeleng, "Ayo kita kembali ke kereta." *** Kyrena sebenarnya sudah memaksa Aron untuk masuk ke dalam kereta karena mereka sebentar lagi akan tiba di wilayah Drystan, pasti ada banyak monster disana. Tapi Aron tidak mendengarkan dan masih tetap memilih untuk menunggangi kuda. Semakin lama, langit yang semula biru berubah menjadi oranye. Orang-orang bisa melihat langit di wilayah Drystan dari kejauhan, sementara hutan-hutan belantara mulai sedikit menjadi hamparan rumput dan
Bertemu orang-orang menyebalkan seperti pria ini adalah hal yang paling di benci oleh Kyrena. mengingat betapa keras pria itu menginginkan benda tersebut, sepertinya dia ingin memberikan anting-anting itu pada seseorang yang sangat berharga. "Padahal itu barang milik wanita, seharusnya pria mengalah!" ketus Kyrena tidak suka. Baru kali ini Asteria melihat sifat egois Kyrena, dia sungguh ingin berteriak di depan wajah Kyrena kalau benda itu hendak dia berikan padanya. Padahal Asteria sudah lebih dulu tiba di desa ini menggunakan portal, kalau saja dia tidak perlu berlama-lama pasti dia tidak akan sempat bertemu dengan Kyrena. Hal yang gawat bila penyamarannya terbongkar di depan Kyrena, apalagi gadis itu ahli dalam sihir. "Hei nona, barang ini milik wanita pun bila aku sudah menyukainya maka aku akan membelinya." Asteria menerima anting-anting itu dan memberikan satu koin emas kepada sang penjual. Asteria mengedarkan pandangannya ke sekeliling mereka, dia baru sadar kalau Kyrena munc
"Kita berhenti di desa terakhir sebelum tiba di perbatasan." Perintah Aron pada rombongan Kyrena. Begitu sampai di depan pintu desa, Kyrena yang tidak tahu apa-apa tentu saja bingung. Saat Kyrena menyibakkan gorden kereta, wajah Aron sudah terpampang jelas sedang menatap padanya. Aron tersenyum manis, kemudian membuka pintu kereta, "Mau turun?" tawar Aron sambil memberikan tangannya. Kyrena tidak mengerti mengapa dia harus turun, tapi menolak kebaikan Aron sangat tidak baik, jadi dia meraih tangan pria itu dan turun dari sana. Kyrena ingin bertanya lebih jelas, tapi seketika dia terpana dengan keramaian di desa itu. "Meskipun ibukota merayakan hari berkabung, desa ini mempunyai izin khusus untuk karnaval bintang tari." Ucap Aron melihat pemandangan yang sama dengan Kyrena. "Festival ini tidak selalu bisa di rayakan. Katanya bintang tari selalu membawakan keberuntungan ke desa ini setiap kali mereka muncul." Kyrena memang tahu soal bintang tari yang dimaksud Aron, itu adalah saat-saa