Share

3 | Emrys

"Kau siapa?"

"Asteria, aku warga dari Alvah. Aku tidak sadar saat sedang berburu sudah melewati perbatasan," jawab pria itu.

Kyrena menatap pria itu cukup lama, hingga perlahan ia menurunkan siaganya. "Kamu tersesat?" tanya Kyrena.

Pria bernama Asteria itu mengangguk dan menurunkan kedua tangannya. Tepat saat Kyrena ada pada jangkauannya, tanpa sadar Kyrena sudah terlebih dahulu memelintir pergelangan tangan Asteria kebelakang badan pria itu. "Aku tidak akan tertipu oleh mu," ucap Kyrena dengan bangga. Tetapi kenyataannya, tenaga dia tidak lebih kuat dari Asteria dan dengan cepat pria itu membalikkan keadaan. Mata panah yang dipegang oleh Asteria berdekatan dengan leher Kyrena.

"Kamu dari Alvah?" nafas Asteria terasa sangat dekat di telinga Kyrena. Disaat-saat seperti ini Kyrena tidak bisa menggunakan sihir, apalagi matahari sudah bersinar terang di langit sedangkan tanpa bintang, mantra yang bisa digunakan olehnya sangat terbatas. 

Inilah salah satu kelemahan yang dimilikioleh Drystan. Meskipun dijuluki negara seribu penyihir tapi mantra dan sihir mereka tidak akan terlalu berguna jika tanpa bintang, mereka hanya bisa melakukan mantra-mantra kecil dan sederhana hingga langit malam tiba di Alvah.

"Aku dari Drystan," jawab Kyrena dengan tenang.

"Apa tujuan mu ke sini?"

"Undangan."

"Undangan?" Asteria melepaskan genggamannya. Wajah pria ini tampak menyelidiki jawaban gadis tersebut mencari sebuah kebohongan dari mata sehijau berlian zambrud milik Kyrena.

"Kalau begitu kau pasti tamu kerajaan?" tanya Asteria.

"Ya."

"Kupikir tahun ini Drystan tidak akan hadir di dalam acara. Seperti nya aku salah," gumam Asteria saat melihat Kyrena.

Asteria belum pernah kembali melihat warga asli dari Drystan dengan jangka waktu yang lama. Saat pertama kali melihat Kyrena, dia cukup terkejut dengan paras cantik gadis tersebut. Kulit Kyrena tampak putih pucat di bawah sinar matahari, kontras dengan mata hijau dan rambutnya yang panjang dan sangat hitam. Begitu pula Kyrena saat pertama kali melihat Asteria, pria cantik dengan mata biru terang dan rambut pirang yang ditata dengan rapi. 

Keduanya tampak seperti orang yang tidak pernah melihat manusia lainnya, saling menyelidiki penampilan satu dengan yang lain. Kyrena seakan tersedot jatuh kedalam manik mata biru milik Asteria, seakan dia tenggelam ke dalam lautan yang amat tenang sampai dia tidak sadar kalau pria itu menarik tipis sudut bibirnya. 

Keduanya saling menatap cukup lama hingga Asteria kembali bertanya, "Dimana gerombolan mu?" membuat Kyrena tersadar bahwa dia seorang diri. Melihat reaksi Kyrena yang kebingungan, dia dapat menyimpulkan kalau Kyrena tersesat di hutan perbatasan tersebut.

"Kau tahu arah kembali?"

"Sepertinya iya..." Kyrena sendiri ragu pada jawabannya. "Kalau begitu kamu tidak memerlukan bantuan ku." Asteria mengambil busur yang tergeletak di tanah dan melangkah menjauh ke arah tempat ia muncul tadi, akan tetapi langkah kakinya terhenti kala Kyrena meminta bantuan dengan suara kecilnya.

"Tunggu! Aku tidak tahu arahnya."

Asteria menaikkan sebelah alisnya dengan sombong dan membalikkan badan, seakan dia sudah menebak apa yang akan dilakukan Kyrena berikutnya. Dengan percaya diri ia bertanya "Dimana kalian mendirikan tendanya?"

"Dibawah pohon cemara besar yang sudah tua."

"Kalau begitu ikuti aku." Asteria melangkah lebih dahulu dari Kyrena. Disepanjang perjalanan mereka, Kyrena bersikap cukup waspada pada Asteria, membuat pria itu menjadi tidak nyaman berada di dekatnya. Kyrena berjalan mengikuti Asteria dengan telanjang kaki, dan Asteria menyadari hal tersebut. Asteria memutuskan untuk menghentikan langkahnya kembali dan membalikkan badan menghadap Kyrena, sontak membuat gadis itu terkejut. "Apa kamu tidak takut kakimu terluka?" Kyrena menggeleng, 

"Ini hal yang biasa kami lakukan saat di Drystan,

Di sana, rerumputan hijau, bunga-bunga berwarna-warni dan pohon-pohon sangat sulit untuk tumbuh. Semuanya memerlukan sihir, karena tidak ada matahari." Kyrena bercerita di sepanjang jalan mereka. Di kerajaan Drystan, tumbuhan sangat di hargai disana. 

Dia tidak akan berbohong soal sesulit apa kerajaannya untuk bisa mendapatkan pasokan pangan, hanya kalangan bangsawan yang dapat menikmati roti dengan kualitas baik bahkan beberapa bangsawan seperti baron masih tidak bisa merasakan manisnya gula karena harga pasar yang setinggi langit. Hanya langit bertabur bintang yang bisa memanjakan mata di sana, taman berumput hijau, bunga berwarna-warni atau buah segar hanya bisa dinikmati oleh keluarga kerajaan saja. 

Meskipun begitu, tidak akan ada yang bisa mengalahkan kekuatan sihir dari Drystan, Bahkan Asteria juga berpikir begitu, Drystan merupakan salah satu negara penghasil alat sihir dan ramuan terbaik. Di Alvah sendiri, ada beberapa obat sihir khusus yang harus di beli dari pasar Drystan karena tidak dapat dihasilkan dengan baik di negeri itu sendiri. Di perjalanan mereka Asteria secara diam-diam membacakan mantra untuk Kyrena, menjaga agar kaki gadis itu tidak terluka oleh rerumputan atau batu-batu tajam. Wajahnya sedikit menjadi lembut tak kala Kyrena mulai menceritakan keunikan dari kampung halamannya dan dia tidak keberatan mendengarkan hal tersebut. Dengan ini, suasana diantara keduannya perlahan mencair dan santai. "Aku belum pernah ke alvah," ucap Kyrena dengan raut wajah yang suram. 

Masih dengan senyuman nya yang lembut Asteria dengan yakin kalau Kyrena pasti menyukai kerajaan ini, "Aku yakin kamu akan menyukai Alvah."

"Benarkah?" 

"Di Alvah juga ada banyak jenis sihir meskipun tidak sehebat kalian. Ada sebuah desa terpencil di balik gunung besar, disana orang orang menjalani semua kehidupan mereka dengan sihir. Aku akan mengenalkan mu kepada berbagai jenis bunga dan tumbuhan obat jika kita bertemu di lain waktu." Asteria membuat Kyrena sedikit merasa tenang dan dia bersemangat mendengar ucapan pria ini. 

Tidak sedikit orang-orang yang beranggapan kalau Drystan adalah negara yang 'jahat'. Kyrena bisa mengerti hal tersebut, karena orang-orang tidak akan bisa terbiasa dengan keadaan ekstrim disana. Di beberapa kasus, orang-orang yang mengunjungi Drystan akan mulai merasakan stress yang luar biasa, halusinasi hingga mati secara perlahan karena terus tertidur. Sangat sedikit orang yang bisa bertahan mengunjungi Drystan, beberapa bahkan mati sebelum sampai ke tempat tujuan mereka. Karena itu Drystan merupakan daerah terkutuk bagi kerajaan-kerajaan lain yang menikmati siang dan malam secara bergantian. 

Kyrena bersyukur bertemu dengan Asteria yang bisa mengerti keresahan nya, dan sepertinya pria itupun tidak terlihat takut padanya. "Tapi sepertinya kita tidak akan bertemu lagi," ucap dia saat melihat pohon cemara itu dari kejauhan. 

"Kita pasti bertemu lagi." tanpa izin, Asteria mencium punggung tangan Kyrena seraya tersenyum dan melangkah mundur dari hadapan gadis itu. 

*** 

"Dari mana saja kau?" tanya Rafael pada Asteria yang mucul dari balik semak-semak. Asteria hanya menaikkan bahunya, kemudian menunggangi kuda miliknya dengan santai. 

"Sepertinya aku salah mengenal antara rusa dan gadis," ucap Asteria yang membuat Rafael bingung.

"Ohya? Aku baru tahu kau senang membahas topik wanita," sindir Rafael dengan halus.

Mereka berdua menunggangi kuda kembali ke daerah Alvah sebelum para penjaga dari Drystan datang melakukan patroli, saat Asteria melihat bunga yang bentuknya sama dengan bunga yang di petik Kyrena secara sekilas pria itu menghentikan laju kudanya. "Apakah itu bunga kamboja?" Tanya Asteria pada Rafael. 

"Hah? Apa kau gila? Untuk apa kau menanyakan bunga padaku?" kesal Rafael, meskipun begitu dia tetap turun dari kudanya untuk memeriksa bunga yang ditunjuk Asteria. 

Rafael memandangi bunga itu dengan seksama dan memetik salah satu daun nya kemudian menggeleng pelan. Dia membersihkan tangannya dengan sapu tangan dan menatap Asteria dengan datar.

"Bukan, Ini Oliander. Mereka memang mirip dengan Kamboja tapi jangan sekali-kali kamu mencoba untuk menyentuhnya. Ini tanaman beracun." Rafael melipat kedua tangannya. 

Wajah Asteria berubah menjadi tegang dan matanya tampak ingin keluar dari rongganya, "Jangan bilang kamu menyentuhnya?" tebak Rafael saat melihat reaksi Asteria. 

"Bukan aku, tapi gadis itu."

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status