"Kau siapa?"
"Asteria, aku warga dari Alvah. Aku tidak sadar saat sedang berburu sudah melewati perbatasan," jawab pria itu.Kyrena menatap pria itu cukup lama, hingga perlahan ia menurunkan siaganya. "Kamu tersesat?" tanya Kyrena.Pria bernama Asteria itu mengangguk dan menurunkan kedua tangannya. Tepat saat Kyrena ada pada jangkauannya, tanpa sadar Kyrena sudah terlebih dahulu memelintir pergelangan tangan Asteria kebelakang badan pria itu. "Aku tidak akan tertipu oleh mu," ucap Kyrena dengan bangga. Tetapi kenyataannya, tenaga dia tidak lebih kuat dari Asteria dan dengan cepat pria itu membalikkan keadaan. Mata panah yang dipegang oleh Asteria berdekatan dengan leher Kyrena."Kamu dari Alvah?" nafas Asteria terasa sangat dekat di telinga Kyrena. Disaat-saat seperti ini Kyrena tidak bisa menggunakan sihir, apalagi matahari sudah bersinar terang di langit sedangkan tanpa bintang, mantra yang bisa digunakan olehnya sangat terbatas. Inilah salah satu kelemahan yang dimilikioleh Drystan. Meskipun dijuluki negara seribu penyihir tapi mantra dan sihir mereka tidak akan terlalu berguna jika tanpa bintang, mereka hanya bisa melakukan mantra-mantra kecil dan sederhana hingga langit malam tiba di Alvah."Aku dari Drystan," jawab Kyrena dengan tenang."Apa tujuan mu ke sini?""Undangan.""Undangan?" Asteria melepaskan genggamannya. Wajah pria ini tampak menyelidiki jawaban gadis tersebut mencari sebuah kebohongan dari mata sehijau berlian zambrud milik Kyrena."Kalau begitu kau pasti tamu kerajaan?" tanya Asteria."Ya.""Kupikir tahun ini Drystan tidak akan hadir di dalam acara. Seperti nya aku salah," gumam Asteria saat melihat Kyrena.Asteria belum pernah kembali melihat warga asli dari Drystan dengan jangka waktu yang lama. Saat pertama kali melihat Kyrena, dia cukup terkejut dengan paras cantik gadis tersebut. Kulit Kyrena tampak putih pucat di bawah sinar matahari, kontras dengan mata hijau dan rambutnya yang panjang dan sangat hitam. Begitu pula Kyrena saat pertama kali melihat Asteria, pria cantik dengan mata biru terang dan rambut pirang yang ditata dengan rapi. Keduanya tampak seperti orang yang tidak pernah melihat manusia lainnya, saling menyelidiki penampilan satu dengan yang lain. Kyrena seakan tersedot jatuh kedalam manik mata biru milik Asteria, seakan dia tenggelam ke dalam lautan yang amat tenang sampai dia tidak sadar kalau pria itu menarik tipis sudut bibirnya. Keduanya saling menatap cukup lama hingga Asteria kembali bertanya, "Dimana gerombolan mu?" membuat Kyrena tersadar bahwa dia seorang diri. Melihat reaksi Kyrena yang kebingungan, dia dapat menyimpulkan kalau Kyrena tersesat di hutan perbatasan tersebut."Kau tahu arah kembali?""Sepertinya iya..." Kyrena sendiri ragu pada jawabannya. "Kalau begitu kamu tidak memerlukan bantuan ku." Asteria mengambil busur yang tergeletak di tanah dan melangkah menjauh ke arah tempat ia muncul tadi, akan tetapi langkah kakinya terhenti kala Kyrena meminta bantuan dengan suara kecilnya."Tunggu! Aku tidak tahu arahnya."Asteria menaikkan sebelah alisnya dengan sombong dan membalikkan badan, seakan dia sudah menebak apa yang akan dilakukan Kyrena berikutnya. Dengan percaya diri ia bertanya "Dimana kalian mendirikan tendanya?""Dibawah pohon cemara besar yang sudah tua.""Kalau begitu ikuti aku." Asteria melangkah lebih dahulu dari Kyrena. Disepanjang perjalanan mereka, Kyrena bersikap cukup waspada pada Asteria, membuat pria itu menjadi tidak nyaman berada di dekatnya. Kyrena berjalan mengikuti Asteria dengan telanjang kaki, dan Asteria menyadari hal tersebut. Asteria memutuskan untuk menghentikan langkahnya kembali dan membalikkan badan menghadap Kyrena, sontak membuat gadis itu terkejut. "Apa kamu tidak takut kakimu terluka?" Kyrena menggeleng, "Ini hal yang biasa kami lakukan saat di Drystan,Di sana, rerumputan hijau, bunga-bunga berwarna-warni dan pohon-pohon sangat sulit untuk tumbuh. Semuanya memerlukan sihir, karena tidak ada matahari." Kyrena bercerita di sepanjang jalan mereka. Di kerajaan Drystan, tumbuhan sangat di hargai disana. Dia tidak akan berbohong soal sesulit apa kerajaannya untuk bisa mendapatkan pasokan pangan, hanya kalangan bangsawan yang dapat menikmati roti dengan kualitas baik bahkan beberapa bangsawan seperti baron masih tidak bisa merasakan manisnya gula karena harga pasar yang setinggi langit. Hanya langit bertabur bintang yang bisa memanjakan mata di sana, taman berumput hijau, bunga berwarna-warni atau buah segar hanya bisa dinikmati oleh keluarga kerajaan saja. Meskipun begitu, tidak akan ada yang bisa mengalahkan kekuatan sihir dari Drystan, Bahkan Asteria juga berpikir begitu, Drystan merupakan salah satu negara penghasil alat sihir dan ramuan terbaik. Di Alvah sendiri, ada beberapa obat sihir khusus yang harus di beli dari pasar Drystan karena tidak dapat dihasilkan dengan baik di negeri itu sendiri. Di perjalanan mereka Asteria secara diam-diam membacakan mantra untuk Kyrena, menjaga agar kaki gadis itu tidak terluka oleh rerumputan atau batu-batu tajam. Wajahnya sedikit menjadi lembut tak kala Kyrena mulai menceritakan keunikan dari kampung halamannya dan dia tidak keberatan mendengarkan hal tersebut. Dengan ini, suasana diantara keduannya perlahan mencair dan santai. "Aku belum pernah ke alvah," ucap Kyrena dengan raut wajah yang suram. Masih dengan senyuman nya yang lembut Asteria dengan yakin kalau Kyrena pasti menyukai kerajaan ini, "Aku yakin kamu akan menyukai Alvah.""Benarkah?" "Di Alvah juga ada banyak jenis sihir meskipun tidak sehebat kalian. Ada sebuah desa terpencil di balik gunung besar, disana orang orang menjalani semua kehidupan mereka dengan sihir. Aku akan mengenalkan mu kepada berbagai jenis bunga dan tumbuhan obat jika kita bertemu di lain waktu." Asteria membuat Kyrena sedikit merasa tenang dan dia bersemangat mendengar ucapan pria ini. Tidak sedikit orang-orang yang beranggapan kalau Drystan adalah negara yang 'jahat'. Kyrena bisa mengerti hal tersebut, karena orang-orang tidak akan bisa terbiasa dengan keadaan ekstrim disana. Di beberapa kasus, orang-orang yang mengunjungi Drystan akan mulai merasakan stress yang luar biasa, halusinasi hingga mati secara perlahan karena terus tertidur. Sangat sedikit orang yang bisa bertahan mengunjungi Drystan, beberapa bahkan mati sebelum sampai ke tempat tujuan mereka. Karena itu Drystan merupakan daerah terkutuk bagi kerajaan-kerajaan lain yang menikmati siang dan malam secara bergantian. Kyrena bersyukur bertemu dengan Asteria yang bisa mengerti keresahan nya, dan sepertinya pria itupun tidak terlihat takut padanya. "Tapi sepertinya kita tidak akan bertemu lagi," ucap dia saat melihat pohon cemara itu dari kejauhan. "Kita pasti bertemu lagi." tanpa izin, Asteria mencium punggung tangan Kyrena seraya tersenyum dan melangkah mundur dari hadapan gadis itu. *** "Dari mana saja kau?" tanya Rafael pada Asteria yang mucul dari balik semak-semak. Asteria hanya menaikkan bahunya, kemudian menunggangi kuda miliknya dengan santai. "Sepertinya aku salah mengenal antara rusa dan gadis," ucap Asteria yang membuat Rafael bingung."Ohya? Aku baru tahu kau senang membahas topik wanita," sindir Rafael dengan halus.Mereka berdua menunggangi kuda kembali ke daerah Alvah sebelum para penjaga dari Drystan datang melakukan patroli, saat Asteria melihat bunga yang bentuknya sama dengan bunga yang di petik Kyrena secara sekilas pria itu menghentikan laju kudanya. "Apakah itu bunga kamboja?" Tanya Asteria pada Rafael. "Hah? Apa kau gila? Untuk apa kau menanyakan bunga padaku?" kesal Rafael, meskipun begitu dia tetap turun dari kudanya untuk memeriksa bunga yang ditunjuk Asteria. Rafael memandangi bunga itu dengan seksama dan memetik salah satu daun nya kemudian menggeleng pelan. Dia membersihkan tangannya dengan sapu tangan dan menatap Asteria dengan datar."Bukan, Ini Oliander. Mereka memang mirip dengan Kamboja tapi jangan sekali-kali kamu mencoba untuk menyentuhnya. Ini tanaman beracun." Rafael melipat kedua tangannya. Wajah Asteria berubah menjadi tegang dan matanya tampak ingin keluar dari rongganya, "Jangan bilang kamu menyentuhnya?" tebak Rafael saat melihat reaksi Asteria. "Bukan aku, tapi gadis itu."Asteria melangkahkan kakinya di tanah licin yang ada di Drystan. Kepalanya menengadah ke atas langit, ribuan bintang-bintang ada disana bagaikan hujan berkelap-kelip. Asteria takjub dengan Drystan, negara ini bahkan lebih maju dari Alvah. Ada butiran cahaya yang melayang-layang di seluruh kota, bila disentuh mereka akan bertambah banyak. Kota yang saat ini di injak oleh Asteria berada di atas danau, orang-orang di sekitar Asteria juga tambak berbeda dan terlihat unik. Ada orang-orang yang berterbangan di atas jalan setapak dengan sapu terbang maupun karpet ajaib. Orang-orang yang menaiki benda-benda ajaib itu berjalan teratur layaknya lalu lintas. Kebanyakan yang mengunakan benda itu adalah para penyihir tingkat menengah hinga para bangsawan baru. Bangsawan lainnya menggunakan naga sebagai transportasi.Orang-orang yang masih berjalan juga tidak kalah menakjubkan. Anak-anak bermain dengan naga yang memang punya ukuran kecil, ada juga yang terlihat sedang belajar menggunakan sihir. Par
Aron adalah orang yang paling menyesal membuat rencana berbahaya seperti ini. Tidak pernah terpikirkan olehnya jika Kyrena yang melawan Cerberus sendirian, entah apa yang akan terjadi padanya. Bahkan Aron sendiri mengalami luka yang dalam dari Cerberus itu. Yang lebih menyakitkan, dia merencanakan hal ini dengan kepalanya sendiri. Bagaimana bisa dia meletekkan Kyrena pad posisi yang mengerikan? Untung saja Aron ada disini. Meskipun samar, Aron masih sempat melihat wajah khawatir Kyrena. Sebenarnya tujuan Arom meletakkan Cerberus disitu untuk memastikan seberapa kuat sihir dari Kyrena. Seberapa pintarnya Kyrena dalam menyusun strategi, melakukan perlawanan, dan memimpin negaranya. Tapi dia tidak bisa. Apalagi mengingat Kyrena yang terluka saat di hutan, Aron tidak bisa lagi melihat Kyrena terluka secuilpun. Perasaan bersalah membuncah dari hatinya, ketika melihat gambaran Kyrena yang terbaring lemah di atas kasur hingga berhari-hari. Aron mengeluarkan seluruh tenagannya untuk bangki
"Aron berhenti disana, Cerberus bukan mosnter yang mudah untuk dibunuh," Tegas Kyrena. "Kita tidak punya pilihan selain bertahan, Kyrena." Kyrena menggertak gigi ketika matanya tidak sengaja bertemu dengan Cerberus di depan sana. Cerberus liar itu bergerak secara perlahan mendekati Aron dan prajurit yang lain. Kyrena segera melepas jubah yang dia pakai, kemudian bersiap dengan sihir yang dia punya. Aron jelas tidak akan bisa menahan serangan dari Cerberus liar, tidak ada harapan dengan alat tempur dan pedang laras panjang. Cerberus itu menegendus-ngendus, kemudian menggerakkan ketiga kepalanya secara bersamaan. "Arggh ... ," erang Cerberus, menunjukkan giginya yang tajam. Aron sama sekali tidak gentar dan tetap pada posisinya. Cerberus itu mulai merasa terancam dengan pedang para prajurit, dia berjalan memutari formasi bertahan itu. Berbeda dengan Aron, beberapa prajurit merasa takut bahkan beberapa dari mereka tampak bergetar ketakutan. Cerberus itu mendekat pada prajurit yang
"Apa? Kau bilang apa?" Tanya Kyrena sambil mendekatkan telinganya pada wajah Asteria. "Aku tidak bilang apa-apa nona? Apa anda sedang mabuk?" "Aku tidak mabuk!" sarkas Kyrena dengan kesal, kemudian menjauh dari Asteria. Kyrena jadi penasaran tentang siapa pria itu, mungkin saja mereka akan bertemu lagi di masa depan. Namun ketika Kyrena berbalik pria itu sudah menghilang lenyap di makan bumi. "Kyrena? Apa yang kau lakukan sendiri disini?" Aron menepuk bahu Kyrena hingga membuat gadis itu tesadar. Kyrena menggeleng, "Ayo kita kembali ke kereta." *** Kyrena sebenarnya sudah memaksa Aron untuk masuk ke dalam kereta karena mereka sebentar lagi akan tiba di wilayah Drystan, pasti ada banyak monster disana. Tapi Aron tidak mendengarkan dan masih tetap memilih untuk menunggangi kuda. Semakin lama, langit yang semula biru berubah menjadi oranye. Orang-orang bisa melihat langit di wilayah Drystan dari kejauhan, sementara hutan-hutan belantara mulai sedikit menjadi hamparan rumput dan
Bertemu orang-orang menyebalkan seperti pria ini adalah hal yang paling di benci oleh Kyrena. mengingat betapa keras pria itu menginginkan benda tersebut, sepertinya dia ingin memberikan anting-anting itu pada seseorang yang sangat berharga. "Padahal itu barang milik wanita, seharusnya pria mengalah!" ketus Kyrena tidak suka. Baru kali ini Asteria melihat sifat egois Kyrena, dia sungguh ingin berteriak di depan wajah Kyrena kalau benda itu hendak dia berikan padanya. Padahal Asteria sudah lebih dulu tiba di desa ini menggunakan portal, kalau saja dia tidak perlu berlama-lama pasti dia tidak akan sempat bertemu dengan Kyrena. Hal yang gawat bila penyamarannya terbongkar di depan Kyrena, apalagi gadis itu ahli dalam sihir. "Hei nona, barang ini milik wanita pun bila aku sudah menyukainya maka aku akan membelinya." Asteria menerima anting-anting itu dan memberikan satu koin emas kepada sang penjual. Asteria mengedarkan pandangannya ke sekeliling mereka, dia baru sadar kalau Kyrena munc
"Kita berhenti di desa terakhir sebelum tiba di perbatasan." Perintah Aron pada rombongan Kyrena. Begitu sampai di depan pintu desa, Kyrena yang tidak tahu apa-apa tentu saja bingung. Saat Kyrena menyibakkan gorden kereta, wajah Aron sudah terpampang jelas sedang menatap padanya. Aron tersenyum manis, kemudian membuka pintu kereta, "Mau turun?" tawar Aron sambil memberikan tangannya. Kyrena tidak mengerti mengapa dia harus turun, tapi menolak kebaikan Aron sangat tidak baik, jadi dia meraih tangan pria itu dan turun dari sana. Kyrena ingin bertanya lebih jelas, tapi seketika dia terpana dengan keramaian di desa itu. "Meskipun ibukota merayakan hari berkabung, desa ini mempunyai izin khusus untuk karnaval bintang tari." Ucap Aron melihat pemandangan yang sama dengan Kyrena. "Festival ini tidak selalu bisa di rayakan. Katanya bintang tari selalu membawakan keberuntungan ke desa ini setiap kali mereka muncul." Kyrena memang tahu soal bintang tari yang dimaksud Aron, itu adalah saat-saa