공유

Bab 5

작가: Buna_Ama
last update 최신 업데이트: 2025-01-02 15:16:21

"Ya Tuhan. Aku harus apa?"

Camila membalik badannya dan berlari pergi dengan air mata yang tertahan. Percakapan Daniel itu menghancurkannya.

Gracia adalah nama wanita yang disebutkan oleh Daniel di malam penyatuan mereka, dan kini… wanita itu hamil.

Camila menggigit bibirnya, mencoba meredam tangis.

Di sana, ia jatuh terduduk di sisi tempat tidur dan memeluk tubuhnya sendiri sembari menahan rasa sakit yang kian menyiksa.

Sedetik kemudian, tangis Camila akhirnya pecah dan setiap isakannya terdengar putus asa. Menyakitkan dan miris.

Hatinya berperang antara keinginan untuk berteriak dan dorongan untuk bersembunyi dari semua ini.

Bagaimana ia bisa mengungkapkan kehamilannya pada pria yang dengan tenang berjanji akan membesarkan anak dari wanita lain?

Bagaimana ia bisa meminta Daniel untuk menerima anak-anaknya kalau hatinya pria itu sudah sepenuhnya diberikan kepada Gracia?

Camila menangis hingga dadanya terasa sangat sesak.

Namun, perlahan ia beranjak karena sebentar lagi akan memasuki waktu makan malam.

Saat sedang menyiapkan makan malam, Camila mati-matian menahan rasa mualnya, tapi ia menegakkan tubuhnya kembali saat mendengar langkah kaki memasuki dapur.

Sebab Camila tidak ingin dituduh sedang melakukan trik murahan lagi.

Namun, saat berbalik, Camila kaget bukan main kala melihat kedatangan seorang wanita bersama suaminya.

Wanita itu adalah yang ia temui di rumah sakit.

Perlahan, tubuh Camila bergetar karena mengingat siapa nama yang dipanggil oleh perawat.

‘Gracia’.

"Untuk sementara waktu Gracia akan tinggal di sini."

Perkataan Daniel membuat Camila harus berpegang kuat pada sisi meja agar tidak ambruk.

Ternyata benar. Suaminya membawa wanita yang sedang hamil tinggal di rumah mereka. Wanita yang dicintai Daniel.

“Hai! Kita bertemu tadi pagi. Kamu ingat, kan?” Gracia menyapa dengan senyum mengembang.

“Ah iya.” Camila menjawab spontan karena ia tak tahu harus menjawab seperti apa.

“Kalian sudah saling mengenal?” Daniel bertanya dengan alis terangkat.

Melihat itu, Gracia hendak membuka mulut dan menjawab, tapi Camila buru-buru menyelanya.

“Tidak, hanya kebetulan bertemu.”

Melihat jawaban Camila, Daniel mengernyitkan dahi. Namun, dia tak peduli. Jadi, alih-alih bertanya lagi, dia menyuruh wanita itu untuk lanjut memasak.

"Kamu mengerti, kan? Untuk tiga orang."

Setelah Camila mengangguk, dia melihat ekspresi wajah Daniel yang berubah lembut saat menatap Gracia.

"Duduklah.”

"Terima kasih, Daniel. Namun, sebaiknya aku membantu Camila," Gracia tersenyum lembut dan berusaha berjalan ke arah Camila.

Namun, Daniel sudah lebih dulu menahan lengannya dan menggiringnya kembali ke kursi.

“Tidak perlu. Kamu sedang hamil dan tidak boleh lelah. Jadi, duduk saja dan tunggu makanannya dihidangkan."

Mendengar itu, Gracia tersenyum lagi. “Begitu? Baiklah.”

Camila menelan ludah dengan hati yang tersayat. Perbedaan sikap Daniel kepadanya dan Gracia begitu mencolok.

Daniel yang nyaris tak pernah memandangnya dengan lembut kini memperlakukan wanita lain seperti porselen rapuh yang harus dijaga dengan hati-hati.

Hanya karena wanita itu hamil.

‘Kalau Daniel tahu kehamilannya, apa pria itu akan bersikap sama? Apa Daniel akan membiarkannya beristirahat? Atau tetap menyuruhnya memasak tanpa sekalipun peduli?’

Pikiran Camila membuat wanita itu merasa semakin miris.

Ketika ia mendengar tawa kecil Gracia karena perkataan Daniel, air mata yang ditahannya lolos setetes.

Namun, cepat-cepat Camila usap dengan punggung tangan sebelum ada yang melihat.

Setelah semua hidangan tersaji, suara Daniel membuat langkah Camila yang hendak pergi berhenti.

"Nanti kamu bersihkan kamar di lantai dua dan ganti spreinya. Sebab, Gracia akan menempati kamar itu."

"Daniel," suara Gracia terdengar. Camila melihat tangan wanita itu menyentuh lengan Daniel dengan manja. "Boleh aku menempati kamar di lantai satu?"

Camila melihat keraguan di wajah Daniel dan pria itu meliriknya sekilas. Sebab, di lantai satu hanya ada dua kamar, milik Camila dan Daniel.

"Kamu kan tahu kalau aku sedang mengandung. Aku khawatir ada masalah pada bayiku jika naik turun tangga," ucap wanita itu dengan wajah memelas.

Mendengar itu, Daniel menatap Camila dan menyuruhnya untuk berkemas. "Pindahlah ke lantai dua, karena Gracia akan menempati kamarmu."

Dugaan Camila tidak meleset sama sekali. Tanpa sadar dia mengusap perutnya, seolah menenangkan bayinya atas kekejaman ayahnya.

Tanpa banyak kata, Camila meninggalkan dapur untuk membersihkan kamar di lantai dua.

Dia bahkan belum makan malam.

Saat sedang membersihkan kasur, tiba-tiba saja pintu kamar itu dibuka.

"Bagaimana hasil pemeriksaan tadi?" kata Gracia. "Kudengar dari Daniel, kamu di sini atas perintah ibunya. Dibayar berapa kamu sama Mama?"

‘Mama’.

Camila lalu mengangkat pandangannya untuk menatap Gracia yang melontarkan senyum mengejek padanya.

"Daniel yang mengatakannya," ulang wanita itu dengan seraut wajah polos tanpa dosa. "Kamu dibayar untuk merayunya kan?"

"Menyedihkan sekali. Kamu tidak akan bisa melakukannya, Camila. Sejak dulu Daniel mencintaiku dan teramat tergila-gila padaku." lanjut Gracia.

Tanpa membalas perkataan wanita itu, Camila membawa sprei kotor yang sebelumnya membalut kasur dan keluar.

Di sisi lain, Gracia mengekor di belakangnya dan menutup pintu seolah-olah selesai membantu.

Saat mereka melangkah ke lorong menuju tangga, langkah Gracia terasa lambat dan disengaja.

Baru kemudian ketika Daniel muncul di bawah tangga, Gracia tiba-tiba mempercepat langkahnya dan memamerkan senyum lebar yang penuh kepalsuan.

“Apa yang kamu lakukan di sini, Gracia?” Daniel bertanya.

“Aku merasa tidak enak hati karena harus menggunakan kamar Camila. Jadi, setidaknya aku harus membantunya berkemas,” jawab Gracia dengan nada manis.

Wajahnya terlihat begitu lugu dan polos seperti teratai, seperti tidak ada niat jahat sedikit pun.

Camila menggigit bibirnya, menahan komentar tajam yang hampir lolos dari mulutnya.

Pendusta!

“Sudah kubilang tidak perlu. Kamu tunggu saja di sofa, Camila akan memanggilmu saat kamarmu sudah selesai dibersihkan.”

Setelah Gracia mengangguk patuh, Daniel berbalik dan pergi menuju ke ruang kerja.

Gracia sendiri kemudian berjalan ke ujung tangga dan melewati Camila.

Namun, kali ini wanita itu mendekatkan wajahnya ke arah Camila sambil berbisik, “Kalau kamu tidak pergi, maka lihat caraku mengusirmu dari sini.”

Belum sempat Camila merespon perkataan Gracia, wanita itu telah lebih dulu menarik tangan Camila dan menjatuhkan diri dari tangga.

"AKH!! DANIEEL!!" Pekikan Gracia membuat Camila terbelalak dan segera berpegangan pada railing, sehingga tubuhnya tak ikut merosot ke bawah.

Teriakan Gracia membuat Daniel segera berlari ke arah Gracia. Wajah pria itu memucat dan matanya membelalak.

Apalagi setelah darah merembes deras dari belahan rok wanita itu.

"Kenapa kamu melakukannya, Camila?! Aku... Akh!" Gracia memekik kesakitan sambil memegang perutnya.

"CAMILA!! APA YANG KAMU LAKUKAN PADA GRACIA?!" Daniel melayangkan tatapan tajam yang membuat sekujur tubuh Camila membeku.

Mendengar itu, Camila mematung masih dalam posisi memegang railing. Wajahnya turut memucat dan lidahnya kelu. “D-daniel! Ini salah paham! Aku sama sekali tidak mend–”

“Daniel! Tolong selamatkan bayiku!!”

"Ya, aku di sini! Kita akan ke rumah sakit oke?! Jangan panik. Kamu akan baik-baik saja!!"

Daniel lalu mengangkat Gracia ke dalam gendongannya dan mengarahkan kaki ke pintu depan.

Namun sebelum beranjak, pria itu telah lebih dulu melayangkan tatapan membunuh kepada Camila.

"Aku tidak akan mengampunimu jika terjadi sesuatu yang buruk pada Gracia dan bayinya! Ingat itu!!"

이 책을 계속 무료로 읽어보세요.
QR 코드를 스캔하여 앱을 다운로드하세요

최신 챕터

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 10

    Tanpa pikir panjang Camila langsung menuju ke sekolah triplets. Dia berpikir tentang bagaimana bisa salah satu dari anak itu memukul orang. Sesampainya di ruang guru, Camila melihat sudah banyak orang di sana. Triplet dan dua anak laki-laki lain. Satu berwajah murung dan satunya anak lelaki yang sedang menangis dengan hidung disumbat tisu. Tanpa diduga, triplet duduk bertiga dengan tenang. Bahkan chloe duduk sambil makan eskrim yang entah anak itu dapat dari mana. Camila buru-buru menghampiri mereka dan mengecek kondisi mereka. Tidak ada yang luka. Baru kemudian dia bertanya apa yg sebenernya terjadi. "Apa yang terjadi sayang?" Ujar Camila bertanya "Begini mommy-" Chris dan Clayton berusaha menjawab, tapi bu guru sudah lebih dulu menjelaskan kalau Clayton memukul anak yg mimisan itu- Aksel tanpa alasan. "Clayton memukul Aksel duluan nyonya, padahal kami sudah melerainya tapi Clayton tetap saja memukuli Aksel tanpa ampun". Ucap Ibu guru itu terus menyudutkan clayton dan me

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 9

    Setelah Heinrich dan Triplet pergi kesekolah, Camila juga bergegas bersiap untuk pergi kelokasi yang kelak akan menjadi cabang butik pribadinya.Selesai bersiap Camila bergegas turun lalu berjalan menuju depan gedung apartemen, karena sopir pribadi utusan Heinrich sudah menunggunya sedari tadi.Camila segera masuk kedalam mobil lalu meminta sopir tersebut untuk segera melajukan mobilnya menuju lokasi tempat yang akan ia jadikan butik pribadinya."Antarkan ke Jalan Bougenvile pak". Pinta Camila pada sang sopir."Baik nona". Sopir itu menyahutnya lalu segera melajukan mobilnya menuju lokasi yang disebutkan oleh Camila.Sebenarnya ini bukan pertama kalinya Camila membuka butik, karena sebelumnya ia juga sudah memiliki dua butik di negara Amerika. Semua usaha butiknya bisa berkembang sepesat ini juga karena bantuan sang kakak Heinrich. Selama dalam perjalanan menuju lokasi, pandangan mata Camila selalu tertuju kearah luar jendela. Ia tatap jalanan yang dulu pernah menjadi kenangan diriny

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 8

    Lima Tahun Kemudian."Mommy!! Lihat tasku tidak?" "Mommy!! Tolong ikat rambutku!!" Suara teriakan dua anak kecil di ruang keluarga membuat wanita yang tengah memasak menoleh dengan khawatir. “Chris? Bisa bantu Mommy mencari tas Clayton? Sebentar lagi masakan Mommy matang. Tolong yaa?” Suara wanita itu membuat Christopher, anak lelaki yang dimintai tolong, menatap ke arah dua anak kecil lain yang ribut sendiri di ruang keluarga. Pandangan matanya tajam dan berjalan dalam diam ke arah kamar Clayton. Beberapa saat kemudian, Christopher kembali dengan tas yang ditenteng. “Ini apa?” katanya. Melihat itu, Clayton menekukkan pipinya. “Tadi tidak ketemu loh!” “Lain kali, jangan cari pakai hidung.” kata Christopher lagi sebelum kembali melanjutkan aktivitasnya yang tertunda. Sikap Christopher yang datar membuat Clayton kesal dan melempar kakaknya dengan pulpen. “Rasakan! Muka tembok!!” “Sudah! Jangan berkelahi!” wanita itu datang sembari membawa tiga tas bekal yang sudah diisi de

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 7

    Daniel terhenyak. Camila merawatnya?Selama ini, dia pikir Justin lah yang membopongnya ke kamar dan membuatkannya minuman anti pengar. Sebab, asisten pribadinya itu memang selalu melakukan hal yang sama apabila dirinya pulang dalam kondisi mabuk.Diam-diam Daniel menggeram dan tiba-tiba saja suatu ingatan muncul di kepalanya.Pagi itu, selain pengar, Daniel memang terbangun dengan tubuh yang terasa rileks karena aroma yang menempel di tubuhnya terasa sangat menenangkan.Namun, rasa perih yang di punggungnya membuat Daniel terpaksa bangun. Saat itu, Daniel pikir punggungnya membentur sesuatu dan terluka saat mabuk, sehingga ia tak mau memeriksanya lebih jauh.Namun, bagaimana kalau luka itu sebenarnya adalah cakaran dari Camila?Apalagi setelah memikirkan semua yang dikatakan oleh Justin tadi, kemungkinan Camila memang naik ke ranjangnya malam itu sangat besar.Meski begitu, Daniel menggeleng. “Tidak mungkin. Jangan mengada-ngada, Justin. Tidak terjadi apa pun antara aku dan wanita i

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 6

    Sepeninggal Daniel, Camila yang masih berdiri di tangga perlahan merosot ke lantai. Kakinya bergetar dan napasnya tersengal. Beberapa kali Camila berusaha untuk menelepon Daniel, tapi sama sekali tak diangkat.Camila lantas memukul-mukul dadanya yang makin terasa sakit dan air matanya jatuh berguguran. Terhitung hari ini, sudah tiga bulan lamanya dia berjuang dan hasilnya masih nol besar. Ia memang berhasil hamil, tapi apa Daniel akan menerimanya?Dari perlakuan pria itu kepada Gracia, Camila sangat yakin kalau anak yang dikandung wanita itu adalah anak suaminya.Kalau sudah begitu, apa kehamilannya masih ada artinya? Apalagi anak-anak ini lahir dari wanita yang pria itu benci–dirinya.Memikirkan itu, Camila bertekad untuk tidak tinggal dirumah ini lagi. Ia akan pergi jauh membawa anak-anaknya. Ia sangat bersyukur karena tidak sempat memberitahukan kehamilannya kepada Daniel. Sebab, kenyataan pasti akan menempatkan anak-anaknya menjadi yang kedua di mata pria itu.Camila tidak mau

  • Kabur Membawa Tiga Anak Sang Presdir   Bab 5

    "Ya Tuhan. Aku harus apa?" Camila membalik badannya dan berlari pergi dengan air mata yang tertahan. Percakapan Daniel itu menghancurkannya. Gracia adalah nama wanita yang disebutkan oleh Daniel di malam penyatuan mereka, dan kini… wanita itu hamil. Camila menggigit bibirnya, mencoba meredam tangis. Di sana, ia jatuh terduduk di sisi tempat tidur dan memeluk tubuhnya sendiri sembari menahan rasa sakit yang kian menyiksa. Sedetik kemudian, tangis Camila akhirnya pecah dan setiap isakannya terdengar putus asa. Menyakitkan dan miris. Hatinya berperang antara keinginan untuk berteriak dan dorongan untuk bersembunyi dari semua ini. Bagaimana ia bisa mengungkapkan kehamilannya pada pria yang dengan tenang berjanji akan membesarkan anak dari wanita lain? Bagaimana ia bisa meminta Daniel untuk menerima anak-anaknya kalau hatinya pria itu sudah sepenuhnya diberikan kepada Gracia? Camila menangis hingga dadanya terasa sangat sesak. Namun, perlahan ia beranjak karena sebentar lagi aka

더보기
좋은 소설을 무료로 찾아 읽어보세요
GoodNovel 앱에서 수많은 인기 소설을 무료로 즐기세요! 마음에 드는 책을 다운로드하고, 언제 어디서나 편하게 읽을 수 있습니다
앱에서 책을 무료로 읽어보세요
앱에서 읽으려면 QR 코드를 스캔하세요.
DMCA.com Protection Status