Beranda / Fantasi / Kaisar Badai Petir Zera / Chapter 3. Peri Laut Tifany

Share

Chapter 3. Peri Laut Tifany

last update Terakhir Diperbarui: 2024-10-26 13:40:55

Siang berdentang. Panas matahari membara. Angin yang berembus tidak memberikan kenyamanan, seolah menghardik siapa saja yang mengenainya. Setelah lepas dari Hutan Kematian, Zera pun tiba di perbatasan desa Goblin. Sebuah desa para monster yang dibilang kejam. Walaupun monster itu peringkat bahayanya berada di rank E, tapi jika dia menyerang bersama maka naiklah peringkat bahayanya menjadi rank B. Biasanya mereka menyerang pada malam hari.

Banyak orang menganggap enteng tentang Goblin, padahal jika mereka berevolusi menjadi Hobgoblins, maka ketika itu juga bahaya mereka naik menjadi Rank A. Sangat jarang melihat para goblin atau monster berevolusi, jika tidak ada mendalanginya.

Sedang bersandar melepaskan letih di pohon beringin yang menjadi perbatasan desa, Zera mendengar sebuah pertarungan yang berada di dalam desa itu.

"Panah Es Beracun," nampaklah kilauan es datang dari langit menghujani monster yang ditargetkan.

Bisa dibilang monster itu setingkat dengan raksasa. Karena ukurannya yang besar dan tinggi. Adapun yang bertarung dengan monster itu seorang wanita yang setidaknya bisa di bilang begitu. Dalam kondisi bertarung, wanita itu melihat ke arah Zera.

"Hei kau yang di sana, ngapain hanya duduk saja? Cepat pergi dan lindungi dirimu." Perintah wanita itu.

"Hooh, sepertinya dirimu sedang kesulitan, nona, apa butuh bantuan?" Zera tidak mempedulikan omongan wanita itu.

"Aku tak butuh bantuanmu," sambil menghindari kapak dari monster yang ia hadapi.

Wanita itu pun menarik busur kedua kalinya kemudian melepaskan anak panah yang telah berisi energi sihir, "Panah angin es."

Serangan itu pun melesat ke tenggorokan monster raksasa yang dia hadapi. Dengan seketika keluarlah darah dari leher monster itu, dan membeku menyusuri segala uratnya. Tidak berapa lama monster itu pun hancur berkeping.

Kalau dilihat dari bentuknya, monster itu adalah goblin yang telah berevolusi menjadi hobgoblins.  Dengan ukuran yang besar itu, kemungkinan itu adalah raja goblin yang menguasai desa ini.

"woow, tembakan yang cantik," Zera pun bertepuk tangan sambil memujinya.

Perempuan itu tidak mengacuhkan sapaan Zera. Kemudian ia langsung pergi meninggalkannya dan  masuk kembali ke desa goblin itu. Ketika ia hendak melangkah ke dalam desa, perempuan itu langsung terpental keluar.

"Hei, nona, jangan memaksakan diri untuk ke dalam. Karena penghalang desa itu sangat kuat. Jika kau hanya setengah siap untuk ke dalam, maka kau akan terlempar keluar." Zera memberikan saran sambil kembali menyandar ke pohon beringin.

Perempuan itu pun menoleh ke arah Zera, dan datang menghampirinya.

"Apa maksudmu aku kurang siap untuk ke situ?" Perempuan itu pun membalas ucapan Zera dengan muka kesal.

"Hei, nona, jangan tersinggung dulu. Aku mengatakan apa adanya. Ya, buktinya kau terlempar kembali, bukan?" Zera membuka sebelah matanya sambil melihat reaksi perempuan yang diajaknya bicara.

Namun, perempuan itu terus bersikeras untuk masuk ke dalam desa goblin itu. Sepertinya ada sesuatu di sana yang harus membuatnya masuk. Tetapi setiap kali dia mencoba, dia pun terlempar. Melihat hal itu, Zera pun bangkit dari duduknya.

"Huff. Baiklah jika kamu bersikeras ingin ke sana. Lagi pula aku pun harus melewati desa itu untuk mencapai Pulau Terapung."

Mendengar apa yang Zera katakan, perempuan itu pun menghampirinya.

"Maaf, sebelumnya jika perkataanku tadi kasar. Kalau boleh tahu, siapa namamu?" Perempuan itu pun mulai ramah dalam berbicara.

"Bukankah sebaiknya, kamu memperkenalkan namamu dulu sebelum menanyakan namaku, nona?" Zera berkilah sambil menyapu celananya yang tidak kotor.

"Oh, iya. Perkenalkan, namaku Tifany dari ras Peri Laut. Salam kenal! Kalau boleh tahu namamu siapa?" Perempuan yang bernama Tifany itu pun menyodorkan tangannya untuk bersalaman.

Mendengar ras peri, Zera pun langsung pula menyodorkan tangannya.

"Namaku, Zera Dwargo. Dari bangsa manusia biasa. Salam kenal kembali! Kalau boleh tahu, ada urusan apa kamu ingin masuk ke desa goblin itu?"

"Aku ingin mengambil mantel sihirku yang dicuri para goblin. Tanpa mantel itu, aku tidak bisa kembali ke lautan. Dan mantel itu, adalah peninggalan dari ibu dan ayahku yang dibunuh oleh Ryu si Tombak Es, salah seorang tiga Jenderal dari Raja Kegelapan Enes."

"Ryu?"

"Iya." Tifany menjawab datar.

"Baiklah, aku akan membantumu untuk mendapatkan mantel itu kembali. Tapi, aku tidak bisa menjamin keselamatanmu. Sebab, desa ini di bawah pengawasan Kaijin. Salah seorang dari jenderalnya Enes.  Apa kamu tetap ingin pergi mengambilnya?" Zera bertanya dengan serius.

"Aku siap menerima segala konsekuensinya. Asalkan aku mendapatkan kembali mantel peninggalan keluargaku itu." Tifany menatap Zera dengan sebuah harapan.

"Baiklah, bersiaplah dan jangan sampai jauh dariku."

Mereka berdua pun melangkah ke gerbang masuk desa goblin. Sebuah gerbang baja yang tak kasat mata. Setiba di gerbang itu, Zera mengeluarkan auranya dan mengambil serta menghunuskan pedang yang berada di belakang punggungnya.

"Jurus pemungkas level dua tebasan badai taring petir," Zera mengayunkan pedangnya ke arah gerbang itu.

Dengan sekali tebas penghalang itu pun hancur. Zera dan Tifany masuk ke dalam desa goblin. Setiba di dalam, mereka langsung diserang oleh monster yang menjijikkan itu.

Banyak di antara monster itu telah berevolusi menjadi hobgoblins. Sepertinya, para monster itu telah mendapatkan nama. Perlu diingat, jika monster telah diberi nama maka dia akan berevolusi. Tidak ada yang akan memberikan nama kepada mereka kecuali monster yang kuat dan levelnya tinggi, atau ras yang mempunyai kegelapan pekat.

Adapun monster ini terbagi dua pula. Ada yang baik dan ada jahat. Biasanya para monster itu menjadi jahat karena telah dirasuki hawa kejahatan, kedengkian dan kebencian yang telah didalangi. Maka monster seperti ini kerap kali menghancurkan desa manusia atau ras lain sesuai kehendak tuannya.

Zera dan Tifany melayani monster yang menyerang itu. Dan dengan sekejap area itu berubah menjadi lautan darah hijau dari para goblin dan hobgoblins. Dalam sengitnya pertempuran mereka, melesatlah anak panah yang telah dirasuki mana kegelapan mengarah ke jantung mereka berdua. Dengan sigap mereka menepis serangan itu menggunakan pedang dan panah yang telah diisi aura juga. Panah itu pun jatuh ke tanah.

Melihat anak panah itu, para goblin dan hobgoblins langsung mundur. Sepertinya anak panah itu adalah sinyal dari tuannya yang dilepaskan dari arah bukit yang disebut Bukit Kesesatan. Karena para goblin dan hobgoblins telah mundur, mereka pun meneruskan perjalanan untuk mengambil kembali mantel sihir Peri Laut dan menuju Pulau Terapung. Tidak mempedulikan apa yang akan terjadi dan menanti, Zera dan Tifany terus berjalan hingga sampai kepada tujuannya.

***

Bulan nampak terang dengan cahaya yang indah. Langit pun nampak biru pada malam hari. Udara terasa dingin di kulit.

Setelah dua hari meninggalkan desa goblin, Zera dan Tifany sekarang memasuki Negeri Kuri. Sebuah negeri yang berada di bawah kekuasaan Raja Enes. Negeri yang sangat kelam bahkan penduduknya telah tiada.

Hal ini disebabkan karena mereka semua dibantai oleh pasukan iblis. Kalau pun ada, mereka akan menjadi budak dari iblis itu. Siapa yang berani melawan, maka akan mati tragis.

Di negeri ini, terdapat pula sebuah bukit yang tidak terlalu tinggi. Di situlah tujuan dari Tifany dan Zera untuk mengambil mantel sihir milik Tifany. Mereka selalu berjalan tanpa henti untuk sampai ke tempat yang dituju. Dalam perjalanan ini, mereka telah merasakan lelah yang tiada terkira. Karena bekal yang telah ada, sekarang sudah habis.

"Apa benar jalan ini mengantarkan kita ke bukit kesesatan itu?" Tifany masih tampak ragu dalam pertanyaan yang ia berikan kepada Zera.

"Aku sangat yakin inilah jalannya. Bisakah kamu melihat, semuanya berkabut." Tanya Zera.

"Betul, tapi aku ragu saja. Bisa jadi kita akan tersesat." Kata Tifany.

"Namanya saja Bukit Kesesatan, tentulah kita akan dibuat tersesat. Tapi, tenang saja, aku akan menyebarkan aura pendeteksiku ke semua arah untuk melihat reaksi dari penghuni bukit ini."

Zera pun melepaskan auranya. Tetapi karena tebalnya kabut yang dihasilkan oleh formasi yang disusun oleh Kaijin, ia pun tak bisa mendeteksi area sekitar. Karena formasi kabut ini dinamakan Formasi Kebingungan.¤

Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi

Bab terbaru

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 56. Demon Slayer

    Zhuan dan Vatsal pun pergi ke arah pintu keluar dunia kecil ini. Setelah mereka berdua pergi, kedua orang itupun langsung memeluk Zera. Zera pun merasa bingung dengan apa yang mereka berdua lakukan. "Kamu telah besar ya, nak." Kata orang itu sambil mengusap kepalanya. "Maaf, kamu siapa? Kenapa aku merasakan sesuatu yang dekat denganmu?" Tanya Zera. "Oh iya, kamu belum pernah melihat kami berdua. Tetapi kami selalu mengawasimu." Kata salah seorangnya lagi. "Namaku Azzumar Rahil, yang dulu terkenal dengan sebutan si Harimau Petir." Kata Azzumar sambil tersenyum ramah. "Dan, aku Louyi Grader, yang dulu disebut dengan Saintes Bintang." Kata Louyi sambil menangis terharu. Mendengar nama itu, Zera pun bingung antara senang dan sedih. "Jangan bercanda, ayah dan ibuku telah lama meninggal akibat melawan pasukan kegelapan." Kata Zera sambil menahan perasaannya. "Kami berdua memang telah lama mati. Ini adalah kehendak yang kami tinggalkan di kalung ruby yang kamu pakai itu, sebelum kami

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 55. Tombak 7 Lautan Bintang

    Pertempuran semakin mencekam antara pasukan kegelapan melawan tentara aliansi empat kerajaan. Dromid yang memimpin pasukan iblis di sayap kiri, ditahan Alwen yang melancarkan serangan dengan menyeruduk semua pasukan Dromid. Dromid pun menebaskan pedangnya dengan niat membunuh yang kuat. "Apa menurutmu aku tidak bisa mengalahkanmu, kehendak Gill?" Kata Dromid sambil menyerang dengan enam tangannya. "Iblis sialan, berhentilah memanggilku dengan sebutan itu. Aku adalah Alwen Sang Penguasa Tombak yang akan menghancurkanmu." Jawab Alwen sambil menggerakkan tombaknya menepis serangan Dromid. "Aku akui kamu mempunyai nyali yang kuat, bocah. Tapi itu saja tidak cukup, Teknik Iblis Asura, Enam Pedang Penghapus Cahaya." Dromid pun menebaskan enam senjatanya yang telah dialiri aura hitam pekat ke arah Alwen. "Tak usah kamu banyak bacot, aku akan melawanmu sampai hancur tak bersisa. Teknik Tombak, Tebasan Tujuh Tornado Lautan Mengamuk." Datanglah tujuh pusaran angin yang diikuti air membentuk

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 54. Kembalinya Kaisar Iblis

    Peperangan pun tertahan selama seminggu, karena kedua belah pihak telah kehilangan banyak pasukan. Dalam masa itu, Tempest membuka saluran komunikasi ke Istana Tashrif untuk memberi tahu mereka apa yang telah terjadi selama perang. Ia pun memberitahukan semuanya ke putra mahkota, dan bersiap untuk hal-hal yang tidak terduga nantinya. Tempest pun menyuruh semua menteri untuk langsung mengangkat putra mahkota menjadi raja Kerajaan Maqdis. Hal itupun langsung diterima oleh orang yang berada di istana. Besoknya pun diselenggarakanlah penobatan putra mahkota menjadi raja di depan semua penduduk yang telah dievakuasi ke ibukota. Maka dengan resmi diangkatlah Pijai Loza menjadi raja kerajaan ini. * Seminggu sudah berlalu dari gencatan senjata, keluarlah tiga jenderal iblis memimpin pasukannya untuk kembali menyerang pasukan Tempest. Pasukan yang mereka bawa kali ini sangatlah kuat dan mendominasi. Namun, begitu juga dengan pasukan yang berada di pihak Tempest, kali ini Bruq dan dua rekann

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 53. Enam Jendral Iblis

    Enes dan Ryu pun ikut serta bersama para iblis dalam melancarkan serangannya untuk menghantam Isaac dan Alwen. Ryu yang telah kembali ke bentuk naganya, mendaratkan serangan yang kuat di arahkan ke Tempest dan Azzura. "Hantaman Cakar Naga Hitam Mengamuk." Naga Hitam Ryu pun memberikan pukulan kepada Tempest dan Azzura yang sedang berada dalam barier untuk memulihkan energi mana dan auranya. "Tidak akan kubiarkan itu terjadi," Alwen pun berlari ke arah mereka. Namun, para iblis menahannya. "Pelindung Kehidupan Ilahi," terbukalah sebuah energi memperkuat barier penghalang dari Tempest. "Ini,,, energi ini sangat murni dan kuat. Apakah Lucia juga datang untuk memberikan bantuan?" Tanya Azzura. "Panah Api Kehendak Phoenix," meluncurlah serangan anak panah yang dibalut mana api yang sangat kuat mengenai sayap kiri Ryu. Kemudian, membakar sebagian kecil dari sayap itu. "Urgh, serangan yang menyakitkan." Kata Ryu sambil mundur ke belakang. Adapun serangan panah itu, juga memberikan dam

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 52. Portal Iblis

    Dalam ruang bawah tanah, Rukame telah menarik barier penghalangnya. Karena, semua pewaris kehendak sudah selesai mengultivasi teknik mereka. "Aku rasa, sudah waktunya bagi kalian untuk tampil di panggung sebenarnya. Karena para prajurit kerajaan sudah habis dilumat kegelapan di medan perang. Begitu juga dengan rajanya." Kata Rukame. "Apakah sesuatu telah terjadi ketika kami berkultivasi, senior?" Tanya Bruq. "Benar, peperangan telah terjadi antara Gaffar melawan 4 kerajaan. Sudah lebih satu minggu perang itu terjadi. Kerajaan yang beraliansi dengan Maqdis telah melarikan diri dari peperangan. Sehingga seluruh pasukan kerajaan telah musnah, begitu juga dengan raja dan jenderalnya." Rukame menjelaskan. "Isaac dan Alwen telah berangkat dari tadi untuk mencegah mereka terlalu jauh." Sambungnya. "Kalau begitu, kami akan ikut melawan pasukan Enes," kata Bruq. "Memang harus demikian, jika kerajaan ini jatuh, maka Benua Cengal akan dikuasai oleh kegelapan. Maka dari itu, tolong selamatka

  • Kaisar Badai Petir Zera   Chapter 51. Serangan Jiwa

    Dalam perang yang tidak seimbang itu, Tempest dan Azzura beserta pasukan kerajaan yang tersisa, sudah merasa putus asa. Hal ini dikarenakan semakin banyaknya pasukan kegelapan mengalahkan jumlah dari pasukan kerajaan yang tersisa. Dan ditambah dengan pasukan aliansi kerajaan melarikan diri dari medan perang. Dalam situasi yang tidak menguntungkan itu, ketika Enes ingin memberikan serangan jangkauan luas yang ditargetkan kepada Tempest, datanglah sebuah serangan yang menepis serangan dari Enes, dan memberikan gravitasi yang kuat. Sehingga membuatnya terjatuh, begitu juga dengan naga hitam yang ditungganginya. * "Apa kamu tidak apa-apa, Pak Tua?" Tanya orang itu sambil membantunya berdiri. "Urgh, kamu siapa, nak?" Tanya Tempest sambil memegang tangannya. "Sihirmu sangat mirip dengan profesor Rukam." Sambungnya. "Maksud anda leluhurku, Pak Tua? Namaku Isaac Radian, seorang penyihir bintang." Jawab Isaac dengan singkat, karena akan ada serangan yang datang kepada mereka. "Nanti kita

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status