Share

03. Kemunculan

Author: kirito
last update Last Updated: 2024-09-22 13:51:08

“Iya… Paman, tampaknya mereka benar-benar bukan demon. Hm? Kalau begitu apa kita pergi saja? Sepertinya ibu Mingyue memintaku untuk pulang, dan entah kenapa perasaanku sangat tidak enak dengan panggilan tiba-tiba itu!” sahut Pemuda yang bernama Long Zhuting.

Dia telah berkelana selama beberapa abad melewati seluruh lorong ruang menuju ke semua dunia yang terhubung. 

Ketiganya setuju untuk kembali, mereka terbang melewati ruang dan membiarkan kelompok yang tadi melawannya begitu saja. Tapi memang kelompok itu tidak berani mencegah atau marah, mereka bahkan hanya berani mengangkat kepala saat Long Zhuting benar-benar sudah menghilang dari pandangan mereka.

Setelah mereka benar-benar tidak lagi merasakan keberadaan anak itu, mereka baru melanjutkan perjalanan menuju dunia awan. Tempat yang menjadi tujuan akhir mereka, bahkan mereka harus segera pergi sebelum semua terlambat untuk mereka. 

“Mereka itu benar-benar tidak tahu malu, tapi biarlah! Mereka juga tidak melanggar!”

Sebenarnya Long Zhuting tidak pergi jauh, dia hanya menghilang sesaat setelah melewati kelompok itu dan melihat apakah mereka akan memilih kembali setelah dinasehati atau tidak. Ternyata mereka tetap pergi ke arah yang mereka tuju dan tidak peduli dengannya nasehatnya, meski itu tidak masalah juga tapi pemuda tersebut tentu sedikit marah.

Ketiga pamannya memperingati Long Zhuting kalau dia harus kembali karena Hai Mingyue menunggu mereka di istana naga saat ini. Karena alasan itu dia tanpa pikir panjang terbang melalui ruang menuju ke tempat dimana keluarganya tinggal.

“Dunia awan kah? Itu akan segera berubah! Aku penasaran sosok seperti apa yang akan lahir di dunia kecil itu?” 

……

Kembali ke desa De, milik kerajaan Chu dimana saat ini Tian Sen yang masih sibuk bermain disana. Tian Sen merasa kalau hidupnya bersama dengan orang desa sangat bahagia, ada ayah dan ibunya yang akan menyambut ia saat pulang. Dan disini ada teman-teman yang seusia dengannya bisa menjadi teman mainnya, tentu saja itu tidak jauh berbeda dengan orangtua Tian Sen.

Tapi pada saat ini, tiba-tiba ekspresi ayah Tian Sen menjadi sangat gelap saat dirinya merasakan sesuatu yang bergerak dari dua arah berlawanan. 

“Sayang, bahaya! Aku akan membawa Shen’er kembali!” Ucapnya segera menghilang dari pandangan istrinya yang juga sudah memasang ekspresi sangat serius.

Istrinya segera membentuk segel dengan tangannya dengan suatu alasan, dan saat segel di tangannya selesai guncangan di formasi terjadi tepat di tempat yang jauh dari desa. Sesuatu terjadi, kabut yang aneh muncul dengan petir serta kilat menerkam siapapun yang berani mengganggu di tempat itu. 

Ekspresi wajah Ibu Tian Sen sangat muram, “mereka benar-benar tidak melepaskan kami! Apakah mereka lupa kalau kamu telah di buang oleh mereka? Tampaknya aku harus melakukan sesuatu,” 

Dia terpaksa harus turun tangan sendiri untuk melakukan sesuatu sampai suaminya kembali, tubuhnya perlahan menjadi ilusi dan menghilang dari rumahnya. Sedangkan suaminya berhasil membawa Tian Sen kembali tapi saat dia melihat istrinya tidak ada, wajah sang suami berubah menjadi sangat marah. Dia benar-benar sangat marah sampai auranya lepas meski sedang menggendong Tian Sen yang sedang tertidur itu.

“Huf… Aku harus membawa Shen’er ke tempat yang aman dulu, baru aku pergi membantu istriku! Nak, maafkan kami berdua mungkin setelah ini hidupmu bahkan kasih jauh lebih buruk. Tapi kami yakin kamu bisa menjalaninya, kamu akan selalu menjadi anak kebanggaan kami!” Ucap Ayah Tian Sen mengelus kepala anaknya yang tertidur itu lalu meletakan anaknya di tempat dimana dia menyimpan semua hartanya lalu pergi setelah memastikan tidak ada yang tahu tempat itu. 

Swisshhh….

“Apa aku terlambat?” Tanya sang suami menatap istrinya yang sudah dikelilingi oleh dua kelompok.

Ibu Tian Sen menggelengkan kepala, suaminya tentu belum terlambat karena dia baru saja memecah ruang dan membuat kedua sisi bertemu di sisi yang sama.

Sekarang mereka berdua benar-benar menghadapi dua sisi yang berbeda, satu sisi masih tetap diam dan tidak mengatakan apapun tapi sisi lain jelas berbeda. Mereka memperlihatkan sikap yang membenci dan juga penuh niat membunuh kepada pasangan suami istri itu.

“Kalian berdua benar-benar bersembunyi disini yah? Dimana benda itu?” Tanya sosok pria tua menatap ke pasangan tersebut dengan dingin.

Ayah Tian Sen hanya tersenyum, melambaikan tangannya ribuan pedang muncul di langit. Melihat ribuan pedang yang muncul wajah dari kedua sisi langsung berubah menjadi menakutkan.

Mereka segera menggunakan qi untuk mempertahankan diri dari seribu pedang yang muncul tersebut. Ibu Tian Sen juga ikut membentuk segel dengan tangannya lalu sebuah pagoda ungu muncul di langit, sembilan tingkat pagoda ungu langsung menyatukan qi dengan seratus pedang milik suaminya. 

“Teknik gabungan, Hundred Swords of death pagoda!” Keduanya langsung menghantam kedua sisi dengan serangan gabungan mereka tanpa perlu bicara alasan kenapa kedua kelompok itu datang kepada mereka.

“Bajingan sialan!”

BOOOOOMMM….

BOOOOOMMM….

Ledakan demi ledakan terjadi di luar desa dan Tian Sen tidak tahu kalau orangtuanya sedang bertarung dengan musuh. Saat ini anak kecil itu hanya terbaring pulas di ranjang dimana ayahnya meletakan dirinya. Dan tentu itu juga karena sang ayah memberikan obat tidur kepada Tian Sen sehingga anaknya tidak akan sadar meski sesuatu terjadi di luar.

Semua mereka lakukan agar anak mereka bisa selamat Meski mereka mungkin tidak bisa bersama dengan anak mereka lagi. Serangkaian ledakan masih terjadi di desa dan bahkan itu hanya berhenti setelah beberapa hari besoknya, dimana hari itu juga Tian Sen bangun dari tidurnya.

Saat Tian Sen baru bangun, hal pertama yang ia cari adalah orangtuanya tapi tidak ada jejak dimana orangtuanya dan lagi saat ini dia berada di ruangan penyimpanan harta milik sang ayah.

Hatinya menjadi sangat cemas dan ia segera menggunakan cara yang pernah di ajari ayahnya untuk keluar dari tempat itu. Saat ia keluar, pemandangan mengerikan muncul di depan mata Tian Sen dimana seluruh desanya benar-benar sudah hancur.

Asap dan api masih ada di tempat itu meski semua terjadi sudah beberapa hari terlebih Tian Sen bisa melihat serangkaian tangan hangus atau tubuh dari tumpukan rumah yang sbel ada di desa.

Tian Sen mencoba melihat ke rumahnya tapi yang ada hanyalah tumpukan bahan rumahnya yang sudah habis di lahap oleh api.

“Hiks..Hiks… Apa semua ini?” Tanyanya berlutut di tanah menghadap ke rumahnya yang hancur sambil menangis.

Dia tidak tahu bagaimana bisa desanya hancur dan dia juga tidak bisa mencari orang lain untuk bertanya karena sekarang semuanya sudah hancur dilalap api. 

“Apa… Yang terjadi? Dimana ayah? Dimana ibu? Kenapa desa hancur? Kenapa? Siapa yang melakukan ini? Kenapa semuanya mati? Kenapa?”

Continue to read this book for free
Scan code to download App
Comments (1)
goodnovel comment avatar
Sabam Silalahi
semakin semangat..
VIEW ALL COMMENTS

Latest chapter

  • Kaisar Naga Beladiri S3 : Perjalanan Dewa Tian   605. membunuh dengan belati jiwa

    “Tapi bibi, lihatlah orang ini. Dia saja sudah tidak punya kekuatan puncaknya yang dulu, bagaimana jika bibi serahkan padaku? Ayolah, duduk dulu.. duduk!” Tian Sen mengeluarkan kursi dari cincin lalu menarik rubah putih untuk duduk. Melihat sikap Tian Sen, entah kenapa rubah putih yang memiliki kemarahan kuat malah langsung menghilang. Dirinya kembali ke seperti awal, ekspresi dan senyumannya juga kembali muncul karena sikap Tian Sen tersebut. “Baiklah, lakukan sesukamu!” “Bajingan, kalian pikir aku apa? Berani merendahkan aku seperti ini, kalian akan benar-benar aku bunuh!” Dengan nada marah sosok itu segera terbang menyerang Tian Sen. Melihat serangan dari kabur tersebut, Tian Sen tersenyum dingin karena kabut itu masih tidak sadar betapa besar kekuatan yang dimiliki Tian Sen sekarang. Memutar tubuh Tian Sen, kabur itu mengunci Tian Sen sehingga tidak dapat bergerak lagi. “Hahaha, sekarang kau tidak akan dapat bergerak. Nak, matilah! Teknik pengikat jiwa, rantai penelan jiwa!” k

  • Kaisar Naga Beladiri S3 : Perjalanan Dewa Tian   604. Melawan

    “Hei, bocah kecil. Kamu siapa? Apa maksudmu dengan aku bukan leluhur suku rubah? Apa ada hal aneh dari diriku ini?” Tanya leluhur suku rubah yang tiba-tiba ekspresinya berubah menjadi dingin. Itu bukan ekspresi yang sebelumnya di lihat oleh Lu Lu, kali ini ekspresi dari leluhur menjadi terlihat seperti orang yang berbeda. Auranya juga berbeda dan ada niat membunuh di dalam aura dari leluhur suku rubah tersebut yang membuat Lu Lu merasakan badannya kedinginan di tempat itu.“Hahahaha, sekarang aku paham! Ternyata kamu jiwa dari kelompok bajingan itu, apa leluhur suku rubah ubah menyegel kamu disini? Tidak, tampaknya Kamu benar-benar mengambil alih kesadaran dari leluhur suku rubah. Jadi, orang-orang yang datang kesini mati karena kamu bukan?” Tian Sen tiba-tiba dapat merasakan sesuatu yang membuatnya sangat jijik. Dan rasa jijik ini juga datang dari dua elemen yang ada dalam tubuhnya, sesuatu yang selalu menjadi musuh benda di dalam tubuhnya tersebut. Leluhur rubah melihat Tian Sen bis

  • Kaisar Naga Beladiri S3 : Perjalanan Dewa Tian   603. Leluhur rubah yang aneh

    “Anak yang benar-benar membuatku tertarik, yah! Aku juga tidak masalah jika harus memberi perhatian kepada mereka,” kucing putih sadar kalau suku rubah ini juga sangat penting bagi rubah putih. Jadi tidak ada salahnya membuat wanita rubah itu berhutang Budi padanya. Setelah melihat semua petinggi suku rubah bubar, kucing itu berbalik dan mulai berkeliling untuk menghabiskan waktu. Tentu dia juga melaksanakan tugas yang diberikan Tian Sen padanya tanpa disadari oleh orang lain. Sedangkan dalam tanah leluhur suku rubah, Tian Sen yang masuk bersama Lu Lu tidak menemukan sesuatu yang mencurigakan. Tapi rubah putih tiba-tiba keluar dan ekspresi yang ditampilkan oleh rubah putih sedikit bermasalah. Memang dari aura dalam gua ada aura dari suku rubah, tapi entah kenapa dia merasa kalau aura dari gua itu benar-benar berbeda daripada bayangannya. Saat itu rubah putih mencoba untuk memeriksa lebih hati-hati tapi tidak di sangka kalau formasi di dalam tanah suku rubah menghalangi matanya. Tian

  • Kaisar Naga Beladiri S3 : Perjalanan Dewa Tian   602. Memasuki tanah leluhur rubah

    “Pemimpin, sebenarnya kenapa anda sangat terobsesi dengan suku rubah? Apa yang tersimpan di suku kecil ini?” Tanya bawahan yang ada di belakang pemimpin bertubuh besar itu. Setelah semua orang pergi, sosok itu muncul dan menampakan diri kepada pemimpin bertubuh besar itu sendiri. “Itu karena suku ini benar-benar mempunyai banyak kelebihan. Katakan saja begini, suku rubah adalah suku yang tingkatnya sama dengan lima suku beast kuno di benua kekacauan dahulunya. Tapi karena perang, banyak ahli kuat dari suku rubah mati dan meninggalkan banyak harta serta warisan di dalam suku!” Dia dengan tenang menjelaskan tentang asal-usul dari suku rubah kepada bawahannya, dan dia bahkan memberitahu sendiri apa yang terjadi dahulu kepada salah satu suku terkuat di benua kekacauan tersebut. Setelah mendengar cerita dari pemimpin bertubuh besar, bawahannya segera paham tujuan dari pemimpin sukunya. Jika mereka berhasil menguasai suku rubah, mungkin mereka bisa menemukan warisan dan harta kuno tersebu

  • Kaisar Naga Beladiri S3 : Perjalanan Dewa Tian   601. bahaya yang mengintai

    “Apa?” “Nak, kamu serius?” Beberapa tetua merasa apa yang akan dilakukan oleh Lu Lu sangat berbahaya. Bukan hanya untuk diri Lu Lu sendiri tapi juga suku rubah karena membuka tanah leluhur adalah hal yang membuat mereka banyak kehilangan talenta muda. Apalagi mereka hanya punya satu kali kesempatan lagi untuk membuka tanah leluhur, jika mereka gagal lagi tidak ada masa depan untuk suku rubah mereka.“Iya, aku serius. Daripada aku menempatkan tanggung jawab ini kepada orang lain, lebih baik aku sendiri yang maju untuk mengemban tanggung jawab ini. Apalagi meski kita mendapatkan dukungan itu hanya akan berlangsung sesaat saja, setelah itu apa? Apa kita harus melakukan hal yang sama lagi? Haruskah kita mengulang lagi seperti itu terus menerus? Aku tidak mau ibu, aku tidak mau!” Lu Lu lebih baik mati dalam perjuangan daripada dia malah berakhir harus membuat pilihan yang sama di masa depan. Karena itu, lebih baik melakukan semua dengan harapan terakhir. Jika memang langit masih berpihak

  • Kaisar Naga Beladiri S3 : Perjalanan Dewa Tian   600. Tekad Lu Lu

    Rubah putih tersenyum, dia sedikit memberitahu Tian Sen keadaan suku rubah sekarang. Meskipun antara dia dan suku rubah disini tidak terlalu punya ikatan yang kuat, tapi tetap saja mereka semua adalah keturunan dari beast kuno rubah berekor sembilan. Melihat keturunannya menjadi seperti sekarang, tentu saja membuat rubah putih menghela nafas. Jadi dia berharap Tian Sen bisa melakukan sesuatu kepada suku rubah ini, karena dia yakin meski tidak terlalu banyak ikatan kuat tapi dari pandangannya, suku rubah disini memiliki hubungan dengan salah satu saudarinya. Tian Sen mendengar itu langsung paham tapi dia tidak tahu apa yang harus dilakukan, rubah putih hanya tersenyum.“Kamu akan tahu pada waktunya nak, tidak akan lama lagi mungkin kamu bisa menebak apa yang mereka inginkan!” Ucap rubah putih yang tersenyum lembut menatap ke arah pintu di depan matanya. Tepat pada saat Tian Sen ingin bertanya lebih dalam, suara ketukan pintu membuat Tian Sen menoleh ke arah pintu. Dan dari suaranya itu

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status