Tian Sen terus berjalan mencari petunjuk, meskipun tubuhnya masih kecil dan umurnya juga belum sepuluh tahun. Tapi hatinya benar-benar kuat bahkan jika melihat mayat yang hangus di dalam lautan api pun tidak membuatnya menjadi takut dengan semua itu.
Dia terus melangkah, satu demi langkah terus dia lalui dan setiap dia melangkah akan ada mayat hangus atau bagian tubuh yang terlihat di matanya. Dan semakin dia terus melangkah, Tian Sen menemukan beberapa sosok yang di ikat dengan tubuh penuh luka dan di tengah-tengah beberapa sosok itu ada satu orang tua yang masih tampak bernafas.
Saat melihat orang tua itu Tian Sen langsung mempercepat langkahnya, setelah lama melangkah di desa akhirnya Tian Sen menemukan satu orang hidup. Meski hanya satu dia ingin menyelamatkan satu orang itu apapun yang terjadi apalagi sosok itu adalah kepala desa tua yang sering berkunjung ke rumahnya.
“Kepala desa, kakek!” Tian Sen berhasil menurunkan pria tua itu dengan susah payah.
Dia juga mencoba mengikat luka pada tubuh orang tua yang sudah kehilangan banyak darah tersebut. Kepala desa itu yang sudah di ujung hidupnya berusaha membuka mata, saat dia melihat sosok yang memangkunya adalah Tian Sen entah kenapa kepala desa itu tersenyum sambil mengangkat tangannya.
“Ti…an Sen! Kamu hidup kah? Bagus…. Bagus… anak yang baik!” Pria tua itu senang melihat Tuan Sen masih hidup bahkan dia terus bersyukur saat melihat pria muda yang memangku dirinya tersebut masih hidup.
“Kakek, apa yang terjadi? Kenapa semua orang mati? Dimana ayah dan ibuku?” Tanya Tian Sen yang sudah mengeluarkan emosinya kembali.
Meski tadi dia sangat tenang tapi kenyataannya dia benar-benar sangat ketakutan dan sangat sedih karena tidak melihat orangtua serta orang desa yang masih hidup.
“Tian Sen, ingatlah ini… Meski kamu menjadi orang yang kuat, jangan lupakan kemanusianmu! Berbaik hatilah kepada mereka yang baik padamu, jangan membalas kebaikan dengan kejahatan. Mengerti?” Perkataan dari kepala desa sedikit terbata-bata, tapi Tian Sen paham semua yang dikatakan oleh orang tua tersebut padanya.
“Lalu jika mereka jahat atau memperlakukan aku dengan buruk, apa yang harus aku lakukan?” Tanya Tian Sen yang dibalas dengan kata-kata bijak dari kepala desa itu sambil tersenyum menatap anak berumur sepuluh tahun yang saat ini berusaha meneteskan air mata tapi jelas dia tidak bisa.
Dan kepala desa sadar kenapa anak kecil di depannya tidak bisa melakukan itu semua karena hal inilah kepala desa menasehati Tian Sen agar hidup dengan baik.
“Jika mereka berbuat kejam padamu, balaslah dengan seratus kali lebih kejam jika mereka memperlakukanmu dengan buruk selama itu tidak membahayakan kamu dan orang-orang yang kamu sayangi. Berilah mereka kesadaran diri! Tentukan musuhmu dengan perbuatan mereka dan perlakukan mereka sesuai dengan perbuatan mereka! Nak… Jangan cemaskan orangtuamu, kamu… harus… hidup!”
Pada akhirnya kepala desa yang sudah banyak kehilangan darah itu mati di dalam pangkuan Tian Sen. Kepala desa yang menganggap Tian Sen sendiri adalah cucunya dan selalu memanjakan Tian Sen sejak kecil.
Melihat kakeknya mati hati Tian Sen sangat marah, benci, dan di penuhi dendam terhadap pelakunya. Jika dia tahu siapa yang melakukan ini semua, maka dia pasti akan membalas dendam kepada mereka. Tian Sen terus menggenggam tangan kepala desa, dia mencium sambil berjanji akan terus hidup di hadapan kepala desa yang sudah tidak bernyawa itu.
Hal yang terjadi selanjutnya benar-benar bukan sesuatu yang bisa dilakukan seorang anak seusia Tian Sen. Dalam beberapa hari itu dia menggali kuburan untuk semua orang yang mati di desa, dia tidak merasa jijik atau pun takut dengan mayat-mayat yang sudah hangus atau tidak berbentuk maupun wajahnya yang sudah menjadi menakutkan. Entah karena emosinya berbeda dari anak biasa, Tian Sen melakukan itu dengan ekspresi yang datar seolah tidak menganggap aneh semua hal tersebut.
Itu dia lakukan dengan tubuh kecilnya sendiri selama satu Minggu sebelum akhirnya berhasil menguburkan semua tubuh dari orang desa yang telah bersamanya semenjak kecil. Melihat kuburan di depan matanya, Tian Sen bersumpah akan membalas dendam kepada orang yang telah melakukan semua itu kepada desanya. Tempat dimana dia merasakan semua hal kehidupan yang menyenangkan dan tempat dimana dia hidup dengan orangtuanya.
“Kepala desa, paman, bibi, adik dan kakak yang bersamaku di desa, aku akan membalas dendam kepada mereka yang telah melakukan ini kepada desa kita! Aku akan membuat mereka menyesal karena telah menyerang desa kita ini, pasti… Aku pasti membunuh mereka dengan tanganku sendiri!” Ucap Tian Sen dengan tangan terkepal dan mata yang sangat dingin menatap ke arah makam di depannya itu.
Selama lebih dari satu bulan Tian Sen hanya duduk di depan makam tanpa makan maupun minum, meski dia lapar tidak ada pergerakan disana sampai satu bulan berakhir.
Tian Sen berdiri dan terakhir kalinya dia memberi penghormatan kepada semua orang yang telah dimakamkan tersebut. Tian Sen kembali ke tempat dimana ayahnya meninggalkan dia dengan segala hal yang, Tian Sen membawa semua yang dia butuhkan dan semua harta dari keluarganya sendiri termasuk sebuah kalung yang melambangkan seekor burung sedang terbang.
Dia mengalungkan di lehernya dengan tanpa ekspresi, sikap Tian Sen sangat jauh berbeda dari sikapnya saat bersama dengan orangtua maupun orang di desanya. Matanya meski terlihat hitam ada sedikit cahaya merah api yang menembus keluar.
Dengan langkah kakinya, Tian Sen pergi dari desa yang telah hancur itu menuju keluar dari dalam hutan. Meski umurnya belum sepuluh tahun tapi sikapnya benar-benar lebih dewasa dari anak seusianya, tidak hanya sikap tapi arua Tian Sen sedikit berubah daripada sebelumnya.
“Ayah, ibu, aku pasti akan mencari kalian meski harus menghancurkan dunia ini!” Ucap Tian Sen dalam hatinya untuk menemukan orangtuanya.
Jika kedua orangtua Tian Sen mati maka dia ingin melihat mayat mereka, jika mereka masih hidup maka Tian Sen akan mencari mereka meski harus menghancurkan dunia ini.
“Nak, ingatlah! Di masa depan apapun yang terjadi pada kami, kamu jangan pernah mencari kami. Jika masalah kami selesai, kami sendiri yang akan mencarimu jadi hiduplah dengan baik di dunia ini. Lakukan yang kamu mau dan temukanlah cinta sejatimu sendiri di dunia yang kejam meskipun kamu tidak menjadi orang kuat!”
Kata-kata itu masih terbayang dalam pikiran Tian Sen sambil melangkah keluar dari hutan, hal yang seharusnya dia lakukan bukan menunggu tapi mencari kedua orangtuanya dengan tangannya sendiri.
“Aku akan menjadi kuat sehingga tidak ada yang berani padaku!”
“Ah, aku lupa bilang padamu… sebenarnya aku tadi juga merasakan kehadiran sepuluh kehidupan di dekat itu, dan ada banyak energi kematian yang mirip dengan kerangka sebelumnya. Aku pikir mereka adalah orang-orang yang kita cari tapi yah….” Kucing putih yang baru saja ingin mencuri tiba-tiba menatap Tian Sen dengan tatapan aneh.“Bajingan, jangan bilang kamu membiarkan mereka jadi umpan? Sialan, kau kejam bukan?” Tanya kucing putih sadar apa yang telah dilakukan Tian Sen tanpa disadari olehnya. Menjadikan makhluk yang berasal dari dunia luar umpan meriam, lalu mereka kabur begitu saja, pantas saja makhluk itu tidak memperhatikan mereka. Semua karena ada tanda-tanda kehidupan yang lebih banyak, sehingga makhluk tidak ada pikiran itu langsung menuju ke arah tersebut. Makhluk itu pasti berpikir kalau yang mengganggunya adalah mereka, dia benar-benar memuji cara kejam Tian Sen untuk melenyapkan musuh tanpa menggunakan tangannya sendiri.Tian Sen sendiri sebenarnya tidak terlalu mengetahui
BOOOOMMM…. BOOOOMMM….. BOOOOMMM….Ledakan demi ledakan terjadi di depan Tian Sen yang sedang terbang, kucing putih yang melihat ke arah ledakan itu tersenyum dengan bahagia. Ini karena dia bisa merasakan ada sesuatu di depan sana yang mungkin bisa jadi kesempatan besar baginya maupun Tian Sen. Jadi dia dengan tegas menyuruh Tian Sen pergi ke arah tersebut dimana hanya ada gunung yang selalu meledak-ledak setiap beberapa kali dalam beberapa menit. Hawa panas dari gunung-gunung itu pun berbeda dengan gunung di dunia luar yang membuat Tian Sen sangat penasaran bagaimana gunung itu dibentuk? Keduanya turun ke arah gunung api yang masih aktif tersebut, saat Tian Sen mencoba merasakan dengan energi mentalnya. Sekali lagi dia menemukan sesuatu yang cukup mengejutkan berada di dalam lava tersebut.“Hu.. tampaknya ini benar-benar gunung, ayo coba serang!” Kucing putih itu meminta Tian Sen menyerang tapi Tian Sen masih tetap diam seolah masih fokus memeriksa gunung tersebut dengan energi mental
“Huf… ini benar-benar melelahkan tapi tidak ada pilihan lain, kata kakak tertua bukankah kalian harus mengasah kekuatan kalian? Jika nanti kita keluar dan mengecewakan keluarga, mungkin kita akan jadi bahan ejekan setelah generasi ini. Jadi lebih baik jangan katakan kata lelah itu dan cobalah berusaha lebih keras lagi! (Sialan, aku lelah juga tahu! Tapi siapa yang berani melawan si bajingan itu? Jika sampai kita semua tidak berkembang di Medan perang kuno ini, malah nanti saat keluar itia yang akan menderita olehnya!).Dia sadar kalau masuk Medan perang bukan sesuatu hal yang mudah dan juga bahaya dimana-mana. Kalau lengah sedikit, mereka bisa saja mati begitu saja dan lebih parah lagi, banyak hal yang harus mereka lakukan untuk berkembang. Hanya dengan begitu mereka bisa menjadi lebih baik dan terus berkembang, tentu alasan lain itu karena Fei Xueyi mendengar sendiri ayahnya bilang kalau sampai tidak ada peningkatan setelah mereka keluar dari Medan perang, mungkin saja mereka akan la
“Mari lakukan sesuai perintah tuan, tapi tetap berhati-hati dan jangan membuat mereka waspada. Selama kita bisa sampai di pusat dan bergabung dengan tuan, maka kita mungkin punya cara untuk keluar dari situasi sialan ini!” Tegasnya yakin kalau mereka berkumpul semua maka mereka bisa menghindar dari Masalah besar. Jika memang tidak bisa, mereka akan melakukan segalanya untuk membuat semua generasi masa depan lima clan musnah di dalam Medan perang kuno. “Benar, aku akan mencoba untuk membangkitkan jiwa-jiwa dari energi jahat yang ada di Medan perang ini. Saat itu, pasukan kita akan berjumlah lebih dari lima ratus dan mungkin jika kita bisa menemukan sosok kuat yang juga ada di dalam Medan perang ini…. Bukan tidak mungkin kita bisa membunuh semua generasi muda dari lima clan dan keluar dengan selamat!” Seseorang yang tampaknya menguasai kekuatan jahat berbicara dengan senyum percaya diri. Dia sudah lama sekali menyimpan dan menyembunyikan kekuatan aslinya, karena itulah sekarang dia mer
“Sudahlah, jika kamu masih terlalu lama disini, mungkin bocah-bocah itu mati semua. Apa kau tidak ingat tujuanmu sekarang apa? Dan apa kau lupa janjimu pada pemimpin clan phoenix?” Kucing putih tidak ingin menjelaskan panjang lebar kepada TIan Sen jadi dia memaksa Tian Sen untuk pergi mencari anggota clan yang telah terpisah tersebut. Dan bahkan dia sedikit memberikan Tian Sen dorongan agar segera mencari anggota itu agar tidak terjadi sesuatu yang mungkin nanti membuat Tian Sen maupun dari sisi petinggi clan menyesal.“Aku tahu itu.. Tapi kemana aku harus bergerak sekarang? Sialan, ini sulit untukku!” Kata Tian Sen yang benar-benar tidak tahu harus kemana untuk mencari mereka semua. Kucing putih merasa Tian Sen telah jadi orang bodoh karena melupakan sesuatu yang seharusnya dapat digunakan pada situasi seperti sekarang.“Bajingan, apa kau lupa dengan benda kecil yang diberikan oleh gadis naga itu padamu?” Tian Sen yang mendengar kata-kata kucing putih baru sadar akan sesuatu yang pen
Mendengar perkataan dari kucing putih, tentu membuat Tian Sen sedikit berpikir aneh tapi sekarang dia benar-benar tidak bisa fokus karena harus melawan kerangka yang terus memberontak di bawah rawa tersebut. Semua usahanya benar-benar keluar pada saat itu, sekarang fokus Tian Sen benar-benar tidak bisa pindah dari kerangka itu. Serangan demi serangan kerangka membuat formasi kematiannya juga retak, meski dapat di balikan lagi tapi itu hanya bersifat sementara saja karena jika Tian Sen tidak dapat menemukan cara untuk menghancurkan kerangka dan mengambil inti core akan jadi percuma semua yang dilakukan Tian Sen. Pikiran Tian Sen menjadi lebih cepat dari biasanya, dia memutar otaknya lalu menemukan satu cara yang bagus untuk membuat kerangka itu menyerah.“Teknik gabungan, dua belati menjadi satu hancurkan kejahatan!” Tian Sen menggabungkan dua belati kesengsaraan menjadi satu dan energi kesengsaraan yang bertujuan untuk membersihkan segala hal yang bertentangan langsung masuk dan mulai