"Jangan sentuh kami dengan tangan kotormu itu! Kau telah membasuhnya dengan darah ayah dan juga saudara-saudaraku! Kau pikirkan saja sekarang! Masih pantaskah kau menyentuh kami berdua?" Jing Yue berteriak sembari menghindar. Dirinya sudah merasa teramat jijik dengan pria yang masih bergelar suaminya.
"Ah Yue, maafkan aku! Aku sangat terpaksa melakukannyaaa! Keluargaku yang lain juga dalam ancaman. Aku-aku ... aaaarrhhh! Haruskah aku meninggalkan merekaaa?" Jiu Wang berteriak setinggi gunung pencakar langit."Mengapa tidak ada pilihan lain?" Jiu Wang meremas-remas rambutnya sendiri dengan penuh penyesalan, kegeraman dan kemarahan yang bercampur menjadi satu. "Mengapaa aku disudutkan pada persoalan seperti ini?""Mengapaaaaaa?""Mengapa kau bertanya padaku? Jika kau pergi malam ini juga. Maka, sejak kau melangkah keluar dari tanah kediaman ini. Aku Jing Yue, sudah bukan istrimu lagi! Dan jangan pernah berharap kau bisa melihat anak ini tumbuh dengan menggunakan nama margamu! Bahkan, aku pun tak akan pernah membiarkan dia tahu siapa ayahnya!""Ah Yue, jangan lakukan itu. Kumohon padamu sekali lagi!" Jiu Wang menjura beberapa kali di hadapan istrinya. "Jangan pernah sekalipun meminta perpisahan dariku! Setelah kuselesaikan masalahku dengan Klan Jia, aku akan menjemputmu dan anak kita!" seru Jiu Wang dengan harapan hati istrinya akan luluh. "Jangan membuatku semakin dilema!""Tidaaak! Aku tidak mau hidup dengan pembunuh keluargakuuu! Kau lepaskan statusku sebagai istrimu atau aku akan membunuh anak ini dan juga diriku sendiri setelahnya?" Jing Yue berteriak mengancam setelah berhasil menarik sebilah belati pendek dari pinggangnya.Wanita itu menempelkan ujung belati sangat dekat dengan perut bayi lelakinya. Jing Yue berteriak sekali lagi. "Aku akan membunuhnya!""Tidaaaak! Jangan lakukan hal itu! Kau ibunya, bagaimana bisa kau dengan tega membunuh anak kita?""Diam! Nyawanya adalah milikku!""Ah Yue, jangan lakukan itu! Jangan beri aku pilihan yang berat." Jiu Wang menjatuhkan lututnya di hadapan wanita yang teramat dia cintai."Diaaam! Dia adalah milikku!" bentak Jing Yue dengan kemarahan yang menyala di matanya. Wanita itu menekan pisau kecil di perut bayinya. Dia hanya ingin agar Jiu Wang mengerti perasaannya saat melihat luka tusuk di perut ayahnya. "Aku yang melahirkanya! Maka aku juga berhak menghilangkan nyawanya, sama seperti kau menikam ayahku hingga tewas!""Ah Yue, jangan lakukan ituuu!" Jiu Wang menghiba dengan perasaan hati hancur lebur."Anakku! Dia juga anakku!" Jiu Wang merasa sangat ketakutan kali ini. Tentu saja dia tidak ingin kehilangan orang-orang yang sangat dia sayangi. Terlebih lagi, putranya baru berusia empat puluh hari."Daripada kau membunuh anakmu sendiri yang juga darah dagingku. Lebih baik kau bunuh saja aku sekarang juga, Ah Yueee!" Jiu Wang menawarkan nyawanya untuk menggantikan anaknya. "Bunuh atau kausiksalah aku sepuas hatimu! Perlakukan aku sebagaimana apa yang telah aku lakukan pada mereka semuaaa!""Bukankah kau adalah salah seorang pembunuh tak berperasaan? Jadi, mengapa kau sangat ketakutan sekarang? Kau takut melihat mayat kami berdua, apa bedanya kami dengan mereka semua yang telah kau bantai malam ini?" teriak Jing Yue dengan kemarahannya yang meluap."Kau berbeda, kalian tak sama dengan merekaaa! Fuyu aku mohon letakan belati itu sekarang jugaaa! Lihatlah, anak kita terus menangis. Mungkin dia sedang ketakutan sekarang kare ....""Ya! Dia sangat ketakutan karena ayahnya ternyata adalah seorang pengkhianat yang membunuh keluarga ibunya! Puaaaas?" bentak Jing Yue dengan air mata yang terus berderaian. "Itukah yang harus kuceritakan padanya kelak?""Ah Yueeee!""Dia memang sangat ketakutan melihat ayahnya yang ternyata adalah seorang pembunuh terkeji di muka bumi ini!" Jing Yue membentak dengan air mata yang masih berderaian."Bukankah dia lebih baik mati saat ini, daripada kelak harus membawa gelar sebagai anak seorang pengkhianat?" Jing Yue bertanya dengan masih bersimpuh di samping mayat Jing Zhao. Air matanya berderaian membasahi wajah sang bayi."Maafkan aku!" Jiu Wang berucap dengan suara bergetaran."Ah Yue, aku-aku ... aku harus bagaimana sekaraaang?" bertanya Jiu Wang sembari menangis penuh penyesalan dan ketidakberdayaan. "Ah Yue, maafkan akuuu!""Mengapa kau bertanya padaku? Bukankah kau sudah menentukan pilihanmu sebelumnya? Sekarang kau hanya bisa memilih salah satunya!" Jing Yue memberi sebuah pilihan yang sangat sulit bagi suaminya.Baru saja Jing Yue selesai berucap, beberapa kelebat bayangan manusia datang ke tempat itu. Mereka semua dengan sigap berlutut di hadapan Jiu Wang yang tak memedulikan kedatangan kelompok tersebut."Salam, Tuan Muda Pertama! Tetua Wen dan Tetua Han sedang menunggu laporan dari Tuan Muda!" ucap salah seorang dari mereka sembari berlutut dan menunduk hormat."Kalian kembalilah dan bawa semua bukti kalau aku telah selesai menjalankan tugasku. Aku masih akan di sini!" Jiu Wang Menyahut dengan suara lemah bagai tak ada lagi semangat untuk melakukan apa pun."Maaf, Tuan Muda! Mereka juga sudah menunggu untuk penobatan Tuan Muda menjadi kepala keluarga berikutnya! Dan juga, tuan muda kecil pertama saat ini sedang sakit. Dia terus menangis memanggil-manggil Anda!""Yu'er!" Jiu Wang berteriak dalam hati menyebut nama anak pertamanya. Sebagai seorang ayah, dia pun merindukan putranya yang lain. Jiu Wang terhenyak dalam kebingungan yang teramat sangat. Ditatapnya istri dan anaknya dengan air mata berlinangan. "Ah Yue!""Pergilah jika itu pilihanmu! Tapi ingatlah, setelah kau menginjakan kakimu di luar tanah Keluarga Jing. Sejak itulah, kau bukan lagi suamiku!" Jing Yue berucap tanpa menoleh sedikit pun."Kalau begitu, aku takan pergi dari sisimu!" teriak Jiu Wang merasa sangat berat hati meninggalkan anak dan istrinya ini."Tuan Muda, tuan muda kecil dan seluruh klan sudah menunggumu!" Salah seorang pengawal Keluarga Han mengingatkan sekali lagi.Jiu Wang merasa sangat bingung dalam menghadapi kenyataan yang sekarang harus dipilihnya. Keluarga kecil di depan mata tengah dilanda tragedi berdarah akibat ulahnya sendiri.Sementara dia juga memiliki tanggung jawab besar sebagai seorang tuan muda, sekaligus pewaris utama keluarganya. Bahkan sampai saat ini pun, Keluarga Jing tidak ada yang mengetahui siapa sebenarnya menantu sang pemenang sayembara ini.Kebimbangan terus melanda pikiran Jiu Wang. Dia menatap wanita cantik yang masih terlihat menangis sesenggukkan di sisi mayat Jing Zhao. Hati Jing Yue saat ini pastilah sangat hancur dan akan menumbuhkan bibit dendam kepadanya.Namun, nasi sudah menjadi bubur dan tidak akan pernah bisa dikembalikan lagi seperti sedia kala. Ibarat kata, Jiu Wang sedang menempa senjata untuk membunuh dirinya sendiri kelak. Terlebih lagi, bayi dalam gendongan Jing Yue adalah seorang lelaki dan bukan tidak mustahil jika sang ibu akan menanamkan benih kebencian pada pria kecil yang sangat dicintainya.Jiu Wang merasa terjebak dari kubangan lumpur dosa tak terampuni. Hanya jeritan panjang yang bisa ia lepaskan saat ini."Aaaaarrgghh!""Pergilah jika itu pilihanmu! Tapi ingatlah, setelah kau menginjakkan kakimu di luar tanah Keluarga Jing. Sejak itulah, kau bukan lagi suamiku!" Jing Yue berucap tanpa menoleh sedikit pun."Kalau begitu, aku tidak akan pergi dari sisimu!" teriak Jiu Wang merasa sangat berat hati meninggalkan anak dan istrinya ini. "Aku tidak akan meninggalkanmu dan anak kita, Ah Yueee!""Tuan Muda, tuan muda kecil dan seluruh klan sudah menunggumu!" Salah seorang pengawal Keluarga Han mengingatkan sekali lagi."Aaaaaaaarrgghh!" Sebuah jeritan panjang bernada tinggi dengan lambaran ilmu tenaga dalam terlepas dari mulut Jiu Wang. Para pengawal dari Keluarga Han pun harus berusaha keras menahan akibatnya. Darah segar seketika mengalir dari telinga dan hidung mereka.Para pria pengawal dari Keluarga Han saling memberi isyarat satu sama lain. Salah satu seorang dari mereka bergerak bangkit dan maju mendekati sang tuan muda. Pria itu memukul tengkuk Jiu Wang hingga tak sadarkan diri. "Maaf, Tuan Muda! Tak a
17 tahun kemudian.Pada suatu hari yang cerah di Gunung Naga.Sinar mentari sudah tidak lagi menyengat, tetapi masih terasa cukup hangat di permukaan kulit. Cahayanya menembus hutan pinus di perbatasan perbukitan, menambah keelokan pemandangan di sana.Di padang rumput yang tak seberapa luas, seorang anak muda berlarian menerobos semak belukar dan kelebatan rumput ilalang. Dia bahkan tidak memedulikan kulit halus kaki-kaki kokohnya yang sesekali tergores oleh duri-duri dari tanaman liar hingga berdarah. Tampaknya, pemuda itu sedang memburu sesuatu.Anak muda itu berhenti di depan semak perdu yang cukup rimbun. Mata indah dengan iris birunya mengawasi suatu pergerakan kecil pada tumbuhan berumpun berdaun kecil, panjang dan memiliki warna hijau kekuningan.Mulut pemuda itu lirih bergumam, "Di mana dia? Bukankah tadi dia lari ke sini?"Suara gemerisik nan samar disertai desisan lembut telah menjatuhkan sepasang mata cantik itu mengalihkan perhatian pada sisi semak yang lain. Seutas benda
"Mengapa dia selalu saja tidak sabaran sekali?" Hua Fei hanya bisa menggelengkan kepalanya berulang kali. Dia berjalan menyusul saudara mudanya sembari menggendong keranjang milik Jing Ling.Di sepanjang perjalanan, mulut bocah itu terus bergumam seperti sedang menghafalkan sesuatu."Daun mongoose, minyak kelapa, minyak lavender, lalu ... apa lagi?" Hua Fei berjalan sembari membuka buku tentang pengobatan. "Mungkinkah batu giok hitam juga bisa untuk menyerap racun pada luka bekas gigitan ular.""Mengisap racun dari bekas luka justru tidak diperbolehkan, karena racun bisa tertelan dan mengakibatkan hal yang sangat berbahaya bagi si pengisap." Hua Fei masih sibuk dengan buku metode penanganan pertama pada korban gigitan ular.Baru beberapa ratus langkah Hua Fei berjalan, dia dikejutkan oleh suara ramai anak-anak lain tertawa. Anak itu berlari-lari ke arah suara keributan dan mendapati pemandangan yang membuatnya bukan hanya terkejut, tetapi juga merasa sangat marah. Hua Fei bergegas meng
"Apa kau bilang? Apakah aku sudah salah dengar?" Hua Fei yang menjadi tertawa kali ini. Dia merasa sangat geli mendengar perkataan Jing Yanxi yang sedang mengunggulkan dirinya sendiri dan tidak pernah mau bersikap rendah hati kepada siapa pun. "Dan kurasa, seekor keledai bahkan masih lebih pintar darimu. Seekor katak pun kurasa tidak lebih rendah dari dirimu yang congkak itu!""Beraninya kau mentertawakan tuan muda kami, Hua Feeei!" Salah seorang anak buah Jing Yanxi berteriak. Dia sungguh sangat tidak terima sang tuan muda mereka dihina dan dikatai oleh seseorang yang bagi mereka, Hua Fei hanyalah anak tidak memiliki kemampuan apa pun selain daripada seorang kutu buku."Minggir!" Hua Fei membentak sambil berlari menghampiri Jing Ling setelah menabrak tubuh Jing Yanxi dan mendorong salah seorang anak buah tuan muda Keluarga Jing hingga terjatuh. Bocah itu berulang kali mengusap-usap pakaian saudaranya guna membersihkan debu dan kotoran lain yang menempel di tubuh sang adik kecil. Boca
"Hah! Kau pikir kami takut pada jurus murahanmu itu?" Anak lelaki berbadan sedang dengan sebuah tahi lalat pada kiri hidungnya maju dan langsung menyerang Hua Fei secara serampangan."Maka majulah kalian bersama-sama, agar kalian juga tersungkur bersama-sama pula!" Hua Fei berteriak menantang anak-anak dari Keluarga Jing. Hua Fei hanya tidak ingin jika enam bocah ini mengeroyok Jing Ling, hingga dia pun rela mengorbankan diri untuk saudara mudanya tersebut.Perkelahian tidak seimbang benar-benar terjadi, tetapi Hua Fei juga bukanlah seorang anak yang biasa saja. Dia juga adalah murid dari Sekte Lembah Berawan, sekaligus keponakan dari Hua Yan. Bisa dibilang juga, ilmu bela diri yang dia kuasai sudah cukup tinggi. Terlebih lagi, yang dihadapinya saat ini hanyalah anak-anak yang tak memiliki ilmu kanuragan apa pun."Aaaaaa!"Suara pekikan keras terdengar dari arah arena perkelahian antara Hua Fei dan enam orang anak buah Jing Yanxi. Seseorang terpen
"Tuan Muda Jing Yanxi yang terhormat Sepertinya, sekarang Anda sudah sangat nyaman berada di bawah kakiku ini." Jing Ling berucap sembari berkacak pinggang. "Bukankah tadi, kau yang ingin menjadikan kami berdua alas kaki?""Ji-Jing Ling!" Jing Yanxi mendesis penuh kemarahan namun dia tak berdaya sama sekali."Rasakan akibat dari kesombonganmu, Yanxi!" Jing Ling kembali tertawa sambil berkacak pinggang. Dia merasa puas bisa membalas sakit hatinya kepada anak dari Jing Cheng yang merupakan saudara sepupu lelaki Jing Yue ibunya."Jing Ling! Aku akan membalasmuuu!"Jing Ling tertawa panjang dengan nada mengejek dan berkata, "Tuan Muda Jing yang terhormat. Seharusnya, sejak awal kau pikirkan terlebih dahulu akibatnya. Kau ini tidak lebih dari seorang pecundang yang tak akan pernah bisa mengalahkan seorang Jing Ling!""A-aku masih be-belum kalah darimu, Jing Ling!" Jing Yanxi berusaha keras untuk bangkit dari tindasan adik sepupunya ini. Dia tetaplah seorang anak berhati keras yang tidak ak
"Kalian!" Jing Yunxi menoleh kepada para pengawal yang mengiringinya. "Tangkap mereka semua dan tolonglah Jing Ling adikku itu!""Baik, Nona!" Para pengawal wanita menyahut dan segera berhamburan membekuk kawan-kawan Jing Yanxi dan juga menolong Jing Ling yang masih tak sadarkan diri.Tentu saja Jing Yanxi sangat tidak menyukai kedatangan adik kembarnya yang dianggap telah mengganggu kesenangannya. Anak lelaki itu melirik tajam, dingin disertai perasaan dendam ke arah Jing Ling dan Hua Fei. Ada rasa tidak puas dalam hati dan bahkan masih memikirkan cara lain untuk melampiaskannya nanti."Jangan sentuh aku! Aku bisa jalan sendiri!" Jing Yanxi membentak salah seorang pengawal yang hendak meraih tubuhnya."Baiklah, Tuan Muda. Mari!" Pengawal pria itu dengan sikap hormat dalam menghadapi sang tuan muda yang terkenal tinggi hati dan suka memaksakan kehendaknya ini."Pulanglah, Ge!" seru Jing Yunxi dengan sorot mata menentang pada saudara yang terlahir terlebih dahulu sebelum dirinya."Awas
"Tuan Muda Hua, kalau kami tidak membunuh binatang berbahaya itu, maka kamilah yang akan mereka serang." Wanita pengawal pribadi Jing Yunxi berkata sembari menyingkirkan bangkai-bangkai ular tersebut."Apakah kalian melihat mereka menyerang kalian? Bahkan untuk bergerak pun mereka tidak bisa seperti sebelum kami tangkap. Karena mereka sudah kami lumpuhkan." Hua Fei berbicara sambil beringsut perlahan hendak mengumpulkan bangkai ular-ularnya. "Meskipun sudah menjadi bangkai, tapi aku harus tetap membawa mereka semua!""Meskipun ular mati mungkin tidak akan masuk ke dalam penilaian. Semoga Jiang Lao bersedia memberi kesempatan sekali lagi pada kami," ucap Hua Fei dengan mata berkaca-kaca."Bagaimana ini? Apakah kami tidak akan bisa lolos ke tahap selanjutnya?"Mereka butuh waktu selama enam bulan untuk bisa memasuki ujian tahap lanjut pada kelas racun di Sekte Lembah Berawan. Meskipun dirinya dan Jing Ling adalah para calon ketua sekte yang akan datang, tetapi mereka berdua harus tetap m