Share

SATU PILIHAN

"Jangan sentuh kami dengan tangan kotormu itu! Kau telah membasuhnya dengan darah ayah dan juga saudara-saudaraku! Kau pikirkan saja sekarang! Masih pantaskah kau menyentuh kami berdua?" Jing Yue berteriak sembari menghindar. Dirinya sudah merasa teramat jijik dengan pria yang masih bergelar suaminya.

"Ah Yue, maafkan aku! Aku sangat terpaksa melakukannyaaa! Keluargaku yang lain juga dalam ancaman. Aku-aku ... aaaarrhhh! Haruskah aku meninggalkan merekaaa?" Jiu Wang berteriak setinggi gunung pencakar langit.

"Mengapa tidak ada pilihan lain?" Jiu Wang meremas-remas rambutnya sendiri dengan penuh penyesalan, kegeraman dan kemarahan yang bercampur menjadi satu. "Mengapaa aku disudutkan pada persoalan seperti ini?"

"Mengapaaaaaa?"

"Mengapa kau bertanya padaku? Jika kau pergi malam ini juga. Maka, sejak kau melangkah keluar dari tanah kediaman ini. Aku Jing Yue, sudah bukan istrimu lagi! Dan jangan pernah berharap kau bisa melihat anak ini tumbuh dengan menggunakan nama margamu! Bahkan, aku pun tak akan pernah membiarkan dia tahu siapa ayahnya!"

"Ah Yue, jangan lakukan itu. Kumohon padamu sekali lagi!" Jiu Wang menjura beberapa kali di hadapan istrinya. "Jangan pernah sekalipun meminta perpisahan dariku! Setelah kuselesaikan masalahku dengan Klan Jia, aku akan menjemputmu dan anak kita!" seru Jiu Wang dengan harapan hati istrinya akan luluh. "Jangan membuatku semakin dilema!"

"Tidaaak! Aku tidak mau hidup dengan pembunuh keluargakuuu! Kau lepaskan statusku sebagai istrimu atau aku akan membunuh anak ini dan juga diriku sendiri setelahnya?" Jing Yue berteriak mengancam setelah berhasil menarik sebilah belati pendek dari pinggangnya.

Wanita itu menempelkan ujung belati sangat dekat dengan perut bayi lelakinya. Jing Yue berteriak sekali lagi. "Aku akan membunuhnya!"

"Tidaaaak! Jangan lakukan hal itu! Kau ibunya, bagaimana bisa kau dengan tega membunuh anak kita?"

"Diam! Nyawanya adalah milikku!"

"Ah Yue, jangan lakukan itu! Jangan beri aku pilihan yang berat." Jiu Wang menjatuhkan lututnya di hadapan wanita yang teramat dia cintai.

"Diaaam! Dia adalah milikku!" bentak Jing Yue dengan kemarahan yang menyala di matanya. Wanita itu menekan pisau kecil di perut bayinya. Dia hanya ingin agar Jiu Wang mengerti perasaannya saat melihat luka tusuk di perut ayahnya. "Aku yang melahirkanya! Maka aku juga berhak menghilangkan nyawanya, sama seperti kau menikam ayahku hingga tewas!"

"Ah Yue, jangan lakukan ituuu!" Jiu Wang menghiba dengan perasaan hati hancur lebur.

"Anakku! Dia juga anakku!" Jiu Wang merasa sangat ketakutan kali ini. Tentu saja dia tidak ingin kehilangan orang-orang yang sangat dia sayangi. Terlebih lagi, putranya baru berusia empat puluh hari.

"Daripada kau membunuh anakmu sendiri yang juga darah dagingku. Lebih baik kau bunuh saja aku sekarang juga, Ah Yueee!" Jiu Wang menawarkan nyawanya untuk menggantikan anaknya. "Bunuh atau kausiksalah aku sepuas hatimu! Perlakukan aku sebagaimana apa yang telah aku lakukan pada mereka semuaaa!"

"Bukankah kau adalah salah seorang pembunuh tak berperasaan? Jadi, mengapa kau sangat ketakutan sekarang? Kau takut melihat mayat kami berdua, apa bedanya kami dengan mereka semua yang telah kau bantai malam ini?" teriak Jing Yue dengan kemarahannya yang meluap.

"Kau berbeda, kalian tak sama dengan merekaaa! Fuyu aku mohon letakan belati itu sekarang jugaaa! Lihatlah, anak kita terus menangis. Mungkin dia sedang ketakutan sekarang kare ...."

"Ya! Dia sangat ketakutan karena ayahnya ternyata adalah seorang pengkhianat yang membunuh keluarga ibunya! Puaaaas?" bentak Jing Yue dengan air mata yang terus berderaian. "Itukah yang harus kuceritakan padanya kelak?"

"Ah Yueeee!"

"Dia memang sangat ketakutan melihat ayahnya yang ternyata adalah seorang pembunuh terkeji di muka bumi ini!" Jing Yue membentak dengan air mata yang masih berderaian.

"Bukankah dia lebih baik mati saat ini, daripada kelak harus membawa gelar sebagai anak seorang pengkhianat?" Jing Yue bertanya dengan masih bersimpuh di samping mayat Jing Zhao. Air matanya berderaian membasahi wajah sang bayi.

"Maafkan aku!" Jiu Wang berucap dengan suara bergetaran.

"Ah Yue, aku-aku ... aku harus bagaimana sekaraaang?" bertanya Jiu Wang sembari menangis penuh penyesalan dan ketidakberdayaan. "Ah Yue, maafkan akuuu!"

"Mengapa kau bertanya padaku? Bukankah kau sudah menentukan pilihanmu sebelumnya? Sekarang kau hanya bisa memilih salah satunya!" Jing Yue memberi sebuah pilihan yang sangat sulit bagi suaminya.

Baru saja Jing Yue selesai berucap, beberapa kelebat bayangan manusia datang ke tempat itu. Mereka semua dengan sigap berlutut di hadapan Jiu Wang yang tak memedulikan kedatangan kelompok tersebut.

"Salam, Tuan Muda Pertama! Tetua Wen dan Tetua Han sedang menunggu laporan dari Tuan Muda!" ucap salah seorang dari mereka sembari berlutut dan menunduk hormat.

"Kalian kembalilah dan bawa semua bukti kalau aku telah selesai menjalankan tugasku. Aku masih akan di sini!" Jiu Wang Menyahut dengan suara lemah bagai tak ada lagi semangat untuk melakukan apa pun.

"Maaf, Tuan Muda! Mereka juga sudah menunggu untuk penobatan Tuan Muda menjadi kepala keluarga berikutnya! Dan juga, tuan muda kecil pertama saat ini sedang sakit. Dia terus menangis memanggil-manggil Anda!"

"Yu'er!" Jiu Wang berteriak dalam hati menyebut nama anak pertamanya. Sebagai seorang ayah, dia pun merindukan putranya yang lain. Jiu Wang terhenyak dalam kebingungan yang teramat sangat. Ditatapnya istri dan anaknya dengan air mata berlinangan. "Ah Yue!"

"Pergilah jika itu pilihanmu! Tapi ingatlah, setelah kau menginjakan kakimu di luar tanah Keluarga Jing. Sejak itulah, kau bukan lagi suamiku!" Jing Yue berucap tanpa menoleh sedikit pun.

"Kalau begitu, aku takan pergi dari sisimu!" teriak Jiu Wang merasa sangat berat hati meninggalkan anak dan istrinya ini.

"Tuan Muda, tuan muda kecil dan seluruh klan sudah menunggumu!" Salah seorang pengawal Keluarga Han mengingatkan sekali lagi.

Jiu Wang merasa sangat bingung dalam menghadapi kenyataan yang sekarang harus dipilihnya. Keluarga kecil di depan mata tengah dilanda tragedi berdarah akibat ulahnya sendiri.

Sementara dia juga memiliki tanggung jawab besar sebagai seorang tuan muda, sekaligus pewaris utama keluarganya. Bahkan sampai saat ini pun, Keluarga Jing tidak ada yang mengetahui siapa sebenarnya menantu sang pemenang sayembara ini.

Kebimbangan terus melanda pikiran Jiu Wang. Dia menatap wanita cantik yang masih terlihat menangis sesenggukkan di sisi mayat Jing Zhao. Hati Jing Yue saat ini pastilah sangat hancur dan akan menumbuhkan bibit dendam kepadanya.

Namun, nasi sudah menjadi bubur dan tidak akan pernah bisa dikembalikan lagi seperti sedia kala. Ibarat kata, Jiu Wang sedang menempa senjata untuk membunuh dirinya sendiri kelak. Terlebih lagi, bayi dalam gendongan Jing Yue adalah seorang lelaki dan bukan tidak mustahil jika sang ibu akan menanamkan benih kebencian pada pria kecil yang sangat dicintainya.

Jiu Wang merasa terjebak dari kubangan lumpur dosa tak terampuni. Hanya jeritan panjang yang bisa ia lepaskan saat ini.

"Aaaaarrgghh!"

Komen (10)
goodnovel comment avatar
Serpihan Salju
Hahaha takut gak lolos
goodnovel comment avatar
Serpihan Salju
Hehehe iya
goodnovel comment avatar
Serpihan Salju
Mrk cuma menjalankan tugas ...
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status