Share

Bab 3 Membangkitkan Pusaka Langit Seruling Emas

Angling awalnya agak panik mendengar suara tersebut. Namun setelah melihat kepulan asap dari bom asap itu mereda, dan mendapati salah satu kepala anggota partai Kelabang Hitam atau Kelabang Iblis itu pecah, ia tetap tenang.

Angling berjalan pelan sambil menelaah kondisi Empu Satria saat ini, “Apakah takdir berubah? Setahuku, guru hanya di fase pejuang bintang dua, bagaimana mungkin bisa mengalahkan salah satu dari anggota partai Kelabang Iblis?” gumamnya memicingkan mata.

Empu Satria terduduk lemas di depan salah satu mayat anggota partai Kelabang Iblis dengan dada kembang kempis.

“Guru …!”

Angling berlari cepat sambil menghilangkan 9 jarum roh, dan benang roh yang telah ia keluarkan. Kemudian memapah Empu Satria, dan membawanya ke pusat Desa Pasir Merak untuk mendapatkan perawatan.

“Angling, lebih baik tinggalkan aku. Mereka pasti kembali, dan akan memperlambat mu. Aku akan mentransfer semua tenaga dalam yang tersisa untuk menyempurnakan ajian Dasendria sampai ke tingkat ungu padamu —”

“Tidak, Guru. Kalau Guru melakukannya, Guru akan mati,” potong Angling dengan menggeleng tegas.

Benar saja apa yang dikatakan oleh Empu Satria, beberapa anggota partai Kelabang Iblis mulai berdatangan kembali menaiki kuda dari arah pusat desa Pasir Merak, dan jumlah mereka sekitar 30 orang.

Dengan sekuat tenaga, Angling segera melompat ke dalam semak-semak bersama Empu Satria.

“Angling, sembunyikan tenaga dalam milikmu!” titah Empu Satria dengan nada suara lirih.

Angling Madangkara yang memiliki wadah induk tenaga dalam yang berbeda dari manusia pada umumnya, ia lalu menyembunyikan tenaga dalamnya dengan menahan nafas.

“Sial, ini karena kecerobohanku tadi. membiarkan mereka semua lolos, tapi kali ini aku akan membunuh mereka semua tanpa ampun,” batin Angling menyeringai kesal.

Suara hentakan langkah kaki kuda bergerak ke arah mereka berdua, dan semakin lama terdengar keras. Angling, dan Empu Satria segera tiarap di dalam semak-semak, supaya tidak terlihat oleh pemimpin kecil utama partai Kelabang Iblis yang ikut serta mencari Angling, dan Empu Satria.

Pandangan mata Empu Satria melebar saat melihat sosok yang memakai pakaian ninja berwarna merah. Ia adalah pemimpin kecil utama partai Kelabang Iblis di Desa Pasir Merak. Detak jantungnya tak beraturan, dan itu bisa dirasakan dengan sangat jelas oleh sosok pria berpakaian ninja berwarna merah tersebut.

“Gawat!”

Menyadari hal tersebut Angling langsung melempar 9 benang roh ke arah anggota Partai Kelabang Iblis di barisan paling depan.

“Aaaakh!” Kesembilan anggota partai Kelabang Iblis terjatuh dari kudanya sambil memekik keras.

“Angling, apa yang kau lakukan?”

Sebelum dijawab oleh Angling Madangkara, dagu Empu Satria sudah ditendang oleh pria berpakaian ninja merah, hingga terjungkal-jungkal ke belakang, dan memuntahkan darah.

Angling langsung bereaksi mengambil pusaka tongkat pemukul kucing yang tergeletak di depannya, dan menghantam leher pria berpakaian ninja merah tersebut.

Angling langsung mengangkat tubuh Empu Satria, dan lari ke dalam hutan. Namun pria berpakaian ninja merah, dan 20 anggota partai kelabang Iblis tidak membiarkan lolos begitu saja. Mereka menarik pelana kuda masing-masing, dan kuda itu berlari cepat mengejar ke arah Angling Madangkara, dan Empu Satria.

“Angling, ting-tinggalkan saja aku. Biarkan aku tertangkap saja —”

“Tidak guru. Aku tidak akan membiarkannya,” potong Angling kekeh.

Angling terus berlari menuju tebing jurang yang dibawahnya ada sungai. Di kehidupan sebelumnya, Angling ke tempat yang dinamakan air terjun Sewu Wulan, dan berada di dekat Desa Pasir merak tersebut untuk mengambil sebuah pusaka yang bernama seruling emas.

Berkat pusaka itu tersebut ia mampu menyempurnakan ajian Dasendria sampai tingkat ungu, yakni sebuah kemampuan untuk meniru ajian apapun hanya dalam sekali lihat. Karena pusaka tersebut mampu membuka 361 titik aliran tenaga dalam di dalam aliran tubuhnya.

"Angling, di depan tebing! Jangan kesana!" sergah Empu Satria.

Namun Angling tetap tenang, walaupun di belakang 2 kuda sudah mendekat, dan kapan saja ia bisa terbunuh, kalau salah satu dari mereka menebaskan pedangnya ke punggung Angling Madangkara.

"Pejamkan mata saja guru! Kita akan terjun!"

Empu Satria yang memang takut akan ketinggian memejamkan mata, sedangkan telapak tangan kiri Angling menembakan benang roh sepanjang 10 meter ke barisan depan pasukan berkuda partai Kelabang Iblis.

Ujung benang roh tersebut berhasil menjerat leher ninja merah, lalu Angling yang menggendong Empu Satria ala bridal style melompat ke tebing, dan bergelayutan menggunakan benang roh yang dipegangnya.

Benang roh tersebut mengayun, dan berhasil memutuskan leher ninja merah, serta 10 anggota partai Kelabang Iblis yang berada di barisan depan.

Tubuh Angling, dan Empu Satria terjun ke sungai, tetapi sebelum itu Angling menggambar pola enkripsi di telapak tangan kirinya, dan menyeka dagu Empu Satria yang berlumuran darah.

"Guru, panggul pusaka Guru!" pinta Angling.

"Tongkat pemukul Kucing, datanglah!"

Tongkat yang tergeletak di permukaan tanah dekat jalan yang menuju pusat Desa Pasir Merak melesat sangat cepat ke arah tebing sungai setinggi 20 meter. Lalu menukik ke bawah, dan meluncur cepat ke arah Angling.

Tongkat itu langsung ditangkap oleh Angling dengan tangan kirinya, dan saat di ketinggian 3 meter, tongkat tersebut ditusuk ke dinding tebing batu.

Muncul lingkaran sihir yang menyedot mereka berdua masuk ke dalamnya. Mereka berdua telah berpindah tempat ke dalam gua di dalam air terjun Sewu Wulan.

"Dimana kita?" tanya Empu Satria dengan mata melebar.

"Guru sedang bermimpi!" jawab Angling sambil memukul tengkuk gurunya itu sampai pingsan, "Maafkan aku, Guru. Aku tidak bisa menjelaskannya pada guru, karena aku mau memanggil pusaka terhebatku yang aku dapat setelah bertapa selama 100 tahun. Namun …."

Angling meneteskan air matanya, karena saat memanggil pusaka seruling emas waktu di kehidupan sebelumnya, Angling Madangkara menggunakan darah, dan jantung Empu Satria yang mati di medan perang setelah dikhianati wanita yang pernah dicintai oleh pria tua berjenggot putih tersebut.

Angling mengambil darah Empu Satria yang berada di dagunya, lalu menggambar pola enkripsi berbentuk hexagonal di permukaan tanah. Setelah itu ia menengadahkan telapak tangan kirinya yang sudah muncul sebuah lubang hitam di tengahnya.

"Ini adalah cara terbaik. Walaupun punya banyak resiko, tapi berkat pengetahuanku yang tidak hilang di kehidupanku sebelumnya yang dijuluki Dewa Pengetahuan. Aku sudah meminimalisir resiko tersebut."

Tangan kiri yang memiliki lubang hitam tersebut ditaruh pada tengah pusat motif hexagonal, lalu Angling Madangkara merapal ajian, "Ajian banda sayuta!"

19 mayat anggota partai Kelabang Iblis keluar dari dalam lubang hitam yang berada di tengah telapak tangan kiri Angling madangkara. Hanya dalam 3 hembusan nafas, semua mayat tersebut dihisap ke dalam pola enkripsi hexagonal tersebut.

Gua berguncang, dan guncangannya terasa ke seluruh Kerajaan Awan Merah. Tentu saja membuat Raja Awan Merah panik, karena menganggap kubah yang melindungi wilayah kerajaan Awan Merah telah hancur oleh bangsa siluman.

Padahal bangsa siluman hanya menjadi buah bibir atau rumor disaat ini, dan belum berhasil menghancurkan kubah nawadewanata, dan kubah-kubah pelindung yang melindungi sembilan kerajaan di benua Sangakama.

“Uugh! Aaakh!” pekik Angling, karena tiba-tiba jantungnya terasa sakit.

Apa yang dilakukannya sekarang di luar prediksi saat ini. Padahal persyaratan pemanggilan sudah dipenuhi, yakni satu jantung manusia, dan darahnya.

Comments (2)
goodnovel comment avatar
Sayap Uranus
ya kak. Murid ga ada akhlak wk
goodnovel comment avatar
El GeiysyaTin
astaga, gurunya di pukul wkwkwk
VIEW ALL COMMENTS

Related chapters

Latest chapter

DMCA.com Protection Status