Share

Akhirnya Bertemu

“Runa, kamu sudah siap?”

Aruna menoleh ke pintu saat mendengar suara sang kakak. Dia dan keluarganya malam itu hendak pergi ke restoran untuk merayakan ulang tahunnya.

“Iya.” Aruna mengangguk, lantas berjalan keluar dari kamar.

Aruna dan keluarganya pun berangkat bersama, mereka pergi ke restoran yang sudah dipesan sebelumnya.

“Mommy seharusnya tak usah merayakan ulang tahunku. Aku sudah besar, Mom.” Aruna merengek karena Bintang memesan kue dengan inisial namanya ke pelayan yang baru saja keluar dari ruangan itu.

“Tidak apa, sekali-kali. Mommy juga tidak tahu kapan bisa merayakan ulang tahunmu lagi, mumpung kamu tidak kabur lagi, ya sudah rayakan saja,” kekeh Bintang tak mau menerima penolakan.

Aruna menoleh ayah, kakak, dan kakak iparnya, mereka hanya mengedikkan bahu tak mau membantah perintah Bintang.

“Mom, aku ke kamar kecil sebentar,” kata Aruna karena tiba-tiba ingin buang air kecil.

Bintang mengangguk mendengar perkataan Aruna. Aruna juga pamit ke kakaknya, lantas pergi menuju toilet yang berada tak jauh dari ruangan tempatnya akan makan bersama keluarga.

Aruna masuk toilet, lantas segera keluar setelah buang air kecil. Hingga saat akan mencuci tangan, terdengar suara pintu bilik terbuka, lantas ada yang mengajaknya bicara, membuat Aruna menoleh.

“Jepit rambutnya cantik.”

Aruna terkejut dan langsung menoleh ketika mendengar suara anak kecil memuji jepit rambut yang dipakainya. Dia melihat gadis kecil manis menatapnya sambil mengedip-ngedipkan mata.

“Hai, Emily.” Aruna menyapa dengan ramah gadis kecil memakai gaun berwarna pink seperti dirinya. Dia tak menyangka bisa bertemu lagi dengan Emily di restoran itu, meski dia pun cemas jika di sana ada Ansel.

“Gaun kita warnanya juga sama,” kata Emily sambil menggoyangkan gaunnya.

Aruna menurunkan pandangan, hingga melihat kesamaan warna dari gaun mereka.

“Iya, kebetulan sekali,” balas Aruna sambil memulas senyum meski sedikit dipaksa karena tahu siapa Emily.

“Senang sekali bisa bertemu denganmu lagi,” ucap Aruna sedikit membungkuk untuk menatap Emily.

“Iya,” balas Emily sambil mengangguk.

Aruna menengok ke kanan dan kiri, mencari ibu gadis kecil itu.

“Kakak Cantik nyari siapa?” tanya Emily sambil menatap Aruna yang celingukan.

“Kamu di toilet sendirian?” tanya Aruna sambil menatap gadis kecil itu.

“Iya sendiri,” jawab gadis kecil, kemudian mencoba mencuci tangan tapi tak bisa menggapai kran air karena terlalu tinggi.

Aruna memandang Emily yang terlihat berani dan mandiri.

“Ini susah!” Emily berusaha menggapai tapi tak berhasil.

Aruna mendekat, lantas mengangkat tubuh gadis kecil itu agar bisa mencuci tangan.

Emily tersenyum karena Aruna mau membantunya, lantas dia buru-buru mencuci tangan.

“Sudah,” kata Emily sambil meraih tisu.

Aruna menurunkan Emily, lantas merapikan gaun Emily yang sedikit kusut.

“Terima kasih, Kakak Cantik.” Emily mengucapkan terima kasih dengan sangat sopan. “Papiku di luar, karena ini toilet wanita, jadi dia tidak boleh masuk. Untung ada Kakak Cantik yang mau bantu aku cuci tangan.”

Emily berceloteh meski tak ada yang memintanya bicara.

Aruna terkejut mendengar ucapan Emily. Dia mendadak panik dan kebingungan karena ayah gadis kecil itu di sana. Aruna mengumpat dalam hati, kenapa harus bertemu dengan Emily di sana.

“Kakak, beli jepit rambutnya di mana? Aku suka kupu-kupu, biar nanti Papi belikan jepit yang seperti itu,” ujar Emily sambil menunjuk ke jepit rambut Aruna.

Aruna terkejut mendengar ucapan Emily hingga langsung menyentuh jepit rambut itu, lantas melepasnya untuk diberikan ke Emily.

“Kamu mau, ambil saja. Ini kakak beli di luar negeri, anggap saja hadiah.” Aruna memberikan jepit rambutnya ke Emily.

Emily terkejut tapi senang. Dia langsung menerima jepit rambut dengan bahagia.

“Terima kasih, Kakak Cantik yang baik.” Emily terlihat bahagia sambil memuji Aruna.

“Ini hadiah ulang tahun yang indah buatku. Ini pertama kali aku dapat hadiah ulang tahun dari orang lain. Bukan Papi, Oma, atau Opa,” celoteh Emily sambil memandang jepit rambut di tangannya.

“Kamu hari ini ulang tahun?” tanya Aruna memastikan.

“Iya,” jawab Emily sambil melebarkan senyum.

Aruna tersenyum, lantas kembali berkata, “Berarti ulang tahun kita sama. Aku juga ulang tahun hari ini.”

“Benarkah?” Emily terlihat senang karena memiliki ulang tahun yang sama dengan Aruna.

“Aku mau kasih tahu Papi, kalau ulang tahun Kakak Cantik sama denganku.”

Aruna kembali panik mendengar Emily menyebut papi lagi.

Emily hendak pergi, tapi ingat ucapan ayahnya.

“Oh ya, Papi bilang mau berterima kasih karena Kakak Cantik menolongku. Tapi aku tidak tahu nama Kakak Cantik. Papi ada di luar, Kakak Cantik mau menemui Papi, kan?” Emily membujuk agar Aruna mau ikut dengannya.

Aruna terkejut mendengar ucapan Emily, hingga kemudian membalas, “Tidak usah. Kakak menolong karena memang ingin, tidak usah berterima kasih.”

Aruna tidak mau keluar karena di sana ada mantan kekasihnya, meski sebenarnya Aruna pun berharap jika dia salah melihat dan ayah gadis kecil menggemaskan itu bukan mantannya.

“Tapi, Papi bilang mau terima kasih,” ucap Emily kekeh ingin mempertemukan Aruna dengan ayahnya.

“Tidak boleh menolak niat baik orang, Kakak. Kata Papi begitu,” ucap Emily malah menasihati.

Aruna malah bingung mendengar bujukan Emily. Apalagi gadis kecil itu terbilang cerdas di usianya yang masih balita. Dia juga panik jika sampai bertemu dengan Ansel.

“Kakak, Kakak Cantik belum menikah, kan?” tanya Emily tiba-tiba memastikan karena teringat semua ucapan ayahnya.

Aruna kembali terkejut, hingga tersenyum canggung.

“Belum,” jawab Aruna tak mau berbohong, “memangnya kenapa?” tanya Aruna kemudian.

Emily melebarkan senyum karena senang mengetahui Aruna belum menikah. Itu artinya dia masih boleh berharap dan berdoa ke Tuhan agar Aruna menjadi maminya.

“Berarti kalau ketemu Papi, tidak ada yang marah. Papi beneran mau bilang terima kasih. Kakak ikut, ya. Sebentar saja.” Emily menarik tangan Aruna, memaksa agar wanita itu ikut dengannya.

Aruna bingung dan tidak tahu cara menolak keinginan Emily tanpa menyakiti. Hingga akhirnya Emily pun berhasil menarik tangannya sampai ke pintu.

“Aku berharap bukan dia,” gumam Aruna dalam hati.

Di luar kamar mandi. Ansel sedang menerima panggilan dari asistennya yang membahas soal berkas. Dia berdiri memunggungi pintu toilet sambil bicara.

“Kamu urus saja semuanya. Besok kita bahas di kantor lagi, malam ini aku sedang bersama Emily merayakan ulang tahunnya,” ucap Ansel sambil memijat pangkal hidung.

“Baik, Pak.”

Panggilan itu berakhir tepat saat pintu toilet terbuka. Ansel baru akan membalikkan badan saat mendengar suara Emily memanggil.

“Papi, aku ketemu Kakak Cantik. Lihat!” Emily memanggil dengan penuh semangat sambil menarik tangan Aruna agar tidak kabur.

Ansel membalikkan badan dengan cepat, hingga melihat kakak yang dimaksud Emily.

Di saat bersamaan, Aruna pun baru saja menginjakkan kaki di luar toilet bersama Emily.

Ansel terkejut melihat Aruna di sana. Dia sampai tak berkedip memandang wanita itu di sana.

“Runa.” Satu kata lolos dari bibir pria itu.

Aruna langsung memalingkan muka saat memastikan jika ayah Emily adalah pria yang menyakiti hatinya enam tahun lalu.

Emily menatap bergantian Ansel dan Aruna, hingga gadis kecil itu bertanya dengan polosnya.

“Papi kenal sama Kakak Cantik?”

Komen (14)
goodnovel comment avatar
priyanto skm
akhirnya ketemu jua Aruna dg Ansel
goodnovel comment avatar
Isnia Tun
Kenal banget karena papimu lah yang sudah menyakiti kakak cantikmu itu
goodnovel comment avatar
Siti Nur janah
papy kenal banget sama kakak cantik emely
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terkait

Bab terbaru

DMCA.com Protection Status