“Sedang apa?” tanya Ansel saat melihat Aruna berdiri di depan cermin.
“Lagi memantau, kenapa perutku belum besar?” Aruna menjawab pertanyaan Ansel sambil memandang ke cermin besar yang ada di sampingnya.
Aruna berdiri miring lantas memandang bayangan perutnya dari pantulan cermin.
Ansel malah tertawa mendengar ucapan Aruna. Dia mendekat lantas memeluk dari belakang sambil meletakkan dagu di pundak Aruna.
“Baru juga 10 minggu, ya belum besar, Runa. Setidaknya nanti kalau sudah 16 minggu baru kelihatan,” ucap Ansel sambil mengusap perut Aruna.
“Tahu dari mana?” tanya Aruna sambil melirik Ansel yang bergelayut manja.
“Dari internet, aku penasaran jadi baca-baca soal perkembangan janin dan kondisi ibu hamil,” jawab Ansel.
Aruna tertawa karena ternyata Ansel sangat memperhatikan soal kehamilannya.
“Padahal dulu saat bersama Citra, kamu juga melihat perubahan tubuhnya saat hamil, kan?” tanya Aruna.
“Ya, tapi aku tak pernah tah
“Kalian akan tinggal di sini setelah menikah, kan?” tanya ibu Winnie.Bumi langsung menoleh Winnie untuk membuat keputusan.“Tidak, Ma.” Winnie langsung memberi keputusan tanpa berpikir.Acara pernikahan Winnie dan Bumi sudah selesai sejak beberapa jam lalu, mereka kini sedang duduk bersama orang tua dan kakak Winnie.“Kenapa tidak tinggal di sini?” tanya ibu Winnie.Winnie menoleh Bumi, lantas menatap ke sang mama.“Papa Anta tinggal sendiri. Dia menjalankan usahanya sendiri, jadi aku berpikir untuk tinggal di sana bersamanya. Di sini Mama dan Papa masih punya Miko, sedangkan Papa Anta tak punya siapa-siapa lagi selain Bumi,” jawab Winnie menjelaskan alasan keputusannya.Bumi hanya diam mendengar ucapan Winnie. Dia sendiri tak pernah memaksa Winnie mau tinggal di mana karena itu semua keputusan Winnie murni atas pemikiran gadis itu sendiri.Orang tua Winnie saling pandang mendengar jawaban putrinya, lantas kembali menatap Winn
“Bu, ada kiriman,” kata Siska saat masuk ke ruangan Aruna. Aruna yang sedang mengecek berkas pun langsung menatap ke staffnya itu. “Kiriman apa?” tanya Aruna dengan dahi berkerut halus. “Sepertinya makanan,” jawab Siska lantas meletakkan paper bag yang dibawa ke meja. Aruna berdiri untuk melihat isi paper bag itu, memang benar jika isinya kotak makanan. “Siapa yang antar?” tanya Aruna sambil mengeluarkan kotak makan itu. Aruna melihat gurame bumbu sambal mangga muda, juga ada buah yang sudah dipotong-potong. “Kurir yang tadi antar, Bu,” jawab Siska. Aruna langsung tersenyum saat bisa menebak siapa yang mengirim. “Ini dari mertuaku, terima kasih, ya.” Aruna menatap Siska dengan senyum semringah. Siska pun meninggalkan ruangan itu. Aruna langsung membuka kotak berisi gurame, tampaknya sang mertua masih ingat menu yang dimakannya saat hamil pertama. Aruna mengambil ponsel, lantas menghubungi sang ayah mertua. “Kamu sudah menerima makanan yang papa kirimkan?” tanya Deon dari se
“Nanti aku jalan sama Kai lho, Mami. Bawa bunganya Aunti Milea,” celoteh Emily saat rambutnya sedang disisir Aruna. Hari itu pernikahan Milea dan Hanzel akan digelar. Aruna sedang mendandani Emily yang akan jadi pengiring pengantin bersama Kai. “Iya, seperti saat Mami dan Papi nikahkan?” Aruna menanggapi celoteh Emily sambil mengepang rambut gadis kecil itu sebelum kemudian menyisipkan jepit bunga. “Iya, tapi kalau dulu ‘kan Emi sendiri, sekarang ada Kai, jadi ada temennya,” balas Emily yang duduk anteng menunggu Aruna selesai mendandaninya. Aruna memulas senyum mendengar balasan Emily. “Sudah, cantik sekali anak mami.” Aruna memuji penampilan Emily yang manis dan menggemaskan. Emily turun dari kursi, lantas memutar tubuh hingga gaun yang dikenakannya mengembang seiring gerakan kaki Emily saat berputar. “Tentu saja harus cantik, kan anaknya Mami sama Papi,” balas Emily sambil memberikan senyum lebar. Aruna tertawa melihat tingkah Emily yang menggemaskan. Dia pun mengusap rambut
Cheryl sedang bicara dengan tamu yang hadir, hingga saat akan menghampiri sang kakak ipar yang duduk bersama mertuanya, tiba-tiba saja dia mendengar dua tamu malah bergunjing tentang Milea, membuat wanita itu murka dan langsung menggampar kepala salah satu wanita.“Kalian bicara apa tadi, hah?” Cheryl langsung mengamuk mendengar dua wanita itu bergosip soal Milea.Aruna yang awalnya ingin melabrak, kini sangat syok melihat Cheryl mengamuk lebih dahulu.“Memangnya bicara apa? Kenapa asal pukul?” Wanita itu melayangkan protes sambil memegangi kepala yang terkena gampar.“Kalian ini tak tahu malu, datang mengucap selamat, tapi bergunjing di belakang! Kalau mau bergunjing, pergi dari sini!” amuk Cheryl.Pertengkaran itu pun menarik perhatian para tamu yang datang, bahkan Milea dan Hanzel pun sampai terkejut saat melihat Cheryl bertengkar.“Benar, kalian bercerita yang bukan-bukan. Aku mendengarnya,&rdquo
“Kamu ingat saat pertama kali merayuku?” “Kenapa dibahas sekarang?” Hanzel menoleh Milea yang tiba-tiba membahas masa lalu mereka. Sejujurnya dia malu karena banyak cara dilakukan untuk bisa mendapatkan wanita itu tapi semuanya zonk meski akhirnya bisa bersama. Milea menoleh Hanzel, lantas tertawa. “Soalnya kamu lucu,” ucap Milea jika ingat bagaimana pria yang dua tahun lebih muda darinya itu dulu mengajaknya kencan padahal mereka dulu rival balapan. Hanzel menatap Milea yang malah tertawa lagi. Jika ingat bagaimana dulu dirinya berjuang mendapatkan hati wanita itu, bukankah sepadan dengan apa yang didapatkannya sekarang, sebab itu Hanzel tak bisa melepas Milea begitu saja. Hanzel mendorong tubuh Milea ke belakang hingga jatuh ke ranjang, membuat Milea terkejut dan berhenti tertawa. Milea menatap Hanzel yang mengunci dirinya di bawah tubuh, membuat jantungnya berdegup dengan sangat cepat. “Dulu aku selalu mengikutimu seperti penguntit. Merayumu dengan apa pun agar bisa mendapatk
“Kalian jangan mencemaskan apa pun. Kami akan jaga Kai dengan baik. Tapi kalau ada apa-apa, segera hubungi kami,” ucap Aruna saat Milea dan Hanzel menitipkan Kai ke mereka.Kai tidak mau ditinggal Milea dan Hanzel pergi. Bocah itu tidak mau bersama orang tua mereka, hingga akhirnya Milea dan Hanzel meminta tolong Aruna karena hanya Emily yang bisa membuat Kai betah.“Maaf merepotkanmu,” ucap Milea karena tak mungkin membawa Kai, takut jika nantinya sang putra cerita ke keluarga soal apa yang mereka lakukan di Singapore.“Tidak apa, lagi pula Kai juga seneng kok.” Aruna mencoba membuat Milea agar merasa tenang.Milea mengangguk-angguk mendengar ucapan Aruna, lantas menoleh ke Kai yang sedang duduk bersama Emily.“Kai di sini sama Emi. Harus bersikap baik dan nurut sama Bibi Runa juga Oma Bintang,” ucap Milea.“Iya, Kai pasti jadi anak baik. Mama sama Papa tenang saja. Pergi aja ga papa.&rd
“Selamat, ya. Maaf karena tidak bisa datang ke pesta pernikahan kalian.”Jill langsung mengucapkan selamat saat melihat Milea dan Hanzel datang ke rumah sakit.“Terima kasih,” ucap Milea, “tidak apa, kondisimu juga seperti ini,” imbuh Milea.Jill mengangguk-angguk dengan senyum hangat ke Milea.“Aku mau menemui dokter dulu, kamu di sini temani Jill dulu,” ucap Hanzel ke Milea.Milea mengangguk-angguk mendengar ucapan Hanzel. Suaminya itu pun pergi bersama orang tua Jill menemui dokter untuk membahas soal operasi Jill.Milea sebenarnya masih agak canggung, apalagi dirinya sempat takut jika Jill nantinya merebut Hanzel darinya.“Kai tidak ikut?” tanya Jill karena tak melihat bocah itu.“Tidak,” jawab Milea, “kami sepakat tidak memberitahu orang tua kami soal niat Hanzel, karena itu lebih baik tak mengajak Kai,” imbuhnya.Jill mengangguk-angguk, lantas menatap Milea yang duduk di samping ranjang.“Maaf karena sudah membuat kalian repot,” ucap Jill sambil menatap Milea.“Tidak apa. Bukank
Milea mengantar Hanzel menemui Jill setelah kondisi suaminya itu membaik. Saat sampai di kamar Jill, di sana ada orang tua dan adik Jill.“Kalian datang, sini duduklah.” Ibu Jill sangat ramah karena merasa berhutang budi dengan kebaikan Hanzel.Hanzel dan Milea hanya tersenyum sambil mengangguk, lantas Milea membantu Hanzel duduk.“Bagaimana kondisimu? Maaf belum melihatmu setelah operasi,” ucap ibu Jill.“Tidak apa Bibi, kalian juga pasti sibuk mengurus Jill,” balas Hanzel.Wanita paruh baya itu mengangguk-angguk mendengar ucapan Hanzel.“Kami sangat berterima kasih dengan kebaikanmu. Jika ada sesuatu yang kamu inginkan dari kami, katakan saja. Pasti akan kami kabulkan,” ucap ayah Jill sambil menatap Hanzel.Hanzel menoleh ke pria paruh baya itu, lantas membalas, “Tidak usah terlalu berlebihan, Paman. Runa sepupuku sedangkan dia istri dari keponakan Paman, anggap saja aku membantu saudara. Bukankah begitu, Jill?”Hanzel menatap Jill, tampaknya dia ingin menganggap wanita itu sebagai