“Makan yang banyak,” kata Ayana saat makan malam bersama Aruna di rumah. “Iya, Ma.” Aruna tersenyum menanggapi perkataan sang mertua, apalagi Ayana sampai mengambilkan lauk untuknya. “Papa tidak tahu seperti apa seleramu, jadi ya semoga kamu suka,” ujar Deon yang susah payah memasak setelah pulang kerja demi menyenangkan hati menantunya. Aruna menoleh ke Deon sambil memulas senyum saat mendengar ucapan mertuanya itu. “Aku suka semua masakan Papa, tidak masalah seleraku atau bukan, aku juga tidak pilih-pilih makanan,” balas Aruna sambil memulas senyum. Deon mengangguk senang. Dia dan sang istri sedikit merasa lega karena Aruna sudah tidak sedih lagi. Mereka makan malam bersama, tak ada yang membahas soal keguguran lagi. Mereka membahas masa lalu ayah Ansel yang dulu memang seorang koki dan bercita-cita punya restoran bintang lima yang akhirnya bisa diwujudkan. Setelah makan malam. Aruna dan Ansel di samping rumah duduk di bangku
Sudah beberapa hari semenjak kejadian di event. Aruna terlihat sudah semakin baik, serta seperti biasanya.“Bolehkah besok aku mulai kerja?” tanya Aruna saat sedang duduk di ranjang untuk bersiap tidur.Ansel baru saja keluar dari kamar mandi saat mendengar pertanyaan Aruna. Dia memilih mendekat lebih dulu ke ranjang, lantas duduk di dekat Aruna.“Kamu yakin sudah baik-baik saja?” tanya Ansel memastikan.Aruna melebarkan senyum lantas menganggukan kepala.“Iya, aku sudah baik-baik saja. Aku bosan selama beberapa hari ini hanya di rumah, kalau kamu mengizinkan, aku ingin mulai berangkat kerja,” jawab Aruna menjelaskan.“Kalau kamu merasa sudah baik-baik saja, tidak apa jika memang ingin kembali bekerja,” balas Ansel sambil mengusap rambut Aruna.“Terima kasih,” ucap Aruna tampak senang.Ansel mengusap-usap rambut Aruna saat melihat istrinya itu tersenyum. Dia pun mengaj
“Bagaimana menurut Daddy? Bukankah semua ini terasa aneh?” Ansel pergi menemui Langit sebelum ke ruangan Aruna.“Memang, rasa-rasanya aneh jika mendadak lampu itu jatuh begitu saja tanpa sebab. Soal tali yang memang tak layak pakai, pihak event tak mungkin mengabaikan keselamatan seperti yang seharusnya mereka lakukan,” ujar Langit mengemukakan pendapatnya setelah membaca informasi dari Ansel.“Aku pun berpikiran sama, Dad. Aku merasa jika ini bukan hanya kebetulan semata. Hanya saja, kita tak punya banyak bukti, belum lagi kamera Cctv di lokasi juga tak merekam apa pun, kecuali di bagian depan,” balas Ansel mengemukakan pendapat.Langit pun diam berpikir. Dia juga sama dengan Ansel yang mencari petunjuk tapi tak ada satu pun petunjuk yang didapat.“Aku mulai ragu, tapi aku tidak mau menyerah karena ini tentang Aruna,” ucap Ansel lagi.Langit menatap menantunya yang terlihat serius menanggapi masalah
Rio pergi ke toko majalah milik perusahaan Langit. Dia ke sana untuk mengecek lokasi sekalian mencari sesuatu yang bisa dijadikan petunjuk kecelakaan yang menimpa Aruna. Rio mengamati Cctv yang terpasang di beberapa titik toko besar itu, hingga melihat karyawan toko yang naik tangga sedang membersihkan kamera Cctv. “Siapa yang menggeser posisi kamera?” tanya karyawan pria itu ke karyawan lain yang ada di bawah. “Mana kutahu. Aku juga tak pernah menyentuhnya,” jawab karyawan yang ada di bawah. “Berarti orang-orang yang mengatur event yang menggeser posisinya,” ujar karyawan yang membersihkan kamera Cctv itu sambil membetulkan posisi yang seharusnya. “Bisa jadi,” balas karyawan satunya. Rio mendengarkan percakapan dua karyawan itu. Dari percakapan keduanya, akhirnya Rio tahu kenapa tak ada video berarti yang terekam karena posisi kamera itu diubah ke titik buta. Rio pun mendekat ke dua karyawan itu, lantas menyapa ramah. “Maaf, boleh aku menanyakan sesuatu?” tanya Rio sopan. Dua
Aruna keluar dari ruangan setelah jam kerja berakhir. Dia berjalan sambil menenteng tasnya menuju lift. Dia masuk lift bersama staff lain, hingga saat sampai di lobi, Aruna bertemu dengan Clay yang ternyata masih ada di perusahaan.“Sudah mau pulang?” tanya Clay saat bertemu Aruna.“Ah, ya.” Aruna mengangguk menjawab pertanyaan Clay.“Kenapa jam segini kamu masih di perusahaan?” tanya Aruna.“Sebenarnya tadi ada pemotretan ulang, jadi aku datang kemari lagi dan ini baru selesai,” jawab Clay menjelaskan.Aruna mengangguk-angguk pelan mendengar jawaban Clay. Dia lantas perlahan melangkah untuk menjaga jarak dengan pria itu sesuai instruksi Ansel.“Aku bertemu suamimu tak hanya sekali, kenapa aku merasa dia tak menyukaiku?” tanya Clay tiba-tiba.Aruna cukup terkejut mendengar pertanyaan Clay. Dia pun menghentikan langkah sambil menatap pria itu dengan tanda tanya besar di kepala
“Asistenku sudah berusaha meminta agar manager toko membuka rekaman Cctv sehari sebelum event berlangsung, tapi manager itu mengatakan jika hari itu kamera Cctv sedang dilakukan pemeliharaan sehingga kamera tidak berfungsi sebagai mana mestinya,” ujar Ansel setelah menceritakan apa yang diketahuinya. Dia menceritakan semuanya ke Langit.Langit diam berpikir mendengar ucapan Ansel. Sama halnya dengan sang menantu, Langit juga merasa aneh dengan prosedur pemeliharaan Cctv yang bertepatan dengan banyaknya orang sedang beraktivitas di sana.“Daddy akan mendatanginya langsung untuk melihat sendiri kebenaran ucapan manager itu. Polisi hanya mengecek rekaman saat kejadian saja, daddy pun tak berpikiran sampai harus mengecek Cctv sehari sebelum event,” balas Langit sambil menatap Ansel yang bicara dengannya di ruang kerja.“Asistenku pun tidak akan tahu soal kamera Cctv yang tak dalam posisi sebagaimana mestinya jika bukan karena percakapan
Langit mengajak manager toko masuk ruang kerja untuk membahas tentang kamera Cctv yang melakukan pemeliharaan di waktu yang tak tepat.Asisten dan sekretaris Langit pun ikut untuk menjadi saksi apa saja yang akan dibicarakan oleh Langit dan manager.“Sebenarnya apa yang membuat Anda datang ke sini langsung, Pak. Jika memang ada masalah, Anda bisa memanggil saya ke perusahaan,” ucap manager itu hati-hati karena takut menyinggung Langit.Langit menatap tajam ke manager itu, lantas membalas, “Jika aku tidak langsung ke sini, aku tidak akan tahu kinerjamu sebagai manager.”Manager itu semakin menundukkan kepala mendengar ucapan Langit.“Aku sampai datang ke sini tentunya karena ada hal serius yang perlu kubicarakan langsung,” ujar Langit sambil memberikan tatapan tajam ke manager.Pria bertubuh gempal itu menelan ludah susah payah menghadapi atasan tertinggi di perusahaan itu.“Katakan, kenapa kam
Ansel dan Rio terlihat begitu serius memperhatikan rekaman yang diberikan Langit. Mereka memperhatikan dengan seksama situasi toko sebelum kamera Cctv dimatikan.Ansel menghela napas kasar, lantas menyandarkan punggung dengan ekspresi wajah sedikit frustasi.“Tidak terlihat apa pun selain karyawan yang berseliweran mengatur tempat sebelum dipasang panggung. Berarti petugas pemeliharaan memang melakukan dengan sangat hati-hati,” ujar Ansel mengemukakan pendapat setelah melihat rekaman itu.“Daddy sudah menghubungi perusahaan keamanan yang bertanggung jawab dengan Cctv di toko, mereka mengatakan akan segera memberi kabar soal data petugas yang seharusnya datang ke sana,” ucap Langit menjelaskan.Ansel mengusap kasar wajah karena frustasi, sudah sejauh ini tapi kenapa sangat sulit menemukan petunjuk pelakunya.“Pak, manager perusahaan keamanan,” ucap Aldo memberikan ponsel ke Langit.Langit menerima panggilan