Home / Romansa / Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku / 3 Kita Masih Suami Istri

Share

3 Kita Masih Suami Istri

Author: Setia_AM
last update Huling Na-update: 2024-01-10 12:06:29

Mobil sang calon mantan suami sudah terparkir di garasi, sehingga Nayara langsung masuk ke dalam rumah begitu saja, berharap tidak diusir lagi.

“Mas Andika?” Nayara pergi ke dapur, tapi tidak ada siapa-siapa di sana. Dia lantas menaiki tangga menuju kamar yang menjadi saksi bisu atas kesalahan besar yang tidak pernah dilakukannya.

Begitu tiba, Nayara lihat kamar itu terbuka lebar dan terdengar suara-suara cekikikan yang membuat bulu kuduknya berdiri semua.

“Nakal ih kamu ....”

“... makanya jangan genit kamu ....”

“Genit-genit begini, tapi kamu suka kan Yang?”

“Iya, Yang ... Nambah lagi boleh?”

Nayara mengerutkan kening, obrolan menjijikkan macam apa itu?

Didesak oleh rasa ingin tahu yang tinggi, Nayara menerobos masuk ke dalam kamar utama dan matanya terbelalak sempurna.

Jantung Nayara terasa seperti diiris-iris sebilah belati ketika dia menyaksikan dua insan berbeda jenis itu sedang saling membelit penuh gelora di hadapannya.

“Andika!” teriak Nayara dengan suara yang memekakkan telinga. “Jadi begini kelakuan kamu yang sebenarnya?”

Wanita yang berada di bawah impitan tubuh Andika tersentak dan tangannya memukul-mukul bahu lelaki itu.

“Ada penyusup, Yang!”

Andika menoleh dan mengerutkan keningnya saat melihat keberadaan Nayara di dalam kamar.

“Cih, ngganggu saja. Mau ngapain lagi kamu datang ke sini?”

Nayara tidak menyangka jika respons Andika akan sesantai itu, pada awalnya dia pikir suami yang telah menceraikannya itu akan gugup, ketakutan atau bahkan malu karena Nayara telah melihat kelakuan mesumnya dengan sangat jelas.

Namun, ternyata dia salah besar.

“Tadinya aku datang ke sini untuk meluruskan apa yang terjadi antara aku sama Elkan, tapi ... ternyata justru kamu yang ada main sama perempuan gatal ini!”

“Hei, siapa yang gatal?” sentak wanita yang menjadi rekan berbuat mesum dengan Andika tadi.

“Kamu lah, belum nikah kok mau-maunya disentuh. Terlalu murah, tahu nggak?”

Wajah wanita itu merah padam.

“Apa urusannya sama kamu?” hardik Andika. “Ingat ya Nay, kamu itu sudah aku ceraikan! Sadar diri makanya, masuk main nyelonong saja. Ini sudah bukan rumah kamu lagi, aku sudah usir kamu semalam! Lupa?”

Wanita itu terkikik. “Aduh, sudah jadi mantan istri ternyata?”

Nayara diam saja.

“Kamu tuh yang nggak punya malu, datang ke sini pasti mau ngemis cinta Andika lagi ya? Haduh, kayak nggak punya harga diri lagi ....”

“Tutup mulut kamu ya, situ nggak ngaca?” tukas Nayara dengan kedua bahu naik turun.

“Kamu yang seharusnya tutup mulut! Lika benar, kamu nggak ada harga dirinya sama sekali. Aku kan sudah bilang kalau kamu bukan istriku lagi, apa masih kurang jelas?”

“Tapi secara hukum, kita masih suami istri!”

“Itu kan maunya kamu, Andika sudah membuang kamu tuh!” Lika mencemooh dari balik selimut yang menutupi tubuhnya yang berpakaian minim.

Nayara menelan saliva dengan gusar, matanya memanas, tapi dia tidak ingin air matanya luruh demi lelaki seperti Andika.

“Baru semalam kamu marah besar karena aku nggak sengaja berada sekamar sama Elkan, itu pun kami nggak ngapa-ngapain ... Lihat apa yang kamu lakukan sama perempuan gatal ini, jauh lebih buruk tahu nggak!”

Andika berdecak, sementara Lika asyik menonton pertunjukan gratis itu.

“Aku berhubungan sama Lika setelah aku menceraikan kamu, jadi perbuatanku nggak bisa kamu anggap sebagai pengkhianatan. Beda sama kamu yang berhubungan sama Elkan di saat kita masih suami istri, paham kamu?”

“Aku sama Elkan nggak melakukan apa-apa!” bantah Nayara untuk kesekian kalinya. “Aku cuma masuk ke kamar kita di waktu yang salah, cuma itu ....”

“Cukup ya, aku bilang kita pisah ya pisah! Kamu ngerti bahasa manusia nggak sih? Begini nih kalau asal mungut perempuan yang pendidikannya rendah kayak kamu, suka telat mikir!”

Lika terkikik saat menyaksikan Andika bicara buruk dengan menoyor keningnya menggunakan ujung jari.

Namun, setelah itu ....

Plak!

Tangan Nayara balas menampar wajah menyebalkan Andika hingga lelaki itu mengumpat kesakitan.

“Berengsek ya kamu!” Andika menarik lengan Nayara dan menyeretnya keluar kamar.

“Dadah, mantan menyedihkan!” Lika bersorak penuh kemenangan.

“Istri nggak tahu diuntung! Jangan pernah datang lagi ke rumah ini ....”

“Tapi sebagian barang-barang aku masih di sana!”

“Nanti aku paketkan, sambil mengurus berkas perceraian kita!”

Andika mengempaskan Nayara begitu saja ke jalan, Kalisa yang melihatnya langsung keluar dari taksi dan mendatangi mereka.

“Kok kasar banget sih kamu?”

“Ajarin tuh teman kamu, masuk rumah nggak pakai permisi!”

Andika yang hanya mengenakan celana pendek saja, tiba-tiba meludah di depan kaki Nayara.

“Ingat omonganku baik-baik, aku haramkan kamu untuk datang lagi ke rumah aku! Awas kalau kamu memperlihatkan muka kamu lagi selain di sidang cerai nanti!”

“Orang gila!” umpat Nayara dengan dada bergemuruh hebat. “Aku akan bikin kamu nyesal, Dika! Andika berengsek ....”

Kalisa mengusap-usap punggung Nayara yang tergugu di jalan, lalu membujuknya untuk masuk ke dalam taksi.

“Suami kamu sudah nggak waras,” gumam Kalisa sambil bergidik. “Sabar ya, Nay?”

“Dia yang nuduh aku nggak setia lah, selingkuh lah, pengkhianat ... Sedangkan tadi aku lihat sendiri dia mesra-mesraan sama simpanannya!”

Kalisa mengangguk sambil terus menenangkan Nayara. “Kita ke apartemen aku saja.”

Nayara tidak menjawab, dia merasa kecewa untuk yang kedua kalinya.

Niat hati menuruti nasehat ibu untuk menyelamatkan rumah tangganya dari perpisahan, tapi yang dia lihat justru Andika sudah secepat itu mencari wanita lain untuk menggantikan kedudukannya.

***

Setelah dua hari cuti kerja, Nayara memutuskan untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Itu juga karena ayah tirinya selalu berkomentar miring terkait keberadaannya di rumah sang istri.

“Sudah mau dicerai, sebentar lagi jadi janda ... Eh, kerja malas-malasan pula.”

Meski baru beberapa hari tinggal menumpang, telinga Nayara seakan sudah kebal dengan ocehan ayah tirinya yang tidak bermanfaat itu.

“Ibu kamu sudah tua lho, kamu nggak kepikiran untuk cari uang buat masa tuanya nanti?”

Nayara sibuk mengunyah roti selai dan tidak menjawab.

“Aku belum setua itu, Mas!” Ibu yang protes. “Nayara anakku, sudah sering aku bilang kan? Jadi biar aku yang urus. Kamu juga cepat berangkat sana, ada aku yang harus kamu nafkahi.”

Ayah tiri Nayara bersungut-sungut tidak terima, meski begitu dia tetap menuruti perintah istrinya juga.

“Terima kasih sudah mau bela aku, Bu.”

“Sudah sewajarnya kan? Ibu sangat berat mengatakan ini sama kamu ....”

“Soal apa, Bu?”

“Ibu nggak tega kamu jadi janda di usia muda, tapi kalau dengar cerita Kalisa tentang bagaimana Andika memperlakukan kamu bahkan sampai meludah, ibu jauh lebih rela kamu jadi janda daripada harus jadi istri laki-laki kasar itu.”

Nayara tersenyum haru, lagi-lagi matanya memanas. Ah, dia memang mudah sensitif akhir-akhir ini.

“Sejak kapan perangai Andika seperti itu sama kamu, Nay?”

Bersambung—

Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App

Pinakabagong kabanata

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    101

    "Ya, hiduplah dengan lebih baik lagi bersama keluarga kecil kamu." Gio mengangkat tangannya sebagai isyarat bagi Nia untuk segera pergi.Sesaat setelah Nia keluar, sebuah taksi menepi di depan Kafe dan Kalila melangkah turun."Aku sudah sampai, nih ... Masih lama? Ya sudah, aku tunggu!" Kalila mengakhiri percakapan dengan seseorang, kemudian menyimpan kembali ponsel miliknya ke dalam tas.Namun, langkah Kalila sontak terhenti saat seseorang menabraknya tepat setelah dia melangkah masuk ke dalam kafe."Gio! Kok main tabrak saja?"Kalila terhuyung sebentar sebelum akhirnya bisa menyeimbangkan diri."Hati-hati kalau jalan!" imbuhnya sedikit kesal.Gio menyipitkan matanya."Mentang-mentang kita sudah bercerai, apa harus kamu seangkuh ini di depanku?"Kalila balas menatap Gio yang wajahnya sedikit memerah."Aku tidak mengerti kamu ngomong apa."Kalila bergegas pergi menjauh untuk mencari meja yang masih kosong. Jika sesuai rencana, seharusnya Zia akan menyusul lima belas menit kemudian.Na

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    79

    "Terus kenapa menatapnya penuh curiga begitu? Saya ini bukan tukang tipu," sela Elkan sedikit tersinggung. "Bukan curiga, Pak. Aneh saja, kenapa tidak ambil pegawai lain saja untuk jadi asisten pribadi?" "Suka-suka saya, hanya saya lihat akhir-akhir ini kerjaan kamu beres semua ...." "Yang kemarin-kemarin tidak beres memangnya?" potong Nayara berani. "Beres sih, tapi akhir-akhir ini kamu gesit. Kebetulan saya akan sangat sibuk ke depannya." Nayara langsung memegang keningnya. Bayangan seberapa banyak pekerjaan jika menjadi asisten pribadi Elkan membuatnya tegang duluan. "Kenapa wajahmu begitu, seharusnya kamu bahagia karena ini penawaran langsung dari bos." Nayara memutar bola matanya dengan malas. "Gajinya berapa, Pak?" "Soal gaji, saya tidak pernah mengecewakan. Saya naikkan lima belas persen, lumayan kan?" "Cuma lima belas persen?" "Kenapa, kurang?" Nayara sibuk menimbang-nimbang. "Gimana, ya? Kalau dua puluh lima persen saya mau, Pak!" "Wah, mata duitan." Nayara ce

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    78

    "Aku tidak bilang begitu, hanya saja apa kalian sudah mampu dari segi modal?"Pertanyaan Elkan tak urung membuat Andika dan Lika diam membisu."Justru itu! Kami sedang berusaha mencari investor yang mau kasih pinjam modal ke kita," kata Andika pongah."Kenapa tidak mengumpulkan modal sendiri dari gaji kalian? Minim risiko dan jelas lebih aman.""Kelamaan kalau kami harus mengumpulkan uang dulu, El." Kali ini Lika yang menjawab. "Berapa sih gaji pegawai seperti kami ini?""Tentu lumayan kalau digabungkan berdua," sahut Elkan kalem. "Saranku, kalian menabung dulu sambil memikirkan gambaran bisnis apa yang ingin kalian wujudkan. Investor kaya sekalipun, dia akan tetap mempertanyakan proposal bisnis kalian."Andika melirik Lika dengan isyarat seolah dia sudah menduga jika menemui Elkan adalah perbuatan yang sia-sia saja.Jaka tiba untuk mengantarkan minuman sesuai permintaan Nayara."Maaf menunggu lama, Pak ....""Apa Nayara tidak kasih tahu kamu kalau saya ada tamu?" tanya Elkan."Sudah

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    77 Ayah Tiri Nayara

    “Sudah dari tadi, Bu!” Nayara sengaja mengeraskan suaranya, seraya melirik ayah tirinya. “Anak datang kok nggak disuruh masuk sih,” omel ibu sambil menggamit lengan Nayara. “Ngomel terus perasaan, bikin pusing lama-lama di rumah ....” “Jangan di rumah kalau begitu, kerja sana!” “Aku ini suami lho, kepala keluarga, kok dibentak-bentak begini ... Kualat gimana?” “Nggak akan kualat kalau kepala keluarganya kayak kamu,” gertak ibu. “Yuk Nay, kita masuk saja.” Ayah tiri Nayara melengos, kemudian keluar dari rumah sambil mengentakkan kakinya. “Kok kayaknya aku datang di saat yang salah ya, Bu?” tanya Nayara tidak enak. “Aku pikir sudah lama nggak nengok Ibu, makanya sengaja datang. Tapi ayah malah marah-marah nggak jelas, memang aku yang salah sih ... Nggak pernah kirim kabar, apalagi kirim uang.” Ibu mengembuskan napas panjang. “Ibu lihat kamu sehat begini saja sudah senang, kamu tambah kinclong ... Itu artinya kamu bahagia, kurang apa lagi, coba?” “Kurang membaha

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    76 Kunjungan Kerja

    Andika hanya meringis, dia bersedia melakukan segala cara supaya bisa meraih simpati Elkan kembali. “Besok Anda ada kunjungan kerja, Pak.” Nayara memberi tahu Elkan di hari pertama akhir bulan. “Bersama Pak Kalandra dari Lazuardi, agenda kegiatannya meninjau pabrik daur ulang ... Saya tidak ikut kan, Pak?” Nayara mendongak menatap Elkan yang sedang menyeruput kopinya. “Pak?” Elkan hanya balas menatap Nayara dengan cangkir masih menempel di bibirnya. “Pak!” “Ohok!” Elkan langsung tersedak dan terbatuk-batuk. “Eh maaf, Pak!” Nayara jadi merasa bersalah karena memanggil Elkan di saat atasannya itu sedang minum kopi, buru-buru diulurkannya beberapa lembar tisu kepada Elkan. “Kamu ini ya ...” Elkan masih terbatuk-batuk. “Mau bunuh saja?” “Kejam amat, tersedak saja tidak akan membuat Anda lewat, Pak!” Elkan tidak menjawab, melainkan sibuk membersihkan tumpahan air kopi sembari masih terbatuk-batuk kecil. “Saya pesankan kopi baru ya, Pak!” Lagi-lagi Elkan tida

  • Kakak Sepupu di Ranjang Suamiku    75 Selalu jadi Penghalang

    Elkan mendengus. “Saya kok tidak percaya.” “Lho, itu terserah Anda. Tidak ada yang memaksa untuk percaya, apalagi orangnya juga belum saya temukan.” Elkan tidak bicara lagi, melainkan fokus mengemudi karena sudah ada pekerjaan yang menunggunya di kantor. “Argh, menyebalkan!” Lika memukul-mukul tangannya sendiri dengan kesal. “Kenapa sih janda satu itu selalu saja nempel sama Elkan? Bikin aku jadi susah untuk melancarkan pesonaku, padahal aku yakin kalau Elkan sebenarnya ramah ... Semua gara-gara si janda!” Lika mengembuskan napas gusar, dia memperbaiki posisi duduknya kemudian mengambil bedak untuk merias ulang wajahnya yang merah padam. “Semoga saja apa yang aku lakukan baru-baru ini bisa bikin Andika mendapatkan jabatan sekretaris lagi, uang jajanku sudah menipis ... Aku nggak mau hidup hemat kayak orang susah,” gumam Lika yang tidak bisa menutupi perasaan gusarnya. Salah satu alasan dia bersedia menjalin hubungan dengan Andika adalah karena pria itu sangat loyal da

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status