Share

BAB 7

Penulis: Jw Hasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-10-24 06:40:00
Saat ini Sutra tengah berdiri di depan pintu apartemen Kama. Dadanya bergetar, tangan kanannya bergerak lamban, antara ingin memencet kode pin atau memilih untuk memencet bel. Satu yang dia takutkan, gadis itu takut jika Kama kembali mabuk. Bagaimana ini?

Hingga beberapa menit dia menatap daun pintu itu, sampai akhirnya pintu terbuka dengan sendirinya sebelum sempat ia sentuh. Sutra terperanjat, kedua bola matanya terbelalak. Langkahnya sedikit bergeser ke belakang.

“Kenapa kau melamun di depan pintu? Kenapa tidak kau pencet pinnya?” Kama menyapa Sutra dengan pertanyaan datar, bersedekap dada tanpa mengenakan baju. Sial!

Dapat Sutra rasakan, udara yang menyapa dari balik pintu apartemen Kama bukanlah aroma alkohol, melainkan parfum beraroma maskulin yang selalu bisa mendamaikan hatinya.

“M-maaf, Tuan.”

Kama tak menjawab, pria itu melangkah masuk di iringi oleh Sutra.

“Mau makan sekarang?” Sutra menata rantang berisi makanan.

Kama mengangguk. “Aku kelaparan,” katanya.
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (10)
goodnovel comment avatar
Vaizaholshop
apa nyonya Amira emng bukan ibu kandung kama, dan siapa gadis kecil yg ada di fto itu, apa itu adek lama, sebenarnya apa yg terjadi di masa lampau hingga kama menjadi cwok pemabuk kyak gini
goodnovel comment avatar
Aurel Andira
si Amira bukan ibunya ya
goodnovel comment avatar
Kaka kuning
hayoloh nguping sih
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kama Sutra    Bab 120

    Pagi itu, Sutra berinisiatif akan pergi ke rumah sakit tempat Zatulini di rawat. Dia sengaja tidak memberitahu Hans, karena baginya terlalu banyak merepotkan pria itu tidak baik pada akhirnya. Jujur, Sutra takut jika pada akhirnya Hans kan menagih segala kebaikan yang pernah dilakukan saat ini. Suara langkah sepatu berhak tinggi memecah keheningan koridor rumah sakit. Dengan sedikit tergesa, Sutra menuju ruangan sang ibu. Namun, tiba-tiba langkahnya terhenti tepat di ambang pintu yang sedikit terbuka. Kedua netranya mengintip seseorang tengah berada di dalam ruangan tersebut. “Aku tidak tahu lagi harus mempercayai siapa, Bibi. Sedangkan sampai saat ini kau masih koma.” Suara itu begitu familiar di gendang tekinga Sutra. “Siapa sebenarnya dirimu, benarkah Sutra bukan putrimu? Kuharap kau segera bangun. Ada banyak hal yang ingin kutanyakan padamu. Salah satunya tentang angsa putih. Kenapa Selena berani sekali mengaku jika dirinya adalah sosok itu.” Deg! Mendadak hati Sut

  • Kama Sutra    Bab 119

    Satu bulan berselang, Sutra telah pulang ke rumah Zatulini bersama dua orang anak kembarnya. Dengan di antar oleh Hans, wanita itu tampak berdiri mematung di depan pintu. Pikiranya melayang, mengingat saat-saat ketika dirinya masih sekolah. Setiap sampai di ambang pintu, sosok wanita paruh baya itu pasti menyambutnya dnegan senyuman hangat. Namun, kini berbeda. Bahkan, Zatulini belum juga sadar dari komanya. “Terima kasih, Hans.” Sutra tersenyum padanya. Hans mengangguk. “Itu sudah jadi bagian dari tanggung jawabku.” Semenjak hari di mana Sutra sadar dari komanya—sampai detik ini—Kama tak pernah lagi menampakkan batang hidunya. Ada ngelenyar rindu yang memburu dalam dada Sutra, tapi wanita itu sangat pintar menyembunyikannya. “Sutra, aku sudah meminta salah satu suster di rumah sakit, untuk bertugas di rumahmu. Dia yang akan membantumu mengurus anak dan rumah.” Sekali lagi Sutra menyembulkan senyum. “Entah dengan apa lagi aku harus membalas semua kebaikanmu padaku, Hans. Ka

  • Kama Sutra    Bab 118

    Suaranya yang tak dapat di dengar, membuat Sutra menarik selang infus, agar ada seseorang yang mungkin datang menghampiri dirinya. Hans dan Kama serempak menoleh ke arah jendela di mana Sutra tengah berbaring. “Sutra!” Hans melangkah, tapi Kama segera menarik pergelang tangannya. “Kau tidak perlu masuk. Aku akan menemui Sutra. Kuharap kau memberiku satu kali kesempatan untuk memperbaikinya.” Hans melirik tajam. “Aku tidak tahu harus percaya dengan kata-katamu atau justru sebaliknya. Karena kau terlalu banyak membuat hati Sutra terluka. Tapi … aku akan membiarkanmu menemuinya, karena bagaimanapun juga dia ibu dari anak-anakmu, Tuan.” Hans memundurkan langkahnya. Berbalik dan sedikit menjauh dari pintu ruangan tempat Sutra dirawat. Kama masuk dengan langkah berat, kedua bola matanya merah dan berembun. “Maafkan aku.” Dua kata yang terucap dari bibirnya, tidak lantas membuat Sutra terenyuh. Wanita itu hanya menanggapinya dengan senyum datar. “Apa aku sudah melahi

  • Kama Sutra    117

    Saat kedua tangan Kama masih menangkup geram kerah jas Hans, tiba-tiba ada suara. Bruak. Mereka berdua tersentak. Kama segera melepas cengkeraman tangannya di atas jas Hans, kemudian segera pergi masuk ke dalam ruangan Sutra. Pria itu menyaksinya sang wanita membeliak serta melengkungkan tubuhnya dengan keadaan mulut sudah berbusa. Wanita itu mengejang, pupil matanya menghilang hanya meninggalkan bagian putihnya saja. Tentu bukan hanya Kama saja, Hans pun ikut panik melihat kejadian itu. Pria yang sempat dihajar oleh Kama itu segera berhambur untuk mencari dokter. “Read code! Segera siapkan ruang operasi!” Keadaan begitu kacau, Sutra di bawa ke luar ruangan dengan begitu tergesa-gesa, dan Kama tidak tahu harus berbuat apa. Pria itu ingin memeluk Sutra, tapi para perawat yang membawanya menghalaunya agar lebih baik menenangkan diri serta bedoa saja. Dengan perut yang membola, Kama menyaksikan dengan kedua matanyanya sendiri jika Sutra sedang tersiksa. Jujur itu semua bagia

  • Kama Sutra    Bab 116

    Kama ke luar ruangan dokter, langkahnya begitu berat menuju ruangan di mana Selena tengah di rawat. Tiba-tiba dia teringat dengan ponselnya yang sempat bergetar beberapa jam lalu. Pria itu lantas mengeluarkan benda pipih tersebut dari dalam kantong celananya. Menatap sekilas dengan tatapan terkejut. Sebab, melihat ada sekitar dua belas panggilan masuk yang tak terjawab, atas nama Sutra. Kemudian mengecek pesan masuk. Mendadak tubuhnya semakin lemas saat membaca pesan dari Sutra. “Sial! Kenapa kau bisa melupakan orang terpenting dalam hidupmu ini, Kama! Bodoh!” Pria itu menyumpahi dirinya sendiri. Kama duduk di kursi yang berada di sepanjang koridor rumah sakit. Berusaha menelepon Sutra, tapi tak satu pun yang di angkat. Bahkan, panggilan itu berada di luar jangkauan. Kemudian pria itu mencari nomor Hans. Dia ingat jika beberapa jam lalu dirinya sempat mengutus Hans untuk membawakan makanan ke rumah Sutra. “Hans, apa Sutra baik-baik saja?” Kama langsung bertanya pada i

  • Kama Sutra    Bab 115

    “Kau suaminya?” tanya dokter ketika selesai mengobservasi Sutra pada Hans. Hans hanya bergeming. Tidak menggeleng dan tidak mengangguk. “Nyonya Sutra terkena Preeklampsia,” ujar dokter itu setelah memeriksa keadaan Sutra. Kepala yang nyeri, tekanan darah tinggi, mual dan muntah disertai kontraksi dini adalah beberapa cirinya. “Istri Anda harus di opname, karena kondisinya cukup membahayakan.” “Lakukan yang terbaik untuknya, Dokter,” balas Hans tanpa pikir panjang. Penyakit kelainan trofoblast-placenta itu diperparah dengan beban pikiran serts tingkat stres yang berlebih. Itulah yang Sutra langgar selama ini. Alhasil itulah yang mengakibatkan tekanan darahnya selalu naik. Untuk berjaga-jaga, janin kembar dalam perutnya sudah menerima suntikan penguat paru-paru jika diduga nantinya akan lahir sebelum waktunya. Tampak peralatan serta selang dihubungkan ke tubuhnya. Tangan kanan dipasang sebuah manset sphygnomanometer atau tensimeter. Perutnya dipasang CTG alat untuk

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status