Share

Bab 109

Penulis: Jw Hasya
last update Terakhir Diperbarui: 2025-12-09 15:14:25

“Tuan, boleh aku tanya sesuatu padamu?”

Sutra dan Kama sedang duduk di bangku panjang di sebuah taman rumah sakit. Tatapan wanita itu tampak fokus ke sela ranting-ranting pohon menjulang di area taman.

“Tanya saja. Kau ingin bertanya tentang apa?” Kama menoleh ke arahnya, tatapannya begitu hangat.

“Angsa Putih. Kau pernah bilang padaku jika kau sudah menemukannya. Siapa dia?”

Kama terdiam. Jujur untuk saat ini Kama memang belum ada keberanian untuk menceritakan jika Selenalah angsa putih yang dia cari selama ini. Pria itu takut jika pada Sutra akan meninggalkannya karena sosok itu adalah sahabat dekatnya.

“Kau tidak mengenalnya. Jadi … jika pun aku menceritakan padamu, kurasa kau tidak akan tahu, Sutra.”

“Benar, kau tidak memiliki perasaan apa pun terhadap wanita itu? Bukankah selama ini kau berusaha sekeras tenaga untuk kembali mendapatkannya?” Sutra menatap lekat kedua netra Kama. Tak ada kemarahan yang terpancar. “Tuan, sebaiknya kau pikir-pikir dulu jika ingi menik
Lanjutkan membaca buku ini secara gratis
Pindai kode untuk mengunduh Aplikasi
Bab Terkunci
Komen (9)
goodnovel comment avatar
Vaizaholshop
Amira kamu mau aja di peralat oleh nerezza
goodnovel comment avatar
Vaizaholshop
siap2 kalian berdua mendekam di penjara
goodnovel comment avatar
Iin Huang
nah lho Amira ke tangkap kama. sukurin
LIHAT SEMUA KOMENTAR

Bab terbaru

  • Kama Sutra    117

    Saat kedua tangan Kama masih menangkup geram kerah jas Hans, tiba-tiba ada suara. Bruak. Mereka berdua tersentak. Kama segera melepas cengkeraman tangannya di atas jas Hans, kemudian segera pergi masuk ke dalam ruangan Sutra. Pria itu menyaksinya sang wanita membeliak serta melengkungkan tubuhnya dengan keadaan mulut sudah berbusa. Wanita itu mengejang, pupil matanya menghilang hanya meninggalkan bagian putihnya saja. Tentu bukan hanya Kama saja, Hans pun ikut panik melihat kejadian itu. Pria yang sempat dihajar oleh Kama itu segera berhambur untuk mencari dokter. “Read code! Segera siapkan ruang operasi!” Keadaan begitu kacau, Sutra di bawa ke luar ruangan dengan begitu tergesa-gesa, dan Kama tidak tahu harus berbuat apa. Pria itu ingin memeluk Sutra, tapi para perawat yang membawanya menghalaunya agar lebih baik menenangkan diri serta bedoa saja. Dengan perut yang membola, Kama menyaksikan dengan kedua matanyanya sendiri jika Sutra sedang tersiksa. Jujur itu semua bagia

  • Kama Sutra    Bab 116

    Kama ke luar ruangan dokter, langkahnya begitu berat menuju ruangan di mana Selena tengah di rawat. Tiba-tiba dia teringat dengan ponselnya yang sempat bergetar beberapa jam lalu. Pria itu lantas mengeluarkan benda pipih tersebut dari dalam kantong celananya. Menatap sekilas dengan tatapan terkejut. Sebab, melihat ada sekitar dua belas panggilan masuk yang tak terjawab, atas nama Sutra. Kemudian mengecek pesan masuk. Mendadak tubuhnya semakin lemas saat membaca pesan dari Sutra. “Sial! Kenapa kau bisa melupakan orang terpenting dalam hidupmu ini, Kama! Bodoh!” Pria itu menyumpahi dirinya sendiri. Kama duduk di kursi yang berada di sepanjang koridor rumah sakit. Berusaha menelepon Sutra, tapi tak satu pun yang di angkat. Bahkan, panggilan itu berada di luar jangkauan. Kemudian pria itu mencari nomor Hans. Dia ingat jika beberapa jam lalu dirinya sempat mengutus Hans untuk membawakan makanan ke rumah Sutra. “Hans, apa Sutra baik-baik saja?” Kama langsung bertanya pada

  • Kama Sutra    Bab 115

    “Kau suaminya?” tanya dokter ketika selesai mengobservasi Sutra pada Hans. Hans hanya bergeming. Tidak menggeleng dan tidak mengangguk. “Nyonya Sutra terkena Preeklampsia,” ujar dokter itu setelah memeriksa keadaan Sutra. Kepala yang nyeri, tekanan darah tinggi, mual dan muntah disertai kontraksi dini adalah beberapa cirinya. “Istri Anda harus di obname, karena kondisinya cukup membahayakan.” “Lakukan yang terbaik untuknya, Dokter,” balas Hans tanpa pikir panjang. Penyakit kelainan trofoblast-placenta itu diperparah dengan beban pikiran serts tingkat stres yang berlebih. Itulah yang Sutra langgar selama ini. Alhasil itulah yang mengakibatkan tekanan darahnya selalu naik. Untuk berjaga-jaga, janin kembar dalam perutnya sudah menerima suntikan penguat paru-paru jika diduga nantinya akan lahir sebelum waktunya. Tampak peralatan serta selang dihubungkan ke tubuhnya. Tangan kanan dipasang sebuah manset sphygnomanometer atau tensimeter. Perutnya dipasang CTG alat untuk m

  • Kama Sutra    Bab 114

    Kedatangan Kama ke rumahnya kemarin membuat istirahat Sutra sangat terganggu. Pikirannya berkecamuk, seolah tidak terima dengan kenyataan—jika pria itu memang masih menaruh perhatian pada sosok yang pernah menyelamatkannya delapan belas tahun lalu. Sebetulnya wanita itu sangat ingin sekali bisa mengarungi bahtera rumah tangga dengan pria yang dicintainya. Namun, tampaknya menikah saja tidak akan cukup jika salah satu dari mereka masih memikirkan masa lalunya. Itulah salah satu musabab kenapa sampai detik ini Sutra bersikukuh ingin menjadi seorang ibu tunggal.Memikirkan Kama, membuat pinggangnya tiba-tiba berdenyut, panas hingga menjalar ke area punggung. Sutra merasa nyeri itu hingga di bawah perut. Kulitnya menegang, wanita itu refleks mengusap-usap di sana. Memberikan efek sedikit menenangkan. Namun, ternyata itu tidak bekerja, usapan lembut Sutra tidak membujuk bayinya untuk lebih tenang. “Aaah!” Dia memekik, tampak kedua bibirnya langsung mengatup dan menggigit. Keringat ding

  • Kama Sutra    Bab 113

    Sutra bangun karena tenggorokannya terasa begitu kering. Dia butuh air minum saat ini. Ketika langkahnya menuju ruang dapur, kedua matanya mendapati sebuah bahan makanan bertumpuk di atas meja, pisau yang tergeletak di atas telanan dengan sebuah kentang yang tampak bekas di iris menyerupai dadu. Sontak kedua alisnya bertautan dengan kerutan menyembul sempurna di area dahinya. “Siapa yang melakukan ini?” Sutra kembali mengedarkan pandangannya, menyusuri sudut ruangan, seakan lupa dengan tujuan awalnya, minum. Kemudian, dia mendapati sebuah dompet di atas meja. Kembali dahinya berkerut. Wanita itu kemudian membukanya. Itu dompet Kama. “Jadi, dia yang melakukan ini? Ke mana saat ini? Kenapa tidak dilanjutkan masaknya?” Sutra bicara sendiri. Sejurus kemudian, dia berjalan ke arah kamar, mencari letak ponselnya untuk menghubungi Kama. Sutra meletakkan dompet itu di tepi nakas, lalu dia duduk di tepi dipan dan mulai memencet nomor Kama untuk meneleponnya. “Kau yang akan memasak

  • Kama Sutra    Bab 112

    “Kau punya masalah dengannya?” tanya Tuan Ruddy, tatapannya menelisik penuh kecurigaan. Nerezza gelagapan, bingung harus menjawab apa. Tuan Ruddy kemudian mencekal lengan sang putri agak sedikit kasar. “Jangan-jangan kau yang telah membuat salah satu pelayan keluarga Deodola celaka hingga koma.” Kata-katanya penuh penekanan, cengkeraman tangannya yang begitu erat, membuat Nerezza meringis menahan sakit. “Ayahmu tidak pernah melakukan tindak kriminal, Rezza!” “Ayah, kau salah paham. Siapa yang berbuat hal serendah itu?” tepisnya. “Aku tidak punya urusan dengan keluarga Deodola lagi, aku hanya ingin kembali ke London karena merasa sudah tidak nyaman berada di kota ini. Kenapa ayah malah menuduhku yang tidak-tidak?” Seketika itu juga Tuan Ruddy melepas cengkeramannya. “Kuharap kau tidak sedang berbohong.” Nerezza mencoba untuk menatap kedua bola mata sang ayah agar pria paruh baya itu tidak menaruh kecurigaan. “Apa ayah sudah tidak lagi percaya terhadap putrinya ini?” Seket

Bab Lainnya
Jelajahi dan baca novel bagus secara gratis
Akses gratis ke berbagai novel bagus di aplikasi GoodNovel. Unduh buku yang kamu suka dan baca di mana saja & kapan saja.
Baca buku gratis di Aplikasi
Pindai kode untuk membaca di Aplikasi
DMCA.com Protection Status