"...,Dek Raffa sudah meninggal dunia!" Begitulah yang aku dengar, sangat jelas sekali dokter itu bilang anak penyakitan itu sudah meninggal."Van, ayo cepat kita tinggalkan tempat ini, anak sialan itu sudah meninggal! Jangan sampai Tia tau kalau kita masih ada disini, bisa- bisa mayat anak penyakitan itu dibawa ke rumah kita!"Ajak ku pada Irvan dan Selly.Ya aku tidak mau mayat anak penyakitan itu dibawa ke rumahku! Aku gak mau rumahku ketiban sial. Aku gak perduli mau Tia apakan mayat anak nya? Mau dibawa ke Sumatera atau dibakar terserah. Hatiku benar-benar merasa bahagia anak itu akhirnya meninggal. Berarti sumpah yang Tia ucapkan tidak akan pernah terjadi. Bagaimana mungkin Irvan bersujud dikakinya sedangkan anak itu sudah di neraka."Iya Bu, ayo cepat kita tinggalkan tempat ini!" Irvan pun setuju dengan ajakanku.Kami berjalan setengah berlari, supaya tidak memancing keributan di rumah sakit ini.Sebenarnya aku tak punya masalah apapun sama Tia, cuma aku tidak suka saja dia me
Pagi-pagi sekali Tia sudah duduk didepan ruang PICU, badannya lebih bersih dan lebih bersemangat aura positif tampak jelas diwajahnya."Selamat pagi, Bu!" Ucap dokter Danu secara tiba-tiba."Eh ..., Iya selamat pagi, Dok!" Jawab Tia kaget langsung berdiri."Pagi-pagi kok sudah melamun, ntar kesambet loh!" Candanya sambil tersenyum.Tia yang tidak biasa melihat dokter Danu tersenyum langsung terperangah."MasyaAllah, senyumnya manis sekali!" batin Tia."Kayaknya yang kesambet itu Dokter deh," "Lah emangnya saya kenapa?""Dokter dari tadi gak sadar apa, Senyam-senyum sendiri? Kayaknya Dokter Danu lagi bahagia hari ini!" Tia menatap penuh selidik."Uhuk uhuk uhuk!" Dokter Danu tiba-tiba terbatuk-batuk dan langsung membuang muka. Entah mengapa saat mendapatkan tatapan dari Tia membuatnya jadi grogi."Ya sudah, saya permisi dulu! Mau ngecek keadaan Dek Raffa!" ujarnya terburu-buru. Berulangkali dia penarik nafas panjang untuk menetralisir detak jantungnya."Sepertinya jantungku bekerja l
"kalau boleh tau rencana kamu setelah ini apa, Tia? Kalau seandainya Raffa sudah boleh rawat jalan?" Dokter Danu duduk bersandar, kedua tangannya dilipat di dada, tatapannya tajam kearah Tia."Kalau seandainya Raffa sudah boleh pulang! Rencananya saya akan cari kontrakan dekat-dekat sini, supaya tidak mengeluarkan ongkos lagi pas kontrol! Kalau Raffa sudah benar-benar dinyatakan sembuh dan urusan saya sama mas Irvan sudah selesai, saya akan pulang ke palembang bersama Raffa. Disini saya tidak punya siapa-siapa, tidak ada yang bisa melindungi saya dan Raffa dari mereka!" Tatapan Tia menerawang jauh, sangat terlihat jelas kesedihan diwajahnya."Kalau kamu mau, aku punya kontrakan di dekat sini? Jarang aku tempati sih, aku pulang ke sana cuma pas ada jadwal praktek di rumah sakit ini saja, aku praktek disini cuma tiga hari dalam seminggu. Untuk sementara kamu bisa tinggal di sana kalau kamu mau, dari pada mahal-mahal bayar kontrakan ditempatinya cuma sebentar!""Enggak usah, Dok! Saya bi
Seminggu sudah pasca keluar dari ruang PICU keadaan Raffa mulai membaik tinggal selang makannya saja yang belum dilepas. Tok tok tok! "Assalamualaikum, selamat pagi Bu! Bagaimana keadaan Dek Raffa hari ini?" Dokter Danu datang visit pagi. "Sudah mulai membaik Dok, cuma masih lemas saja," jawab Tia sedih. Bukannya Tia tidak bersyukur anaknya mulai membaik tapi hati ibu mana yang tidak pilu melihat kondisi anaknya. Sejak keluar dari PICU Raffa lupa cara menelan dan sekarang dia harus menjalani terapi agar bisa mengembalikan refleks menelannya. "Untuk minumnya gimana Bu?" Tanya dokter Danu "Minumnya masih belum lancar Dok, masih banyak yang masuk lewat selang," "Gak papa tetap harus dilatih terus ya Bu! Minumnya pake botol saja biar tahu seberapa banyak cairan yang masuk!" Selama dia sakit, berat badan Raffa memang tidak turun tapi juga tidak naik, makanya Tia harus lebih ekstra lagi dalam mengejar ketinggalan berat badan agar Raffa tidak stunt
"Ma-maksud Dokter?" "Bukan apa-apa! Ya, sudah aku ngurus berkas-berkas ini dulu kamu bereskan saja barang-barangmu nanti kalau aku datang kita tinggal berangkat."Tia pun segera membereskan barang-barang yang akan dibawa pulang. Ia juga tidak menganggap serius apa yang keluar dari mulut dokter Danu barusan. Sesekali ia melirik ke arah Raffa."Sayang kamu gak bobok?" Tanyanya saat tahu sang anak juga menatapnya.Tia pun menghentikan aktivitasnya dan mendekati sang anak."Sayang ..., Raffa sudah boleh pulang hari ini! Cepat sehat ya Nak cepat bisa menelan lagi, biar selang NGTnya bisa dilepas." Anak itu hanya diam menatap sang bunda. Tia langsung mencium dan memeluk tubuh kecil itu. Walaupun sudah seminggu bersama rasa rindu Tia belum terobati juga."Ehemm ehemmm! Gimana sudah selesai beres-beresnya? Tanya dokter Danu.Dokter Danu terharu melihat kegigihan Tia dan perjuangannya Raffa dalam melawan penyakit. Dokter Danu sampai meneteskan air mata tapi buru-buru dihapusnya, takut Tia mel
Selesai menyuapi Raffa, Tia masuk kedalam dia berjalan ke belakang melihat-lihat dapur."MasyaAllah dapurnya luas sekali peralatannya juga lengkap," gumam Tia.Di sebelah dapur ada sebuah kamar dan sebelahnya lagi ada kamar mandi yang lumayan besar."Non nyariin Bibik?" Tanya bik Ina yang baru keluar dari kamar didekat dapur " Oh, ini kamar bik Ina!" gumam Tia"Enggak bik ini cuma lagi lihat kondisi rumah saja biar gak tersesat. Rumah ini sangat besar bagi orang seperti saya, Bik!""Oh ya Bik, besok rencananya saya mau berjualan empek-empek saya minjam dapur sama alat-alatnya ya bik!" ujar Tia"Silahkan saja Non!" "Terima kasih, Bik!"**** Hari ini Tia sudah mulai menata bahan-bahan untuk membuat empek-empek. Pagi tadi Tia sudah meminta bik Ina belanja semua yang dibutuhkan. Tia berjualan secara online, hari ini dia hanya membuat sedikit untuk diambil gambarnya dan di unggah di applikasi biru, hijau dan merah. Tia juga sudah menyetel pengaturan handphonenya agar sang matan tidak da
Usai melapor ke ketua RT setempat Danu memutuskan untuk pulang ke rumah orangtuanya. Danu memarkirkan mobilnya di sebuah parkiran rumah mewah. Buru-buru dia keluar dari mobilnya dan berjalan setengah berlari. Tujuannya hanya satu Taman belakang rumah. Dia sangat yakin sang bidadari hatinya ada di sana. Dan benar saja orang yang dia cari lagi merapikan tanaman hiasnya dibelakang rumah karena itu sudah menjadi rutinitasnya setiap sore hari."Assalamualaikum, Ma!" Ucapnya sambil memeluk sang bunda dari belakang. "Wa'alaikumsalam, ingat jalan pulang juga kamu dasar anak nakal!" Sang ibu langsung berbalik dan ....Uhg uhg uhg! Ia memukul pundak anaknya berulangkali karena kesal.Auww ... Aaa! sakit Ma ampun! Bukannya menghindar Danu malah memeluk sang bunda " Danu kangen banget sama Mama!" Langsung diciuminya pipi wanita yang telah melahirkannya 29 tahun yang lalu."Bilangnya kangen tapi kalau gak ditelpon suruh pulang gak bakalan pulang
"Siapa yang gak normal Bik?" Danu tiba-tiba muncul dari ruang tengah.Seketika Tia Dan bik Ina melotot dan menoleh."Dokter ..., Aden ...." Ucap bik Ina dan Tia serentak."Ada apa? kenapa kalian menatapku seperti itu?" Danu jadi salah tingkah."A-anu ..., Den! Bibik permisi dulu mau ngajak Den Raffa maen ke depan!" Bik Ina menemukan alasan untuk melarikan diri karena posisi Raffa masih dalam gendongannya."Ehhh ... Bik!" Tangan Tia mengambang di udara ingin menghentikan bik Ina tapi terlambat bik Ina sudah terlalu jauh.Sekarang tinggal Tia dan dokter Danu saja yang ada di dapur. Dokter Danu berjalan perlahan mendekat dan mensejajarkan dirinya didepan Tia yang berdiri mematung."Bisa dijelaskan?" Danu berucap setelah jarak mereka tinggal satu langkah.Tia yang dari tadi menunduk dan memainkan jari tangannya hanya diam tak bergeming."Bisa dijelaskan siapa yang tidak normal?" Tanyanya lagi ketika tidak mendapatkan jawaban dari Tia.Tia pun mengangkat wajahnya sambil menggigit bibir ba