MasukMalam ini, Mia mengadakan pesta kecil-kecilan dirumahnya untuk merayakan omzet bisnisnya yang mencapai target bulanan.
Sila datang dengan Hoodie putih dan celana jeans, tidak perlu terlalu formal karena isinya hanya mereka-mereka saja. Siapa lagi kalau bukan Keynan, Daman, Brandon dan.... Rio."Eh, btw gue undang satu temen cewek nih. Kayaknya dia bakalan dateng deh," suara Mia menginterupsi."Tumben punya temen," sahut Daman.Sila yang tengah membakar barbeque berdiri mengamati mereka."Dia duluan sih yang deketin gue. Pasti ada maksudnya."Sila berdecak, "Udah tau di deketin karena sesuatu, masih aja di ladenin.""Gue penasaran aja, mau dia tuh apa," Mia menatap Keynan sengit, "Jangan ngambil soda gue!""Cukup, Mia. Lo udah abis tiga, masih kurang?""Usus lo tremor baru tau rasa!"Brandon dari arah dapur datang dengan sekotak mentega menghampiSila meminta pada Rio untuk tetap bersikap layaknya bos dan bawahan saat di kantor. Gadis itu tidak ingin menjadi bahan gosip para karyawan. Berita kalau Sila mantan tragis Rio saja sudah cukup. Sila tidak ingin ada berita apapun lagi tentangnya.Jelas saja hampir semua karyawan tau kalau Sila adalah mantan Rio yang na'as. Beritanya sempat viral empat tahun lalu yang berujung Sila harus menutup akun sosial media nya karena di serang fans dari keluarga Mahendra.Tapi syukurlah, banyak karyawan yang menganggap itu hanyalah sebuah masa lalu dan tidak perlu di ungkit kembali.Sampai detik ini pun keluarga Mahendra termasuk keluarga terkenal. Namun karena minim gosip jadi mereka jarang masuk ke televisi atau sosial media lainnya.Padahal banyak prestasi yang bisa di banggakan dari bisnis keluarga Mahendra yang tengah di pimpin Rio, tapi tidak ada yang menarik awak media kecuali gosip.Pagi ini, Sila turut ikut serta me
Minggu pagi, Rio sudah siap dengan kaos Ralph Lauren hitam yang dipadukan dengan celana abu-abu. Lelaki itu merunduk menuruni tangga dengan jam tangan yang sedang Ia kaitkan.Railey duduk di meja makan cemberut melihat ayahnya untuk kesekian kalinya harus keluar di hari libur seperti ini."Papa mau kemana?"Rio mengecup kening gadis itu dan duduk di depannya, "Mau keluar sebentar," nggak mungkin Rio bilang dia mau ke Dufan sama Sila."Pagi banget," Railey masih protes.Rio mengangguk, mulutnya sibuk mengunyah sandwich.Gadis itu berdecak, menautkan kedua tangan di dada."Kenapa sayang?" Ucap Rio setelah menelan Sandwich, tangannya terulur mengusap rambut lembut Railey, "Marah sama Papa?""Kenapa sih papa selalu ingkar janji?" Mata Railey berkaca-kaca, "Kan papa udah sibuk di kantor setiap hari, apa nggak ada satu hari aja buat Railey?"Rio ke
"KUDA YANG MANA, KUDA YANG MANA TUAN SENANGI?""KUDA YANG PUTIH, KUDA YANG PUTIH DI DALAM KANDANG," sejak sore tadi virus biduan Daman dan Mia mulai kambuh. Sila yang ingin makan dengan tenang tersedak saat mendengar lagu yang dibawakan mereka.Dari tadi bawa lagu ga ada yang bener."JANDA MANA, JANDA MANA TUAN SENANGI?" Mia berdendang lebih mirip knalpot motor racing, sih."JANDA YANG PUTIH JANDA YANG PUTIH DI DALAM KANDAANG,"Mia nggepok kepala Daman pake buku di meja, "Mana ada dalam kandang! Lo mah dari tadi bikin mood ancur mulu!"Daman mengusap kepalanya, untung dia tahan banting, "Iya maap, maap. Ayo ulang lagi, ulang.""Nggak, males!" Mia cemberut, "Udah ngulang tujuh kali. Gue kan pengen buat reels dari lagu ini.""Lo nyari lagu yang gue nggak tau. Udah bagus gue mau belajar nada nya," Daman membela diri.Masih dengan wajah ditekuk, Mia datang mengha
"Aku nggak pacaran sama Queena."Keduanya duduk di sofa, menatap sinar bulan dari kaca yang terbentang.Rio telah berhasil menenangkan Sila, membiarkan gadis itu meluapkan semua emosinya selama ini, memberi kesempatan pada Sila untuk menyalurkan segala sakitnya selama empat tahun terkahir."Dan kalau kamu ngira Queena suka sama aku, kamu salah besar."Sila diam. Menyimak dengan baik."Aku yakin kamu pasti kenal Queena. Kakak Queena. Si Abraham, dia kolega bisnisku." Terang Rio."Kamu nggak ngerasa aneh, kenapa Queena gadis konglomerat ngekos di kosan kamu? Padahal anak kayak Queena bisa beli apartemen kalau dia mau."Spontan Sila menoleh, dari awal memang Ia sudah menaruh curiga, namun Sila rasa itu bukan ranahnya untuk kepo, jadi Sila anggap biasa saja."Dia suka sama Brandon."Kali ini Sila kaget. Terperangah. Hampir tidak percaya dengan apa yang Rio katak
Brandon datang.Sila mendongak menatap lelaki dengan bahu yang basah terkena air hujan.Ya, di luar tengah hujan dan Sila duduk di cafe dekat rumah sakit untuk menghindari percakapan Rio dengan Queena.Nanti Sila akan kembali jika perasaannya membaik.Gadis itu menatap Brandon yang mengambil duduk di depannya, "Kenapa keluar dari mobil nggak pakai payung? Bahu lo basah.""Dikit doang."Tadi Sila memposting segelas kopi di story Instagram dengan lokasi cafe ini. Brandon yang tau jika Sila sedang senggang menyempatkan mampir bertemu dengan gadis itu.Lagipula dia rindu."Kayaknya suntuk banget," walaupun gadis itu tersenyum, Brandon mendapati rasa sakit di dalamnya. Dia sangat peka, "Ada masalah?"Sila menggeleng, "Cuma capek aja.""Tumben ngafe disini? Nggak ngantor?""Rio sakit.""Ha?""Gue nemenin
Sila menatap semangkuk bubur yang di sediakan rumah sakit untuk sarapan lalu bertemu tatap dengan Rio, "Pasti lo nggak mau makan ini, kan?" Sila masih ingat dengan baik, mantannya itu membenci nasi dan olahannya.Rio mengernyit sambil menggeleng."Yaudah ini minum susu sama buahnya aja." Sila menyingkirkan bubur lalu memberikan nampannya pada Rio."Ini pisang, gue nggak suka," ribet banget, "Dan ini... Susu putih tanpa rasa," Rio menciumnya dan berlagak ingin muntah, "Disini nggak di sediain kopi apa?""Lo pikir ini cafe hah?" Sila meraih nampan itu lagi, "Ribet banget heran. Manja!""Gue nggak manja. Emang nggak suka, mau gimana lagi?""Banyak mau.""Ck.""Terus kalau nggak suka semua mau makan apa coba? Angin? Mau kembung lo?""Nggak usah makan nggak papa." Gumam cowok itu."Ntar nggak sembuh-sembuh.""Biarin," Rio kembali b







