Share

Bab 107

Author: Sahira
Alyana terkejut. "Bagaimana kamu tahu?"

"Konsep pemotretan seseorang bisa dilihat dari karyanya, apalagi kamu sudah kenal dengan Tuan Nathan. Jadi, sangat wajar kalau kamu yang memotret Andreas."

Vita memandang dengan penuh kekaguman. "Nona Alyana, kamu benar-benar sangat berbakat. Kalau kamu ingin lebih berkembang, aku bisa membantumu."

Kata-kata seperti itu dulunya sangat diidam-idamkan oleh Alyana.

Namun, takdir berkata lain. Sekarang dia hanya bisa menolaknya dengan sopan.

"Bu Vita, terima kasih atas niat baikmu, tapi fotografi hanyalah hobiku. Bagiku, selama bisa memotret di sana-sini, itu sudah cukup untuk sekadar santai."

Mendengar itu, Vita tentu saja merasa kecewa, tetapi dia hanya bisa menerima. "Memang, setiap orang punya tujuan hidupnya masing-masing. Aku nggak bisa memaksamu untuk mengikuti jalur ini."

"Benar ...." Vita benar-benar merasa sayang. "Ini penyakit profesiku, aku nggak tahan melihatmu menyia-nyiakan bakat."

Alyana menundukkan kepala sedikit. "Maafkan aku, Bu Vi
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 308

    Udara malam awal tahun terasa menggigit, lembut namun menyusup hingga ke tulang.Alyana menggenggam erat kerah jaketnya, melangkah menyusuri pinggir jalan, angin malam membelai wajahnya hingga ujung hidungnya memerah.Dia terus berjalan dalam diam, membiarkan rasa sesak di hati perlahan-lahan menghilang.Dia bertanya pelan, "Kamu sudah lama tahu soal kondisi Kakek Rekasa, 'kan?""Ya."Nathan melirik Alyana sepintas, lalu berkata dengan tenang, "Beliau sudah lanjut usia, jadi kesehatannya terus menurun. Tahun lalu sempat terjatuh, sejak itu hanya bisa terbaring di tempat tidur.""Beliau pernah bilang padaku, bahwa lahir, tua, sakit, dan mati adalah bagian alami dari hidup. Di usianya itu, dia bisa menerima semuanya. Kecuali, satu hal ...."Nathan terdiam sejenak, seolah ragu untuk melanjutkan.Alyana menoleh padanya. "Apa?"Di bawah cahaya lampu, matanya yang berbentuk seperti buah aprikot tampak kemerahan dan lembap, tidak jelas apakah karena dingin, atau karena dia telah menebak sisa

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 307

    "Nggak apa-apa ...." Rekasa menggeleng pelan. "Kakek hanya senang .... Kamu nggak perlu khawatir.""Nona Alyana, Tuan Besar Rekasa sangat bahagia hari ini."Pembantu di sisi ranjang tersenyum, lanjut berkata, "Hari ini Tuan Besar tampak paling segar sejak sakit. Pagi tadi bahkan sempat berjemur.""Begitu tahu Nona masih hidup, Tuan Besar terus memintaku bacakan berita tentangmu. Mengetahui kamu hidup dengan baik membuat hatinya tenang, jauh lebih ampuh dari semua pengobatan."Mendengar itu, Alyana dipenuhi rasa bersalah. "Kakek Rekasa, maaf, seharusnya aku menemuimu lebih awal. Ini salahku ....""Bukan salahmu."Dengan senyum lembut, Rekasa menyeka sudut mata Alyana. "Selama kamu hidup dengan baik, itu sudah cukup. Kakek sudah tua, nggak ada yang menarik lagi untuk dilihat.""Aku akan sering datang mengunjungi Kakek."Alyana menatap mata Rekasa yang dalam dengan sungguh-sungguh sambil berkata, "Kek, masih ada banyak hal yang ingin kucapai, jadi Kakek harus lihat semua proses hidupku ya

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 306

    Sejak sarapan pagi itu, Nathan mulai rutin datang tiap dua atau tiga hari untuk "menumpang makan" di sebelah.Tanpa menyingkap motif di balik kedatangan Nathan, Alyana selalu menyambutnya dan menyajikan tiga lauk satu sup. Rasanya menenangkan melihat pria itu makan, bahkan selera makannya ikut membaik.Saat masih di luar negeri, Alyana sering terlalu sibuk hingga tidak sempat makan. Kalaupun sempat, dia makan seadanya dan hampir tidak pernah memasak.Kini ada teman makan, dia merasa punya tanggung jawab tambahan. Sesibuk apa pun, dia tetap menyempatkan diri belanja dan memasak. Bahkan mulai menikmati rutinitas itu.Bagi dia, memasak memang salah satu hobinya, dan secara alami telah menjadi cara untuk bersantai.Begitulah, satu minggu pun berlalu. Setelah menyelesaikan berbagai urusan kecil untuk persiapan studio, Alyana sedang mempertimbangkan untuk keluar belanja bahan makanan sekalian meregangkan badan.Saat mengecek ponsel, Alyana baru menyadari ada pesan dari asistennya: [Nona Alya

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 305

    ...Dalam waktu singkat, Nathan sudah mendengar kabar tersebut."Paman, ibuku bilang kali ini Kakek serius. Begitu si bungsu dari Keluarga Haron pulang, kamu pasti nggak bisa lari lagi."Dari seberang telepon, Andreas bicara dengan nada serius.Namun, Nathan hanya menjawab acuh tak acuh, "Oh, oke."Andreas terdiam sejenak. "Paman, kamu nggak khawatir sama sekali? Gimana kalau ...."Suara ketukan pintu membuat Andreas spontan mengubah ucapannya, "Paman lagi ngapain?""Belum sarapan," jawab Nathan datar."Situasi sudah seperti ini, masih saja pikirin sarapan, kamu ...."Kalimatnya terputus ketika terdengar suara Alyana. "Tuan Nathan, kenapa ada di sini?"Andreas langsung diam. 'Hebat. Paman memang hebat. Aku yang nggak perlu panik untuknya.''Nggak khawatir? Mustahil! Ini jelas banget Paman khawatir sampai langsung datang ke tempat Kak Alya!"Sementara itu, Nathan menurunkan ponselnya, menatap Alyana, dan bertanya dengan nada dibuat-buat santai, "Sudah sarapan? Mau bareng?"Tanpa pikir p

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 304

    Pameran fotografi telah berakhir dengan sukses, dan popularitas Alyana tetap tinggi.Seorang fotografer ternama di dalam negeri merangkum karya dan penghargaan Begonia dalam beberapa tahun terakhir, termasuk pula semua pemotretan selebritas yang pernah dia tangani. Sebuah dokumentasi lengkap yang memperlihatkan sepenuhnya bakat luar biasa Alyana.Tiga tahun lalu, Alyana hanyalah seseorang yang sakit parah dan hampir kehilangan nyawanya. Kini, dia kembali dengan penuh percaya diri dan bersinar di bidang yang dia cintai.Siapa pun yang melihat perubahannya tidak bisa menahan kekaguman, semuanya memuji kerja keras dan bakatnya.Namun, bagi Keluarga Moran, semua itu tidak lebih dari sekadar aksi mencari perhatian."Cuma fotografer, perlu dibahas berlebihan begitu?"Agam, yang pagi-pagi menemukan berita tentang Alyana, langsung naik pitam dan melempar tablet ke atas meja.Anggota Keluarga Moran lainnya duduk di meja makan, semua diam membisu, menunduk sambil sarapan, tidak berani mengeluark

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 303

    "Kamu tahu apa yang aku rasakan hari ini? Aku merasa seperti seorang tahanan, kalian datang satu per satu, menginterogasiku, mengancamku.""Haruskah aku belah dadaku dan tunjukkan hatiku agar kalian berhenti mencurigai aku seperti ini?"Mendengar nada ketidakpuasan dalam suara Harison, Cecilia tidak bisa menahan rasa paniknya. "Aku nggak .... Harison, aku hanya ....""Lia, aku hanya ingin tanya satu hal. Aku hidup sama kamu, atau sama orang tuamu?""Tentu saja sama aku.""Oke."Harison menghentikan mobil, lalu menoleh ke arah Cecilia. Sulit untuk membaca emosi di matanya yang tersembunyi dalam bayangan gelap."Soal anak, kita lakukan seperti yang sudah kita sepakati sebelumnya. Yang paling penting adalah kesehatan dan perasaanmu. Jangan pikirkan terlalu banyak. Cepat atau lambat, kita akan punya anak kita sendiri.""Tapi ...."Melihat tatapan Harison yang tidak memberi ruang untuk bantahan, Cecilia pun menggigit bibirnya, dan akhirnya tidak berkata apa-apa lagi....Larut malam.Sam ba

Higit pang Kabanata
Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status