Share

Bab 99

Author: Sahira
...

Di sisi lain, Alyana sama sekali tidak mengetahui bahwa Keluarga Imano masih berusaha membawa pulangnya. Saat ini, dia hanya duduk nyaman di sofa, mendengarkan Andreas yang terus-menerus mengeluh.

"Keterlaluan sekali! Jelas-jelas foto yang mereka ambil buruk sekali! Penjualan menurun, kenapa aku yang disalahkan?"

"Fotografer itu yang nggak becus! Foto yang dia ambil bahkan nggak bisa menangkap sepersepuluh dari ketampananku! Benar-benar payah!"

"Aku nggak akan pernah mau bekerja sama lagi dengan majalah yang hanya bisa menyalahkan orang lain seperti ini!"

" ... "

Andreas terus mengomel tanpa henti hingga tenggorokannya terasa kering. Dia segera meneguk air dalam jumlah besar sebelum menoleh ke Alyana dan bertanya, "Kak Alya, aku benar, 'kan?"

"Ya, ya, semuanya benar."

Alyana hanya menjawab asal, sambil menguap.

Rasa lelah terus menghantuinya akhir-akhir ini. Seberapa pun lama dia tidur, tidak ada perasaan segar yang menyertainya. Kemungkinan besar, obat yang dia konsumsi menjadi pe
Continue to read this book for free
Scan code to download App
Locked Chapter

Latest chapter

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 337 

    Alyana menghela napas pelan, entah dari mana datangnya kegelisahan yang mengusik hatinya.…Sore itu, setelah menyelesaikan semua urusan, Alyana mengambil kunci mobil dan bersiap pergi ke rumah Keluarga Gandhi.Ketika mobil melaju memasuki halaman besar Keluarga Gandhi, dia melihat sebuah Maybach yang sangat dikenalnya. Namun sayangnya, dia sudah terlambat untuk memutar balik.Kepala pelayan tua berjalan menghampiri mobil dan membukakan pintu untuk menyambut Alyana. "Hari ini ramai sekali, Tuan Besar Rekasa pasti sangat senang. Tuan Nathan juga sedang ada di dalam kamar," ucap kepala pelayan."Ya," jawab Alyana pelan.Alyana pasrah, seandainya dia tahu Nathan juga akan datang, seharusnya dia tunda sehari.Kepala pelayan melanjutkan, "Selama tiga tahun terakhir, Tuan Nathan cukup sering datang ke rumah Keluarga Gandhi. Tuan Besar Rekasa bahkan bilang dia lebih dekat dengan Tuan Nathan daripada anak-anaknya yang lain." "Bu Alyana, Tuan Besar Rekasa paling suka kalian berdua.""Kalau kal

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 336 

    Alyana melangkah masuk ke kantor, lalu menoleh ke asistennya dan berkata, "Kamu keluar dulu, aku mau istirahat sebentar.""Baik," ujar asisten.Asisten itu berbalik membuka pintu, tetapi dia terkejut saat bertemu Nathan yang berdiri di depan. "Tu ... Tuan Nathan," seru asisten.Mendengar itu, Alyana mengangkat mata dan bertanya, "Kenapa kamu ikut masuk juga?""Aku bilang ada yang mau kubicarakan, kenapa kamu lari begitu saja?" tanya Nathan.Nathan mengitari asisten itu lalu melangkah masuk ke dalam ruangan. Asisten paham maksudnya dan diam-diam keluar, memberi ruang bagi keduanya untuk bicara berdua.Melihat Nathan mendekat, Alyana sedikit mengerutkan kening dan bertanya, "Kamu tinggalkan Bu Firly begitu saja?""Dia akan menunggu di sana," jawab Nathan.Nathan kemudian mengganti topik pembicaraan, "Aku mau bicara soal Keluarga Gandhi.""Hah?" seru Alyana terkejut. Dia bertanya, "Kamu masih ingat?""Ya, ini bukan perkara sepele," ujar Nathan.Nada Nathan terlalu serius, membuat dada Aly

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 335

    Alyana menatap balik ke mata Firly dan tersenyum manis, dia menjawab, "Aku ini cuma punya studio kecil, mana pantas kalau bisa bekerja sama dengan Grup Moran."Firly masih mempertahankan senyum profesionalnya, lalu berkata, "Bu Alyana terlalu rendah hati. Dengan kemampuanmu, pasti masa depan studiomu bakal sangat maju. Kami sangat menantikan perkembangan studiomu.""Aku nggak ingin berandai-andai terlalu jauh. Melangkah sedikit demi sedikit, itulah yang ingin aku lakukan sekarang," ujar Alyana.Melihat ekspresi Alyana yang tenang dan lugas, hati Firly sedikit tertekan. Wanita ini ternyata jauh lebih cerdas dari yang dia duga."Baiklah, terima kasih sudah bersedia diwawancara, Bu Alyana," ucap Firly.Firly berdiri, mengulurkan tangan ke arah Alyana, lalu berkata, "Semoga kita punya kesempatan bekerja sama di lain waktu." Alyana menundukkan pandangan, matanya sempat melihat tangan putih bersih itu, lalu muncul pertanyaan di benaknya, 'Mana cincin di jari Firly?'Nathan sudah memakai cin

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 334 

    Keesokan paginya, Alyana terbangun di ranjang dengan kepala masih sedikit pusing.Dia mengusap pelipisnya dan duduk, potongan-potongan ingatan dari malam sebelumnya langsung menyeruak masuk ke dalam benaknya. Seketika rasa kantuknya lenyap tanpa sisaTunggu dulu!Malam tadi dia berdiri dekat di telinga Nathan dan membicarakan soal Harison?Dengan posisi sedekat itu, dia membocorkan gosip yang begitu ambigu?Alyana mengangkat tangan dan menepuk-nepuk pipinya sendiri. 'Minum alkohol memang bikin masalah. Kenapa harus bilang di saat seperti itu?' pikir Alyana'Alyana, habislah kamu,' gumam Alyana.Setelah menghela napas panjang ke langit-langit kamar, Alyana menarik napas dalam-dalam. Setelah menenangkan diri, dia putuskan kalau sudah begini, dia cuma bisa pura-pura lupa semuanya.Setelah membangun keberanian di hati, Alyana menyingkap selimut dan turun dari tempat tidur.Dia melangkah ke ruang tamu. Sisa makanan dan bir dari semalam sudah dibersihkan rapi, bahkan bantal-bantal sofa terta

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 333 

    "Kalau kamu butuh uang, kamu bisa bilang padaku," ucap Nathan dengan nada datar."Terima kasih niat baikmu, Tuan Nathan," ucap Alyana.Kepala Alyana terasa pusing, etikanya sudah dilupakan. Nathan tampak begitu sulit digapai biasanya, tetapi sekarang, dia tampak mudah digapai.Alyana mengulurkan tangannya, lalu meneput bahu Nathan sambil berkata, "Terima kasih, Tuan Nathan."Di bawah sorot lampu, mata bundarnya yang bening telah diselimuti bayang-bayang mabuk. Seperti danau tenang yang mulai beriak, mengalirkan pesona yang samar tetapi menggoda.Ada sesaat, Nathan merasa seperti bisa mendengar suara riak air yang menyentuh ujung hatinya. Begitu lembut dan mengguncangkan hati.Tatapan matanya muram, dia meraih pergelangan tangan Alyana dan berkata,"Kamu sudah mabuk.""Cuma sedikit," sahut Alyana.Alyana menarik kembali tangannya dan tiba-tiba mengangkat topik lain. "Hari itu, waktu aku datang ke pesta ulang tahun Bu Nanik, aku ketemu Alina dan Harison," ucap Alyana."Kamu tahu nggak, go

  • Kamulah Jodohku, Alyana!   Bab 332 

    "Tuan Nathan, kenapa bengong? Ayo, makan dulu," ucap Alyana.Alyana memanggil Nathan untuk mendekat. Melihat pria setinggi hampir 190 cm itu duduk agak canggung di pinggir meja kopi, dia jadi ikut merasa kikuk. Alyana pun tersenyum canggung dan bertanya, "Gimana kalau kita pindah ke meja makan saja?""Nggak usah," jawab Nathan.Nathan bersandar santai ke sofa. Matanya sekilas melihat makanan di atas meja, alisnya mengerut tipis.Alyana langsung menangkap ekspresi itu. Tadi waktu memesan makanan, dia terlalu senang sampai lupa bahwa orang seperti Nathan mungkin tidak terbiasa makan makanan berminyak.Dia pun buru-buru menawarkan, "Gimana kalau aku masak saja yang baru buat kamu?""Nggak perlu," ujar Nathan.Tatapan Nathan serius, bahkan sedikit seperti seseorang yang siap menghadapi takdir. Kalau Alyana bisa makan ini, dia juga harus bisa."Kalau begitu, coba dulu. Kalau nggak suka, baru aku masak," ucap Alyana.Sebenarnya, Alyana sendiri juga malas berdiri. Tadi cuma basa-basi saja.Al

More Chapters
Explore and read good novels for free
Free access to a vast number of good novels on GoodNovel app. Download the books you like and read anywhere & anytime.
Read books for free on the app
SCAN CODE TO READ ON APP
DMCA.com Protection Status