Gancet : Kapokmu Kapan Mas?Aku yang membuat suamiku dan selingkuhannya---sepupuku---gancet di sebelah kamarku. Lalu, aku bertanya-pura tak mendengar teriakan mereka yang bersahutan meminta tolong. Selamat merasakan hadiah perselingkuhan!"Tolooong!" teriak Miska."Dek... tolong, Dek!" Kali ini suara teriakan Bang Robi yang terdengar."Mbak Ti... tolongin Miska, Mbak!" Miska lagi."Dek... tolongin Abang, Dek! Bangun, Dek!" Bang Robi lebih mengencankan suaranya.Kubiarkan mereka berteriak sampai lelah. Lebih baik aku terus-menerus tidur, larut dalam pengaruh obat tidur yang dicampurkan Miska dalam minumanku tiap malamnya. Biar aktingnya maksimal. Mereka saja bisa bersiasat di belakangku, kenapa aku tidak?Tak ada lagi rasa iba dalam diriku mendengar teriakan mengiba dari kamar Miska di sebelah. Rasa sakit hati untuk semua rasa peduliku pada pasangan selingkuh itu. Rasa sakit yang akhirnya mengantarku berbuat nekat pada mereka.Lima bulan lalu, Miska datang ke rumah untuk menumpang ting
Gancet : Kapokmu Kapan, Mas? (2)Suara Miska dan Bang Robi minta tolong berhenti. Kali ini berganti dengan keributan lain. Aku menempelkan telinga di dinding agar dapat mendengar apa yang mereka bicarakan. Ternyata, mereka sedang berdebat saling menyalahkan."Ini pasti gara-gara kamu, Mis!" tuduh Bang Robi.Entah bagaimana ekspresi mereka saat itu. Yang jelas Miska terdengar tidak terima dengan tuduhan itu. Dia malah balik menyalahkan Bang Robi.Di sebelah, mereka asik saling menyalahkan, sementara aku di kamar tertawa pelan dengan rasa puas. Kapok, kan? Makanya, jangan macam-macam!Sudah lewat dua jam dari waktu pertama aku mendengar teriakan pasangan selingkuh itu. Dari sebelah kamar masih saja terdengar suara ribut. Sesekali juga terdengar jeritan penuh rasa sakit dari Bang Robi dan Miska. Mungkin mereka sedang mencoba melepaskan diri. Coba saja kalau bisa!Sayup terdengar adzan Subuh berkumandang bersamaan dengan alarm di kamar berbunyi. Aku langsung masuk ke kamar mandi yang bera
Gancet : Kapokmu Kapan, Mas? (3)***Sebelum lanjut, aku mau jelasin sedikit tentang gancet karena masih ada yang belum paham. Gancet adalah kondisi di mana alat vital saling menempel pada saat melakukan hubungan intim. Biasanya terjadi pada pasangan tidak halal. Kebanyakan kasus gancet terjadi ketika pelaku zina melakukan hubungan di tempat-tempat yang diyakini angker. Di cerita ini, terjadinya gancet karena dibuat oleh istri sah.Dalam dunia medis, gancet sendiri ada penjelasan ilmiahnya (silakan googling untuk lebih jelasnya).Mohon maaf saya tidak bisa berbagi cara membuat gancet, apalagi di ruang publik. Takut disalahgunakan.***Bang Robi kembali berteriak memanggilku. Aku harus cepat-cepat kembali ke sana. Kunci cadangan kamarku dan kamar Miska yang kubuat kemarin kusembunyikan terlebih dahulu. Aku kembali membawa kunci cadangan kamar Miska yang disimpan Bang Robi saja biar mereka tidak curiga.Segera aku buka pintu kamar tempat pasangan selingkuh itu terkurung. Tak lupa kunetral
Gancet : Kapokmu Kapan, Mas? (4)"Dek, buruan hapus! Sebelum ada yang lihat!" perintah Bang Robi.Aku diam tak menanggapi."Dek!" Bentakan Bang Robi berhasil membuatku menoleh dan bertanya dengan polos padanya."Ada apa, Bang?""Buruan hapus foto tadi!""Foto yang mana, Bang?""Yang kamu kirim ke WAG keluarga Abang.""Loh, kenapa harus dihapus, Bang? Nanti kalau gak ada yang percaya Abang butuh pertolongan, gimana? Abang tau sendiri, kan, di WAG keluarga Abang gimana peraturannya?""Tapi gak foto itu juga, Dek! Buruan hapus!"Aku menghela napas panjang dan mengembuskannya perlahan sebelum menjawab, "Iya, Bang ...."Bang Robi kayaknya percaya saja dengan semua yang aku katakan. Padahal, aku tidak benar-benar mengirim gambar-gambar itu ke WAG keluarga suamiku.Aku pasti akan mengirimkannya, tetapi bukan sekarang. Aku punya rencana yang lebih menyenangkan dahulu untuk mereka. Setelah itu, baru kuposting foto-foto gancet Bang Robi dan Miska di status WA suamiku. Biar lebih banyak yang lih
Gancet : Kapokmu Kapan, Mas? (5)"Kalau begitu, terpaksa yang wanita harus berkorban." Sang dokter gadungan berbicara tanpa menatap Bang Robi. Tatapannya fokus padaku. Aku yakin dia sedang berusaha menahan tawanya sekarang. Begitu juga dengan aku."Loh, kok, saya, Dok? Saya gak mau mati, Dok!" Kali ini Miska yang berteriak."Udah, kamu ngalah, dong, Mis! Saya masih punya masa depan panjang. Kalau saya yang dipotong, gimana nanti sama istri saya? Kamu, kan, gak punya suami. Jadi harus ngalah!" perintah Bang Robi.Entah apa yang ada dalam pikiran suamiku itu. Dia kira aku masih mau dengannya setelah dikhianati seperti ini? Aku bukan wanita bodoh, Bang!"Enak aja! Abang yang harusnya ngalah! Aku masih muda, Bang! Masa depanku masih panjang. Aku gak mau pokoknya! Lebih baik kita mati berdua aja!" Miska protes.Bang Robi terus saja mempertahankan pendiriannya. Dia tidak mau barang berharganya dipangkas habis. Mereka akhirnya larut dalam perdebatan.Aku lantas mengajak temanku keluar kamar
Gancet : Kapokmu Kapan, Mas? (6)Aku tetap melanjutkan kegiatan siaran langsung di facebook milikku. Tak kupedulikan Bang Robi dan Miska yang ribut karena ketumpahan bubur mereka. Tak kugubris juga teriakan keduanya yang menyuruhku untuk berhenti melakukan siaran langsung."Oke, Gaes, pokoknya aku tunggu kedatangannya secepat mungkin, ya, di rumah. Aku bingung gimana ngurus mereka sendiri. Plis ... tolongin aku, ya, Gaes."Kumatikan kamera siaran langsung. Baru tiga menit tapi siaran langsungku sudah ditonton lebih dari seratus orang. Setelah kumatikan, malah semakin banyak yang membagikannya. Bagus. Siap-siap viral!"Dek, apa-apaan kamu?! Bukannya minta bantuan, kenapa kamu malah live fb?" omel Bang Robi."Aku lagi usaha cari bantuan, loh, Bang. Kan, kata Abang jangan tetangga sini. Jadi, ya, lebih baik di sosmed. Barangkali ada yang lewat sini bisa sekalian mampir nolongin. Kalau aku nyari keluar, kelamaan, Bang.""Tapi gak gitu juga, Dek? Kalau viral gimana?"Memang itu mauku, Bang
Gancet : Kapokmu Kapan, Mas? (7)Sopir ambulan yang kaget karena mendengar jeritan Bang Robi dan Miska membuat ambulan oleng sehingga tubuh Bang Robi dan Miska ikut tersungkur ke sisi sebelah kiri ambulan. Tentu saja mereka semakin histeris karenanya."Aargh ... sakiiit!" keluh Miska."Tolong ...!" tambah Bang Robi.Sopir ambulan langsung menghentikan laju mobilnya dan segera berlari ke belakang bersama dua temannya yang duduk di depan. Mereka lantas membenahi posisi Bang Robi dan Miska. Beruntung, selimut yang sedari awal kugunakan untuk membungkus tubuh keduanya tidak terlepas saat tubuh mereka terguling.Aku dan Kak Elfa hanya membantu sebisa kami. Kak Elfa yang tadinya duduk di sampingku pada bagian kanan ambulan, pindah posisi ke sebelah kiri untuk mengantisipasi kejadian tadi tidak terulang kembali. Memang menjadi lebih sempit, tetapi tak apa.Kuperhatikan, salah seorang petugas medis yang sedari tadi membantu kami selalu mencuri pandang padaku. Entah siapa orang yang memakai ma
Gancet : Kapokmu Kapan, Mas? (8) "Jangan, Kak! Kakak tega sama Robi emangnya?" "Tega gak tega, ditegain! Dari pada harus nanggung malu berkali-kali. Udah salah, bukannya sadar, malah terus nyalahin istri. Otak kamu itu ke mana, sih?" Kak Elfa mendekat ke adiknya dan langsung menoyor kepala sang adik. "Tapi, Kak ...." "Tapi apa lagi? Mau bela diri lagi? Gak punya perasaan banget kamu jadi laki. Kalau Papi tau kelakuan anaknya kayak gini, Kakak yakin Papi yang bakal langsung suntik mati kamu sekarang juga!" "Emang ... Papi tau, Kak?" Belum sempat pertanyaan Bang Robi mendapat jawaban, seorang perawat datang mendekat. Perawat itu memberitahukan bahwa dokter akan segera melakukan tindakan untuk melepaskan Bang Robi dan Miska. Aku dan Kak Elfa diberi pilihan untuk tetap tinggal atau menunggu di luar. "Kami di sini aja, Sus," jawabku. Jawaban yang sama juga dilontarkan Kak Elfa. Tak berselang lama, tim dokter dan perawat masuk. Kebetulan ruang UGD hari itu sedang sepi. Tak ada pasien