Share

108. Menjelang Akad

last update Huling Na-update: 2025-05-03 21:28:53

Suasana di dalam kafe Cinta terasa hening dan mencekam. Tak ada lagi denting alat dapur atau suara tawa ringan yang biasanya terdengar. Para pegawai duduk setengah gelisah di kursi-kursi pelanggan yang sudah dibereskan.

Mereka melirik jam dinding yang terus berdetak melewati batas jam kerja. Beberapa karyawan yang biasa pulang naik kendaraan umum mulai resah. Ada yang memegang ponsel, ada yang berdiri dan menatap keluar kaca, mencari tanda-tanda bahwa pernikahan segera dimulai dan mereka bisa segera pulang.

Rama masih mondar-mandir di area depan kafe. Langkahnya cepat dan penuh tekanan.

“Sempak!” Umpatan pelan tak henti lolos dari bibirnya setiap kali ponselnya tidak berbunyi.

Seandainya siang, mungkin akan terlihat jelas wajah Rama yang merah padam. Matanya menatap tajam ke luar, ke arah jalan yang gelap dan basah karena hujan gerimis yang turun sebentar lalu reda.

“Dion, kalau sampai tugas segampang ini gagal, akan aku kebiri kau,” gumam Rama geram.

Setelah sekian lama menunggu, tib
Patuloy na basahin ang aklat na ito nang libre
I-scan ang code upang i-download ang App
Locked Chapter

Pinakabagong kabanata

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    129. Senjata Makan Nona

    Evita menyandarkan tubuh ke bantal, menatap langit-langit kamar hotel yang sudah dia pesan untuk Rama. Baginya malam tadi bukanlah malam biasa. Itu adalah langkah besar dari rencana yang sudah ia susun selama berbulan-bulan.Evita sadar, tubuhnya adalah senjata, ia tahu targetnya lemah terhadap godaan. Dan keperawanan yang dia persembahkan adalah jerat yang akan membuat Rama tidak akan melepaskannya.Dari dalam kamar mandi, suara gemericik air masih terdengar. Tak lama, air berhenti. Keheningan sesaat.Kemudian terdengar suara siulan pria dari dalam, seolah menunjukkan kepuasan tiada tara yang baru dia dapatkan.Evita tak berkata apa-apa, hanya tersenyum lebih lebar. Senyum yang tahu bahwa malam itu bukan sekadar "malam terbaik" untuk sang pria, tapi mungkin juga malam paling menentukan dalam strategi permainannya.Evitq menarik selimut hingga menutupi tubuhnya, pandangannya tak lepas dari pintu kamar mandi yang akan segera terbuka. Mata penuh teka-teki itu menunggu langkah selanjutny

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    128. Jalur yang Benar

    Jarum jam terus berputar, dan malam telah merangkak jauh melewati tengah malam. Lampu di kamar rawat inap itu dibiarkan menyala temaram. Cinta duduk di sisi ranjang, menggenggam tangan kecil Chiara yang akhirnya bisa terlelap setelah berjam-jam bergumul dengan rasa sakit pasca operasi. Wajah mungil itu terlihat damai, meski sesekali napasnya terdengar berat.Cinta mengelus lembut rambut anaknya, berusaha tetap tenang. Tapi pikirannya jauh melayang, menembus waktu, kembali ke hari yang kelam, hari saat hidupnya berubah selamanya.Hari saat Chiara tertabrak. Hari saat darah membasahi jalanan dan ia berteriak histeris memeluk tubuh mungil yang bersimbah luka. Hari saat dia berjuang sendiri, menangis di ruang UGD, sementara Kevin, pria yang seharusnya berdiri di sisinya, tidak hanya abai, tetapi juga memilih menceraikannya dengan dalih telah mempermalukan dirinya yang ketahuan selingkuh dengan sekretarisnya.Napas Cinta memburu. Bayangan-bayangan itu menghantamnya seperti badai.Lalu kini

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    127. Di Sebuah Kamar Hotel

    Pada saat Rama menikmati jamuan mewah, suasana jauh berbeda dengan yang dihadapi Cinta di rumah sakit. Cinta duduk di sisi ranjang Chiara, menggenggam tangan mungil putrinya. Wajah Chiara memucat, peluh membasahi dahinya, dan tubuh kecilnya menggeliat menahan nyeri.“Ma... sakit... Sakit banget... Ma,” tangis Chiara pecah, lemah dan terdengar menyayat hati.Cinta langsung panik, matanya bergerak cepat mencari tombol panggil perawat. “Chiara, sayang, Mama di sini, ya. Tahan sebentar... sebentar lagi perawat datang...”Rengekan Chiara makin keras saat efek obat bius benar-benar menghilang. Bekas sayatan operasi masih baru, dan rasa sakit itu mengalir deras ke saraf-sarafnya. Cinta ingin menggantikan rasa sakit itu, kalau bisa. Ia usap kening Chiara, mencium jemarinya, menahan air mata yang ingin jatuh.Tak lama kemudian, dua perawat masuk. Salah satunya segera memeriksa catatan medis, yang lain menyiapkan injeksi pereda nyeri.“Ini normal, Bu,” ucap perawat itu dengan lembut dan santun.

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    126. Jamuan Memabukkan

    Operasi Chiara berjalan sukses. Senyum dokter Lim Wei Han yang menyambut mereka di ruang konsultasi pascaoperasi menjadi kabar paling melegakan bagi Rama dan Cinta.“Operasi stabilisasi tulang kaki kiri Chiara berjalan lancar,” jelas dokter Lim Wei Han dengan nada tenang. “Kami berhasil merekonstruksi bagian yang mengalami kerusakan akibat trauma, dan implan sudah terpasang sempurna. Namun, proses penyembuhan pascaoperasi sangat krusial.”Cinta menggenggam tangan Rama erat. Matanya berkaca-kaca.“Chiara akan menjalani fisioterapi bertahap untuk memperkuat otot-otot di sekitar sendi lutut dan pergelangan kaki. Kami juga akan melakukan terapi okupasi ringan, untuk membiasakan kembali fungsi mobilitasnya secara perlahan. Dalam satu minggu ke depan, kami akan mulai dengan latihan gerakan pasif dibantu alat, kemudian progresif menuju latihan aktif dan berdiri dengan bantuan,” lanjut dokter Lim.“Berarti... dia bisa berjalan lagi?” tanya Cinta dengan suara pelan.Dokter Lim Wei Han mengangg

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    125. Impian Kevin

    Priambodo menatap Kevin dalam-dalam, mencoba menelisik kebenaran dari setiap kata yang keluar. Tapi Kevin pandai bermain peran. Sorot matanya dibuat seolah-olah pecahan dari hati yang hancur.“Cinta mulai berubah sejak proyek kerja sama antara kami dan perusahaan Rama. Awalnya saya pikir dia hanya mengagumi pria itu secara profesional… tapi kemudian saya sadar, mereka lebih dari sekadar rekan bisnis. Saya terlalu sibuk menyelamatkan perusahaan yang sudah digoyang Rama. Dan saat saya sadar, mereka sudah bersama… dan meninggalkan saya.”Suara Kevin nyaris tercekat. Ia memainkan rasa bersalah yang dalam, seolah-olah ia adalah korban dari takdir dan pengkhianatan.Priambodo menarik napas berat. Wajahnya tak menunjukkan emosi yang jelas, namun tangannya yang mengusap dagu menandakan pikirannya sedang berputar.“Apa yang kamu inginkan sekarang, Kevin?” tanya Priambodo pelan.Kevin menunduk dalam-dalam, lalu mendongak dengan mata penuh luka.“Saya hanya ingin keluarga saya kembali. Saya ingi

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    124. Kevin Mengadu

    Pagi itu rumah sakit terasa lebih dingin dari biasanya. Hujan semalam menyisakan embun tipis di jendela ruang tunggu. Di ruang rawat khusus anak, Chiara duduk di ranjangnya dengan bantal peluk di tangan. Rambutnya diikat dua, seperti biasa, tapi kali ini matanya sedikit sayu.Rama duduk di sampingnya, menggenggam tangan kecil itu dengan penuh kelembutan. Senyum hangat terukir di wajahnya, meski hatinya dicekam kekhawatiran.“Chia sudah siap?” tanya Rama pelan. “Operasinya sebentar lagi. Setelah itu, kamu bakal mulai jalan pelan-pelan lagi.”Chiara menunduk. Bibirnya mengerucut, menahan rasa takut yang mulai menyeruak.“Tapi… kalau operasinya gagal? Kalau Chia nggak bisa jalan lagi?” tanya Chiara lirih, ada ketakutan dalam tiap katanya.Rama menarik napas. Ada getaran di dadanya. Ia membelai rambut anak itu, lalu memeluknya erat.“Kalau itu terjadi… papa akan jadi kaki buat kamu. Papa yang akan gendong kamu ke mana pun kamu mau. Mau ke taman, ke sekolah, ke pantai. Ke mana aja.”Chiara

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    123. Asal Bersamamu

    Dengan wajah yang terlihat penuh beban, Lilian mendekati putra semata wayangnya.“Di hadapan Priam, kau harus bilang kalau Cinta berselingkuh dengan Rama saat pernikahan kalian masih sah. Katakan kalau dia mulai berubah saat perusahaanmu mulai oleng. Dan Rama? Rama menyabotase proyek-proyekmu. Dia sengaja menjatuhkanmu karena ingin merebut istrimu.”Kevin menggeleng bingung. “Tapi, Ma... itu semua tidak…”“Dengarkan aku!” bentak Lilian dengan nada dingin. “Kau hanya perlu membuat Priambodo percayamu dan semakin merasa bersalah. Kita hanya perlu mengarahkan rasa bersalah itu.”“Lalu apa?” tanya Kevin, mulai memahami arah ibunya.“Lalu kita minta bantuannya. Bukan hanya untuk mendapatkan kembali Cinta dan Chiara, tapi juga mengembalikan kehormatan keluargamu. Kita dorong dia untuk melibatkanmu dalam bisnisnya. Bukankah itu tujuan kita dari awal?” Lilian menatap tajam, penuh keyakinan.Kevin terdiam. Kepalanya penuh pertimbangan, tapi di balik wajah bimbang itu, perlahan tumbuh kembali b

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    122. Tak Ada Luka dan Trauma

    Kevin berdiri terpaku di depan pintu kafe, seolah kakinya tertambat di tanah. Hatinya berkecamuk, matanya kosong menatap ke jalan. Anisa berdiri tak jauh di belakangnya, menyilangkan tangan dan tetap tersenyum—senyum yang hangat di permukaan, namun penuh penghakiman di kedalaman.“Rama dan Cinta... menikah?” tanya Kevin sekali lagi, lebih kepada dirinya sendiri.Tidak mudah baginya mempercayai informasi yang terlontar dari bibir Anisa.“Benar, Pak,” sahut Anisa dengan mantap, seolah ingin meyakinkan Kevin jika telinganya tidak salah dengar.“Sedikit terburu-buru, sih. Jadi mereka menikah secara sederhana.”Cinta hamil, itu dugaan yang muncul di kepala Kevin, hingga membuatnya merasa kalah dalam segala hal dari Rama. Kevin benar-benar sudah terlambat.“Chiara terlihat sangat bahagia memiliki Papa baru yang sangat menyayanginya. Bahkan rela mengeluarkan uang banyak untuk pengobatannya.”Kevin memalingkan wajah, berusaha menyembunyikan getar di rahangnya. Anisa melihat itu. Ia tahu lelak

  • Karena Cinta, Tuan Penguasa tak Sanggup Menahan Gairah    121. Kabar Mengejutkan

    Untuk memuluskan rencananya, Kevin bergegas menuju ke kafe milik Cinta. Di balik kemudi mobil mewahnya, duda beranak satu itu menatap lurus ke depan.Sesekali pandangannya berpindah ke kursi penumpang di sebelahnya, tempat sebuket bunga mawar merah segar dan sebuah boneka beruang mungil duduk manis. Senyumnya samar, tapi bukan senyum bahagia. Lebih seperti sedang Menyusun rencana dengan akurat, campuran manipulasi dan ambisi.Ponselnya bergetar. Nama Maira berkedip di layar. Kevin mendengus pelan, lalu menggeser layar untuk menolak panggilan itu. Tidak sekarang, pikirnya. Dia tidak ingin diganggu oleh wanita yang sudah tak lagi punya peran dalam rencana barunya.Sesampainya di depan kafe milik Cinta, Kevin memarkirkan mobilnya dengan santai. Ia keluar sambil membawa bunga dan boneka, matanya menyapu sekeliling. Tempat itu masih sama, pikirnya. Hangat, ramah, penuh aroma kopi dan kayu manis. Seolah-olah Cinta dan Chiara akan menyambut kedatangannya dengan suka cita.Hardy yang tengah m

Galugarin at basahin ang magagandang nobela
Libreng basahin ang magagandang nobela sa GoodNovel app. I-download ang mga librong gusto mo at basahin kahit saan at anumang oras.
Libreng basahin ang mga aklat sa app
I-scan ang code para mabasa sa App
DMCA.com Protection Status